MEMBERI = MENERIMA, MEN-SHARING PADA ORANG LAIN = MEMPERKAYA DIRI SENDIRI

by Ahmad M. Sewang

Judul tulisan ini sudah pernah saya tulis, tetapi kali dalam versi yang berbeda. Pada versi pertama adalah tanggapan empati saat itu pada tulisan Aswar Hasan yang dikutip dari buku The Secret yang best seller dan telah diterjemahkan dalam 44 di seluruh dunia. Dalam tanggapan itu, saya menambahkan sebuah hasil diskusi pada Forum Dosen di kantor Tribun Timur. Seorang peserta mengemukakan pendapat, "Jika ada pengusaha mendirikan pabrik garmen, sambil berusaha mensejahterakan penduduk sekitarnya, hakikatnya pemimilik pabrik itu telah memperkaya dirinya sendiri, karena konsumen utama pabrik itu nantinya adalah penduduk sekitar lingkungan pabril itu sendiri." Artinya, memberi=menerima.

Saya telah mengalami dalam men-sharing beberapa tulisan kepada beberapa media sosial, ternyata mendapatkan respon dan masukan serta memperkaya inspirasi untuk menulis ulang seperti judul di atas. Seorang teman, Rektor IAIN Jember, sudah beberapa tahun tidak ketemu, setelah membaca tulisan saya berjudul, "Respon pada Pilkada di depan Mata,"Teman tadi membacanya. Nampaknya dia tertarik dan berusaha menghubungi saya. Tetapi nomor kontak saya sudah tidak dia miliki. Dia pun mencarinya ke beberapa sahabat sampai menanyakan langsung pada Rektor UIN Alauddin. Saya bersyukur di samping akhirnya bisa bersilaturrahim sambil melepas rasa rindu juga ikut memperkaya tulisan saya. Artinya, men-sharing =memperkaya diri sendiri.

Demikian halnya tulisan tentang, "Pesan Bung Hatta pada Bung Karno." Melalui tanggapan teman bahwa Jasmerah, tidak hanya bisa diartikan sebagai kependekan dari Jangan Melupakan Sejarah. Teman ini menambahkan bahwa bisa juga diartikan pada makna sesungguhnya, "Komunis selalu memakai simbol merah, termasuk jas merah." Untuk meyakinkan pendapatnya itu, dia berkata, "Saya mendengar langsung via radio pidato Bung Karno di tahun 60-an, saya sudah mahasiswa ketika itu. Saya percaya di samping, jasmerah merupakan kependekan,  tetapi juga memuat pengertian yang sesungguhnya."  Pengertian yang terakhir ini merupakan sebuah khazanah pengetahuan baru, maka saya berusaha menghubunginya, ternyata dia tinggal di Jakarta. Setelah berkomunikasi panjang-lebar, akhirnya, kami saling mendoakan dan Insya Allah, suatu saat bisa bertemu langsung, "Tidak ada yang sulit, jika Allah menghendakinya, "kataku menutup percakapan. Artinya, men-sharing =menperkaya.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah kisah menarik. Seorang buta pekat di suatu malam keluar rumah dengan membawa tongkat di tangan kanan dan suluh di tangan kiri. Semua orang yang dilewati menertawainya, "Untuk apa membawa suluh, bukankah kamu seorang yang buta pekat," sahut orang yang dilewatinya. Dia hanya menjawab singkat, "Suluh ini, berguna untuk kalian dan untuk saya sendiri, paling tidak jika saya di pinggir jurang pasti kalian merasa kalian untuk mengingatkan saya," ujar si buta pekat yang bijaksana itu. Artinya, menerangi orang lain= menerangi diri sindiri.

Wassalam,
Makassar, 15 Oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR