Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

KHAZANAH SEJARAH:SEJARAWAN BAK SEDANG MENDAKI MENUJU PUNCAK

by Ahmad M. Sewang  Awalnya, seri ini akan diisi dengan masalah perang dan damai dalam sejarah dan dampaknya sampai abad kini, tetapi karena adanya respons empati dari beberapa netizen tentang seri sebelumnya, maka saya menghormatinya dengan mendahulukan untuk meresponnya. Tentu saja respon ini secara umum diiringi sebuah harapan agar kita semua pada akhirnya bisa menemukan dunia baru penuh damai yang dicitakan. Para sejarawan berpendapat bahwa belajar sejarah bagai orang yang sedang mendaki gunung menuju puncak. Ketika masih di kaki gunung, si pendaki hanya bisa menyaksikan laut di depannya yang masih terbatas, namun semakin jauh naik mendaki semakin luas horison cakrawala pandang yang dapat disaksikan, sampai ia tiba di atas puncak gunung yang membuatnya suprise, karena ia baru sadar bahwa di balik gunung ternyata ada lagi lautan yang terhampar lebih luas yang awalnya dia tidak bisa saksikan semasih di kaki gunung karena terlindungi oleh gunung itu sendiri.  Di puncak gunung mulai me

KHAZANAH SEJARAH:LINGKARAN PENGAJIAN PROF. DR. ARKUM DI ROTERDAM

by Ahmad M. Sewang  Bagian Pertama Tulisan ini terdiri atas dua seri. Keduanya tidak bisa dibaca secara terpisah untuk bisa mendapat pemahaman utuh. Karena itu setelah seri I ini, besoknya akan disusul seri II, agar bisa ditelaah secara bersamaan dan bisa ditanggapi secara komprehensif  oleh para netizen yang mulia.  Suatu ketika saat riset di Leiden University, Belanda, saya diundang seorang pendeta yang sering disapa Pendeta Sloof mengikuti lingkaran pengajian Prof. Dr. Arkum di Roterdam, guru besar Sarbon University di Prancis. Pendeta Sloof seorang perempuan, maka untuk menghindari fitnah, maka saya ditemani Dr. Nurnaningsih, M.A., seorang peserta INIS dari UIN Alauddin Makassar. Jadi kami bertiga di atas mobil, Pendeta Sloof, Dr. Nurnaningsih, dan saya sendiri. Maksud saya menyinggung Dr. Nurnaningsih agar kejadian ini  bisa didalami dan divalidasi via beliau yang menjadi saksi sejarah malam itu. Semua fasilitas mengikuti lingkaran pengajian itu berasal dari Pendeta Sloof. Mulai d

KHAZANAH SEJARAH:PERTEMUAN DENGAN MISSIONARIS, PROF. DR. KAREL STEMBRINK, DI BELANDA

by Ahmad M. Sewang Terdapat beberapa momen yang berkesan ketika melakukan riset di Leiden. Dalam pertemuan Prof.Stembrink terkesan bahwa dalam setiap agama tidak bisa dilakukan generalisasi. Dalam agama apa pun, ada orang baik yang sudah sampai ke tingkat peradaban tinggi. Sebaliknya ada juga masyarakat awam yang tidak mampu menjaga perasaan orang lain. Di bawah ini akan dikemukakan pertemuan saya dengan missionaris di Belanda. Prof. Dr. Karel Stembrink yang berkantor di bekas rumah Snouck Hourgrunye. Orang pertama yang saya hubungi ketika tiba di Leiden adalah beliau untuk menyerahkan Alquran dan terjemahannya yang dikirim oleh anak bimbingannya, Husni Rahim. Dia sangat gembira menerima kiriman itu , tetapi saya kaget ketika beliau berkata, "Saya mengajar Tafsir di McGill University Canada." Saya kaget sebab sejak kecil, saya belajar Alguran, tetapi tidak pernah mengajarkan tafsir Bagi ilmuwan Belanda, mengajar dan belajar agama di luar agama yang dianutnya, seperti tafsir,

TEORI AROMA DARI KAMPUNG

Pro. H. Ahmad Sewang Tempat lahirku disebut kampung nelayan karena pencaharian penduduk rata-rata nelayan. Perahu mereka berjejer di pinggir pantai siap operasi. Orang bukan nelayan yang datang mendekati perahu itu, apalagi jika memasuki ruangan perahu pasti tak tahan aroma busuk yang menyengat batang hidungnya dan ingin segera menjauhi perahu itu. Namun, juragan dan kru perahu sendiri walau berhari-hari bahkan berbulan-bulan bangun tidur di dalam perahu tidak lagi merasakan bau di perahu, mereka sudah menjadi bagian dari bau itu. Bahkan awak perahu menyalahkan orang luar jika menyebut ada bau di perahu itu. Sebab mereka sama sekali tidak menciumnya, kru perahu sudah jadi bagian dari aroma busuk sendiri. Wassalam,

KHAZANAH SEJARAH:PERUBAHAN SOSIAL TAK MENGENAL HALTE

by Ahmad M. Sewang Dunia sedang berubah dan perubahan itu akan terus berlangsung. Perubahan itu, bukan hanya dapat dilihat dari segi perubahan suhu bisa juga dari segi hubungan sosial. Jika dahulu kita mengenal sebuah perkampungan sosial yang didominasi oleh etnis tertentu dan agama atau paham agama tertentu, sekarang semakin terbuka dan cair. Semakin maju sebuah masyarakat akan semakin sulit menemukan sebuah komunitas masyarakat eksklusif. Trend tersebut di mata ilmuwan sosial melihatnya semakin terang benderang, berbeda dengan masyarakat awam sedikit mengalami kesulitan mencernanya, sebab potensi ketidakmampuan mengamatinya. Berbeda dengan potensi pengamatan yang dimiliki dengan para ilmuwan sosial. Pada tahun 60-an di daerah tertentu di Sulawesi Selatan dan Barat dengan mudah kita menyaksikan sebuah daerah dikuasai oleh paham keagamaan tertentu, tetapi sekarang sudah sulit menemukan daerah yang hanya dikuasai satu paham keagamaan. Umat Islam, atau etnis Mandar, misalnya, hampir bisa

KHAZANAH SEJARAH:BERKUNJUNG KE NUSANTARA FOUNDATION DI NEW YORK

by Ahmad M. Sewang Dalam kunjungan ke Amerika Serikat, sengaja diprogramkan ke tiga kota yang dianggap mewakili Adidaya itu, yaitu New York, sebagai ibu kota dunia, Washington sebagai ibu kota AS, dan Los Angeles yang terletak di ujung barat AS sebagai ibu kota aneka hiburan. Di kota New York, kami sengaja berkunjung ke Nusantara Foundation, milik Imam Shamsi Ali. Di kantor Nusantara Foundation kami memanfaatkan Imam Shamsi Ali untuk bercerita lebih banyak, kami hanya membatasi diri sejedar bertanya tentang aktivitasnya dan yang belum jelas bagi kami. Shamsi Ali yang hidup di  pusaran dunia pun berkisah bahwa beliau secara priodik bertemu antara umat beragama lain, seperti komunitas Yahudi, Kristen, dan Katholik. Mereka pun mempunyai pertemuan khusus di kalangan intern komunitas muslim sendiri dari berbagai kelompok Sunni, Syiah, Jamaah Tablig dan ormas lainnya. Jadi, itulah gambaran sepintas dengan manusia yang hidup di dunia global. Mereka tidak dibatasi oleh sekat-sekat kecil yang m