KHAZANAH SEJARAH: ZAMAN ANOMALI

by Ahmad M. Sewang

Nama Lukman al-Hakim diabadikan dalam kitab suci. Dia seorang Nabi yang hidup di zaman yang serba salah atau anomali, semua yang dilakukan tidak ada yang benar di mata masyarakatnya. Suatu ketika dia ingin mengajari putranya bahwa tidaklah mudah memuaskan semua orang, apalagi jika masyarakat dihinggapi penyakit anomali. Lukman al-Hakim mengajak putranya berjalan dengan melewati sebuah pasar mengendarai keledai yang dituntun oleh putranya sendiri. Masyarakat yang menyaksikannya pada berkata, "Sampai hati, seorang ayah, membiarkan putranya menuntun keledai dan sang ayah sendiri, sedang duduk nyaman di atas keledai." Mendengar itu, Lukman al-Hakim berkata, "Dengarlah apa kata orang. Untuk itu, mari kita bergantian, saya yang menuntun dan kamu naik keledai, wahai putraku". Masyarakat pun tambah mengcemohkan, "Anak tak tahu diri, membiarkan orang tuanya menuntun keledai." Mendengar itu, mereka memutuskan naik keledai berdua. Masyarakat tambah mencemohkan bahkan lebih keras lagi , "Ternyata, Lukman al-Hakim dan putranya tidak berprikebinatangan, keduanya telah menyiksa keledainya," kata mereka. Akhirnya, ia bersepakat dengan putranya, sekalian turun menuntun keledainya. Masyarakat yang melihatnya lagi-lagi melecehkan keduanya, "Alangkah bodoh dan mubaziir keduanya, ada kendaraan, tetapi tidak dimanfatkan."

Zaman  Lukman al-Hakim boleh dikata zaman anomali yang sudah lewat di era primitif, tetapi era itu berulang kembali di zaman milelial. Mari kita buka mata melihat kejadian sekitar. Masyarakat sekarang sedang anomali. Sebaik apa pun disampaikan banyak juga yang tidak setuju, tetapi sejelek apa pun pesan yang dikirim  banyak pula pendukungnya. Sebelaknya, Abu Janda, Ade Armando, Sukmawati, benar-benar menghina, banyak juga yang mendukungnya. Ada juga perbuatan mubazir yang disampaikan lewat medsos terakhir ini dengan mengundang umat untuk salat Jumat di masjid di hari Jumat. Undangan itu tidak perlu ada, sebab salat Jumat bagi lelaki adalah sebuah kewajiban. Ada lagi laporan ke polisi akhir-akhir ini sedang viral, Dewi Tanjung melaporkan Novel Baswedan ke polisi bahwa penyiraman air keras padanya adalah rekayasa Novel sendiri, "Penyiraman itu hanya air biasa," kata Dewi lancang. Mendengar itu, penulis setuju jawaban sederhana dari Novel Baswedan, ketika diwawancarai wartawan, ia menjawab singkat, "Itu laporan ngawur tak perlu ditanggapi, sebab laporan itu tampak lebih dahulu mendasari datanya pada hasil rekaman medis dan dua alat bukti dari kepolisian yang jadi dasar untuk melaporkan saya."

Metode efektif dalam menghadapi zaman anomali seperti ini adalah dengan banyak belajar dan mendengar serta membersihkan hati dari rasa benci. Setelah itu, tidak perlu khawatir menyampaikan sesuatu yang dianggap positif untuk kehidupan umat. Di samping harus selalu rendah hati untuk selalu evaluasi diri. Mengutip pesan Lukman al-Hakim pada putranya, "Bagilah kebaikan itu, tak perlu bimbang." Sebab kata Imam Syafii r.a.,  

 رضا الناس غاية لا تدرك
Kepuasan semua orang adalah tujuan yang tidak mungkin tercapai

Wassalam,
Makassar, Akhir, Desember 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR