KHAZANAH SEJARAH:VARIASI KEBERAGAMAAN UMAT

by Ahmad M. Sewang 

Dilihat dari segi pemahaman, maka keberagamaan umat sangatlah variatif. Dalam satu sekte saja bisa ditemukan berbagai variasi, apalagi jika sektenya berbeda. Keragaman itu, bisa dilihat mulai dari yang sangat ekstrim berlebihan sampai pada yang bersifat wasaty positif. Sikaf ekstrem muncul disebabkan terpeliharanya sikap fanatisme dan dipersubur lagi pembelajaran eksklusif. Mereka hanya ingin belajar pada golongan dan sektenya sendiri, sehingga lama-kelamaan mereka berpandangan hanya sekte dan pendapatnya saja yang paling benar.

Muslim fanataisme secara berlebihan digambarkan oleh Syekh Yusuf al-Qaradawi  bahwa, "Seperti seseorang yang bermukim di rumah kaca sendirian, semua perilaku dan pendapat yang dilihat dan didengar adalah dirinya sendiri. Akhirnya, lana kelamaan yang paling benar hanya darinya. Perilaku dan pendapat orang lain adalah salah bahkan harus dilenyapkan," seperti itulah yang sudah berlangsung dalam sejarah pada sekte Khawarij. Mereka manafsirkan sendiri ayat Alquran dan orang yang beda tafsir dengan mereka adalah kafir dan orang kafir halal darahnya. Di sinilah awal mula perencanaan pembunuhan pada orang yang tidak sepaham, seperti Khalifah Ali bin Abi Talib r.a.

Muslim yang baik adalah muslim yang membuka diri pada pendapat orang lain. Walau demikian, dalam waktu yang bersamaan harus terus meng-up date diri. Baru setelah itu, ia mulai membuka diri, agar bisa dengan fleksibel mengekspresikan pengalaman dan pengetahuan barunya pada orang lain. Allah swt. sendiri memberi apresiasi terhadap orang yang membuka diri pada pendapat orang lain. Dalam QS Az-Zumar, 17-18:
.....  فَبَشِّرْ عِبَادِ
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

... maka sampaikanlah berita (gembira) kepada hamba (Ku).
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. 

Jadi, sikap inklusif dibarengi dengan usaha belajar, itulah yang mendapat petunjuk Allah swt. Berhenti belajar, justru bisa berbahaya, baik pada dirinya atau pun pada orang lain. Bahayanya bisa lebih parah daripada muslim eksklusif di atas, yaitu bisa lebay dan memperjualbelikan agamanya sendiri dengan harga murah.

Wasalam,
Makassar, 6 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR