MENYATU DI TITIK TEMU

Ahmad Mujahid

Salah satu ajaran al-Quran yang terindah adalah seruan al-Quran untuk menyatu di titik temu di kala terdapat perbedaan yang dapat menimbulkan perpecahan dan perselisihan. Seperti ditunjuk oleh QS. Ali Imran/3: 64. Dalam ayat ini dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah Saw. agar menyeru kepada ahlul kitab agar menuju kepada "kalimatin sawain" yang berarti kalimat yang sama, yang ada atau lazim pada kami (umat Islam) dan juga ada atau lazim pada kalian wahai ahlul kitab. 

Pertanyaan adalah kata atau kalimat apa yang ada pada kitab Injil dan Taurat sebagai kitab ahlul kitab dan juga lazim pada al-Quran? Jawabannya adalah kalimat tauhid. Keyakinan akan ketunggalan Allah, yakni bahwa tidak ada yang disembah kecuali Allah semata. Dari sini dapat ditegaskan bahwa kalimat tauhid adalah kalimat pemersatu antara ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah Saw dengan ajaran ahlul kitab. Dengan perkataan lain, aneka ragam perbedaan antara umat Islam dengan ahlul kitab akan menjadi cair ketika umat islam dan ahlul kitab bertemu dan berkumpul bersama pada kalimat tauhid. 

Kalau saja Allah menyerukan persatuan antara umat Islam dengan ahlul kitab pada kalimat tauhid yang ada pada ketiganya, lalu bagaimana kalimat tauhid disfungsi menjadi pemersatu di kalangan internal umat Islam. Padahal seluruh mazhab berpikir dalam Islam menyakini dengan seyakin-yakinnya kalimat tauhid tersebut, khususnya ahlu sunnah wal jamaah dengan syiah. 

Kalimat pemersatu lainnya antara ahlu sunnah dan syiah adalah al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Al-Quran yang diperpegangi ahlu sunnah sama dengan al-Quran yang diperpegangi syiah. Demikian pula, rasul yang diyakini sebagai khatamun nabiyiin, juga dapat menjadi "kalimatin sawain," yakni kata dan kalimat pemersatu antara ahlu sunnah dan syiah. Rasul yang dimaksud adalah Muhammad Saw. Kalimat pemersatu lainnya yang dapat menjadi titik temu ahlu sunnah dengan syiah adalah keyakinan kedua mazhab tersebut  terhadap adanya hari kiamat. 

Tegasnya ajaran tauhid, kesatuan kenabian dan kerasulan, kesatuan kitab suci dan satunya keyakinan akan datangnya hari akhirat merupakan kalimat-kalimat pemersatu atau kalimat-kalimat titik temu, antara ahlu sunnah wal jamaah atau sunni dengan syiah. Berdiri tegak dan berpegang teguh pada kalimat pemersatu tersebut, tidak pantas dirusak oleh berbagai macam atau aneka ragam perbedaan yang sejatinya dikebelakangkan dan tak perlu di kedepankan. 

Dengan perkataan lain, apabila seseorang telah bertauhid, menyakini kenabian dan kerasulan Muhammad dan mengimani al-Quran serta menyakini hari akhirat, maka orang tersebut adalah saudara muslim, meskipun ia tidak menjadikan al-adalah atau keadilan dan imamah sebagai ajaran ushul mazhab mereka, sebagaimana ajaran mazhab ahlu sunnah wal jamaah. 
Sementara mazhab Syiah yang menjadikan al-adalah atau keadilan dan imamah sebagai ajaran ushul mazhabnya, juga tidak dapat dinyatakan sebagai mazhab yang sesat. Sebab ajaran keadilan dan imamah diperselisihkan sebagai ajaran ushul dalam agama. 

Demikian pula perbedaan dari sudut fighiyah. Misalnya syiah masih mempertahankan syariat nikah mut'ah yang disyariatkan oleh Rasulullah Saw. baik lewat al-Quran maupun lewat al-hadist. Sementara ahlu sunnah wal jamaah menyakini bahwa syariat nikah mut'ah sudah tidak berlaku lagi, setelah khalifah Umar menghapuskannya. Perbedaan kedua mazhab Islam tersebut terkait dengan nikah mut'ah tidak semestinya menjadikan keduanya saling tuding bahwa salah satunya telah keluar dari islam. 

Jadi perbedaan keyakinan tentang al-adalah atau keadilan dan imamah sebagai ajaran ushul atau bukan dan perbedaan pandangan tentang nikah mut'ah, masih boleh atau sudah tidak boleh, sama sekali tidak dapat dijadikan hujjah untuk saling membatalkan keislaman dan saling tuduh menuduh sesat dan menyesatkan serta saling mengkafirkan.   

Sebagai closing statement tulisan ini, penulis ingin tegaskan untuk selalu mengedepankan menyatu dalam titik temu meskipun dikelilingi oleh berbagai perbedaan yang sulit dipertemukan namun dapat saling memahami perbedaan. Wa Allah A'lam.

Makassar, 22 Januari 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR