KHAZANAH SEJARAH:PERTEMUAN DENGAN MISSIONARIS, PROF. DR. KAREL STEMBRINK, DI BELANDA

by Ahmad M. Sewang

Terdapat beberapa momen yang berkesan ketika melakukan riset di Leiden. Dalam pertemuan Prof.Stembrink terkesan bahwa dalam setiap agama tidak bisa dilakukan generalisasi. Dalam agama apa pun, ada orang baik yang sudah sampai ke tingkat peradaban tinggi. Sebaliknya ada juga masyarakat awam yang tidak mampu menjaga perasaan orang lain. Di bawah ini akan dikemukakan pertemuan saya dengan missionaris di Belanda.

Prof. Dr. Karel Stembrink yang berkantor di bekas rumah Snouck Hourgrunye. Orang pertama yang saya hubungi ketika tiba di Leiden adalah beliau untuk menyerahkan Alquran dan terjemahannya yang dikirim oleh anak bimbingannya, Husni Rahim. Dia sangat gembira menerima kiriman itu , tetapi saya kaget ketika beliau berkata, "Saya mengajar Tafsir di McGill University Canada." Saya kaget sebab sejak kecil, saya belajar Alguran, tetapi tidak pernah mengajarkan tafsir
Bagi ilmuwan Belanda, mengajar dan belajar agama di luar agama yang dianutnya, seperti tafsir, adalah bahagian ilmu pengetahuan. Bukan untuk memperkuat keyakinan, tetapi untuk memperluas wawasan. Benar saja, beberapa hari kemudian, saya mendapat kiriman makalah dari Stembrink untuk dipresentasekan dalam sebuah pertemuan. Makalah membahas angle tertentu dalam Alquran yang kurang kita perhatikan, yaitu Kisah Romantis antara Nabi Yusuf dan Sulaeha dalam Alquran.

Dalam pertemuan itu juga beliau langsung memberi petunjuk arah kiblat yang benar dan tempat bersih untuk salat berjamaah. Beliau juga berjanji akan mengantar kami ke masjid Rederkerk di Roterdam pada suatu waktu untuk menyaksikan upacara keagamaan Naksabandiah serta ziarah ke kuburan Syekh.  Ketika kami bertanya, siapa Syekh yang dimaksud itu? Beliau menjawab Snouck Hourgrunye. Pertanyaan itu kami lanjutkan, Apakah Snouck itu muslim? Beliau menjawab secara akademik, bukan hitam putih. "Jika Snouck muslim, bukanlah muslim yang baik karena jarang ke masjid, tetapi jika ia Kristen, dia juga Kristen yang tidak baik, karena dia tidak pernah ke gereja. Yang jelas ia pernah masuk Islam ketika bertugas di Jeddah dan tidak pernah terdengar setelah itu keluar dari Islam. Dia juga diupacarakan kematiannya dengan upacara Islam Ahmadiyah karena Islam Ahmadiyahlah yang pertama diperkenalkan di Belanda" kata beliau 

Kesimpulannya, menurut Prof. Karel Stembrink, "Snouck Hourgrunye adalah seorang muslim, tetapi muslimnya bermazhab Murjiah yang tidak mengafirkan bagi orang yang tidak melaksanakan salat, bahkan andai berdosa besar karena tidak salat Snouck tidak akan kekal di dalam neraka, menurut paham Murjiah. Dengan demikian berarti dia masih dianggap muslim." Jawavan beliau menandakan bahwa beliau juga belajar teologi Islam. Tulisan ini sengaja diposting untuk tidak bersikap fanatik berlebihan dan tidak melakukan generalisasi pada setiap orang, sekalipun beda agama boleh jadi ia memiliki pengetahuan tentang Islam.

Saya memandang Prof. Karel Stembrink seorang ang sudah sampai pada tingkat peradaban tinggi. Beliau sama sekali menghindari menyinggung masalah privat, seperti mengajak untuk mengikuti agamanya, bahkan sangat menghormati agama yang kami anut. Mungkin disebabkan karena beliau pernah bertugas di IAIN Sunan Kalijaga di Jokyakarta, bahkan beliau menulis beberapa buku pendidikan Islam. Seri berikutnya tentang bersama seorang pendeta mengikuti lingkaran pengajian Prof. Dr. Arkum di Roterdam.

Wassalam,
Makassar,, 14 Juni 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR