KHAZANAH SEJARAH:RENUNGAN ANAK MANUSIA DI DEPAN KEMAHABESARAN ALLAH SWT.

by Ahmad M. Sewang

Saya bersyukur pada Allah swt. sebab saya mengalami dua zaman yang berbeda. Di masa anak-anak sampai remaja kuhabiskan waktuku di kampung dan belajar dasar agama. Di sana saya menyaksikan interaksi sosial yang serba bersahaja. Setelah umur 17 tahun, mulai pindah ke Ibu Kota Kabupaten. Di sana saya merasakan kehidupan taransisi antara kehidupan bersahaja dan kehidupan Modern di kota. Tiga tahun hidup di sana sambil belajar di Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN).

Selesai SP IAIN saya masuk perguruan tinggi IAIN di ibu kota Provinsi. Buku pertama yang banyak membantu dalam meniti kehidupan adalah masalah kebudayaan. Buku ini memberi pemahaman dalam membedakan antara masyarakat bersahaja dan modern. Sehingga saya tidak pernah kaget melihat setiap perubahan dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan pemahaman tentang kebudayaan, telah menuntun dalam beradaptasi pada pertemuan setiap orang atau komunitas masyarakat.

Dengan modal pemahaman budaya tersebut telah mengantar studi lebih lanjut di Ibu kota negara dan di luar negeri. Setiap negeri yang saya lewati selalu saja memberi pengayaan terhadap ilmu budaya yang telah membekali saya. Tidak heran, ketika tiba di New York, oleh para ahli budaya menyebutnya sebagai kota pusat peradaban dunia. Disanalah saya bersyukur dan bersujud kepada-Nya., "Saya bersyukur dan berterima kasih pada-Mu ya Allah, karena Engkau telah mentakdirkan saya lahir dan menghabiskan masa remajaku di kampung. Andai lahir di kota ini, seperti di New York dengan kebudayaan modernnya, mungkin saya sulit mengetahui kebudayaan bersahaja."

Saya telah menjalani hidup panjang sampai di masa tua dan merasa begitu banyak nikmat yang Engkau telah anugrahkan. Menurut sahabatku almarhum, Husni Djamaluddin, "Apa lagi yang kamu minta pada Allah? Apakah kamu tidak malu meminta lagi sesuatu pada-Nya. padahal sudah berapa banyak nikmat yang telah diberikan?" Demikianlah, saya sudah merasa malu mengemis dihadapanNya lagi. Jangan sampai saya dimasukkan golongan hamba yang tidak tahu bersyukur. 

Di antara nikmat yang Engkau berikan adalah telah bisa memila mana postingan yang bersifat menentramkan hati dan mana yang bisa bikin gaduh masyarakat. Setiap pekan telah saya tulis akumulasi pengalaman yang saya lewati itu dan juga berusaha ikut terlibat memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat. "Suka duka masyarakatku adalah suka dukaku juga." Sebagai contoh di akhir tahun kemarin saya ikut memecahkan persoalan kontroversi, yaitu "Kontroversi Mengucapkan Selamat Hari Natal." Saya berusaha menyajikannya dengan menonjolkan sisi pencerahannya daripada ikut menyulut emosi masyarakat. Sesungguhnya dengan pengetahuan kebudayaan plus latar belakang studi di bidang sejarah, telah banyak membantu dalam menganalisah kehidupan masyarakat. Sekali pun saya sepenuhnya menyadari, seperti kesadaran yang pernah disampaikan Imam Syafii, "Ternyata, semakin banyak saya tahu, semakin banyak pula saya tidak tahu," katanya, menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah yang disebarkan di alam semesta dan betapa terbatasnya potensi manusia untuk mengetahui semua itu. Ketebatasan itu bisa dilihat dari segi umur yang menurut ensiklopedia Encarta bahwa rata-rata umur bangsa Indonesia 71 tahun, atau pun keterbatasan potensi manusia untuk mempelajarinya. Di sini seharusnya akan menyadarkan manusia bahwa ia termasuk salah satu makhluk Allah yang sanggat kecil sama dengan sebutir pasir di tengah kemahaluasan lautan semesta ciptaan-Nya, untuk itu manusia hendaknya selalu bersikap tawadu di depan kebesaran-Nya.

Andai kata masih punya waktu belajar astronomi, ilmu ruang angkasa, dan membandingkannya dengan keterbatasan diri sendiri, Insya Allah akan menambah kesadaran baru. Disini saya akan mengemukakan kisah perjalanan seorang astronom. Seorang astronom dalam perjalanannya ke ruang angkasa. Ia mengisahkan, semakin lama terbang ke ruang angkasa semakin kecil kotanya yang ia saksikan di bumi. Namun lama kelamaan dalam petualangnya itu, kotanya pun menghilang dalam peta, tinggal negaranya yang masih terlihat yang juga lama kelamaan, negaranya pun semakin kecil, akhirnya menghilang. Tinggal bumi masih terlihat yang juga semakin mengecil. Setelah tiba dan mendarat di planet bulan. Akhirnya bumi pun yang ia huni selama hidupnya, besarnya tinggal seperti bola kaki. Itu pun baru satu tata surya yang berada dalam orbit matahari dengan delapan planet. Menurut astronom, tata surya matahari baru satu dari sekian banyak tata surya yang bertebaran di alam semesta yang masih misteri belum terdeteksi oleh kemampuan manusia. Di inilah akan membuat manusia semakin sadar bahwa dunia yang di huninya selama ini, apalagi pribadinya sebagai manusia, hanyalah seperti zarrah yang tidak lagi terlihat, dihadapan kemahaluasan ciptaan-Nya dan kemahakuasaan Allah swt. Dengan tidak sadar terlontarlah dalam hatinya, 
ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار
Ya, Allah, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau ya Allah dan peliharalah kami dari siksaan api neraka.

Wasalam,
Makassar, 10 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR