ORASI ILMIAH JK PADA MILAD KE-54 UIN ALAUDDIN

by Ahmad M.  Sewang

Milad  UIN Alauddin Makassar, 13 November 2019 begitu meriah yang dihadiri Dr. (Hc) H. Moh. Jusuf Kalla yang sering disapa JK selaligus memberi orasi. Rektor, Prof. H. Hamdan Johannes, mengapresiasi kehadiran JK sebagai Bapak Bangsa dan Bapak Perdamaian dalam menyelesaikan komplik yang terjadi di beberapa daerah. Rektor memohon dengan hormat kiranya hidirin berdiri sejenak sambil memberi applause standing ovation sebagai penghormatan yang dalam pada beliau, sampai gedung auditorium bergema tepuk tangan. 

Dalam orasi ilmiahnya, JK menggugah kesadaran hadirin tentang ajaran Islam yang sederhana. Jika disimpulkan ada dua. Pertama, hablun min Allah, menjaling hubungan baik dengan Allah. Kedua, Hablun mana an-nas, memperbaiki hubungan pada sesama manusia. Beliau pun memberi contoh perang yang tak berkesudahan di Timur Tengah sebagai pertanda hubungan antara sesama manusia tidak diamalkan.

Belaiu memberi bahan pemikiran pada para mahasiswa bahwa PNS bukan lagi sesuatu yang ideal, sebab PNS sangat terbatas penerimaannya. Dalam menghadapi tantangan masa kini, maka jiwa entrepreneur justru perlu ditumbuhkan,seperti diteladankan Nabi. Nabi pun sudah mulai terjun ke dunia perdagangan sejak remaja umur 13 tahun yang dilatih oleh pamannya, Abu Talib, sampai beliau diangkat jadi Rasul dalam umur 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa lebih lama Nabi menghabiskan umurnya di dunia bisnis, yaitu 27 tahun, dari pada sebagai Rasul selama 22 tahun. Nabi sebelum kawin dengan seorang konglomerat wanita, Khadijah, lebih dahulu berprofesi sebagai pedagang yang dipercaya, sehingga digelar al-Amin. JK meminta perubahan maindset mubalig yang selama ini menonjolkan hadis qauliah:
النكاح سنتى فمن رغب عن سنتر فليس منى
Perkawnan adalah sunnahku, barang siapa yang benci pada sunnahku, bukan dari golonganku.
Seharusnya juga disebutkan hadis fiiliahnya,
النتجارة سنتى فمن رغب عن سنتر فليس منى
Perdagangan adalah sunnahku, barang siapa yang benci pada sunnahku, bukan dari golonganku.
Mengingat profesi Nabi sebagai pedagang lebih dahulu dilakoni sebelum kawin.

Tantangan umat masa kini adalah di dunia perdagangan. Menurut beliau, dari 100 orang kaya di Indonesia, hanya 10 umat Islam. Sebaliknya, dari 100 orang miskin, hanya 10 orang non muslim. Sehingga umat merasa numpang di negeri sendiri. Keterbelakangan di bidang bisnis merambah pada keterbelakangan di bidang kehidupan lain. Padahal dengan kekayaan kita bisa berbuat banyak, misalnya membagun sarana keagamaan artinya dengan kekayaan kita bisa memberi sebagai tanda syukur kepada-Nya. Untuk itu, harus menjadika kerja atau berdagang sebagai ibadah. Beliau pun mencontohkan dirinya yang sudah memasuki umur 77 tahun, beliau tetap bekerja agar bisa beramal untuk kejayaan umat.

Wassalam,
Makassar, 14 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR