KHAZANAH SEJARAH: RELASI AGAMA DAN SAINS, MENURUT IAN G. BARBOUR (1)

by Ahmad M. Sewang 

Ian G.Barbour adalah seorang ilmuwan yang menekuni dua bidang keilmuan sekaligus, yaitu sains dan agama. Dia dilahirkan di Beijing pada tahun 1923. Ayahnya adalah seorang geolog asal Skotlaindia, sementara ibunya berasal dari Amerika. Pada usia 20 tahun ia lulus S1 di Swartmore College, lalu S2 dari Universitaas Duke, dan Ph.D nya dari Universitas Chicago pada tahun 1949.

Seperti dijelaskan bahwa hubungan sains dan agama tidak pernah harmonis, sehingga mendorong seorang ilmuwan di bidang fisika dan theologi yang bernama Ian G. Barbour untuk membuat suatu rumusan hubungan antara sains dan agama. Barbour mengelompokkan hubungan sains dan agama ke dalam empat hal, yaitu: konflik, independen, dialog, dan integrasi, Ian G.Barbour (2002:55-56)

Mulai tahun 1955 Barbour mengajar di Carleton College, Minnesota. Barbour mengajar fisika di sana yang kemudian juga membantu mendirikan jurusan agama di lembaga tersebut. Aktivitas theologinya mulai menonjol sejak tahun 1966, terutama sejak buku pertamanya terbit yang berjudul Issue in Science and Religion. Karya–karya yang telah dihasilkan Barbour adalah Issue in Science and Religion, Mythos, Models and Paradigms, Religion in an Age of Science, ethics in an age of Technology. Damanhuri (2015)

Di Indonesia pun muncul beberapa saintis. Satu di antaranya adalah almarhum  Dr. Ir. Muhammad Imanuddin bin Abdurrahim, alumni ITB Bandung. Menurut Bang Imad, panggilan akrab Imanuddin bin Abdurrahim, udara yang memenuhi alam sekitar mengandung oksigen (O2 = zat pembakar), 21% dari volume udara seluruhnya. 
Makhluk hidup bernafas dengan memasukan udara bersih (oksigen) ke dalam paru-paru, di mana darah yang kotor, karena kehabisan oksigen dan kaya karbondioksida (CO2) dibersihkan oleh oksigen yang ada dalam udara itu. Ketika mengeluarkan nafas, maka udara yang dikeluarkan itu diserap oleh dedaunan yang membutuhkan karbondioksida untuk pertumbuhannya. Demikianlah  itulah takdir Allah, kehidupan manusia dan  tumbuh-tumbuhan yang saling membutuhkan atau memiliki hubungan simbiosis mutualis. Dedaunan merupakan paru-paru bagi tumbuh-tumbuhan yang membutuhkan karbondioksida dan melalui proses kimiawi dan mengeluarkan oksigen yang dihirup paru-paru manusia yang dibutuhkan melanjutkan hidup.

Menurut Bang Imad, dapat dipahami jika Rasulullah saw. berpesan bahwa salah satu yang tidak bisa ditebang, diganggu begitu saja, tanpa alasan yang jelas, sekalipun dalam keadaan perang adalah tumbuh-tumbuhan. 
Dalam QS al-Rum (30): 41,
  ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ- 
Manusia adalah makhluk unik yang dianugerahi akal sekaligus nafsu. Nafsu manusia jika diperturutkan akan melakukan kerusakan di bumi, di antaranya penebangan dan pengundulan hutan. Hubungan antara agana dan sains, menurut Bang Imad, dalam perspektif Barbour, berada pada  relasi dialog dan integrasi. Hubungan tersebut,  Insya Allah akan di-sharing pada seri ke dua berikutnya.

Wassalam,
Makassar, 5 Agustus 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR