KESENANGANMU SESAAT MUSUH ABADIMU (RENUNGAN AKHIR TAHUN)

Ahmad Mujahid

Sudah dimaklumi bersama, bahwa di setiap malam akhir tahun menyambut tahun baru, berbagai perayaan kesenangan yang sangat meriah digelar. Ada konser musik, berbagai pesta mulai yang paling besar, sederhana hingga yang paling. Fenomena yang telah mentradisi di malam melepas tahun lama untuk menyambut tahun baru, telah menjadi kesenangan dan kegembiraan sesaat. 

Dikatakan sesaat, karena hanya dalam beberapa detik dan menit saja. Tidak sampai semalam atau separuh malam. Namun biaya.yang dikeluarkan sangat banyak dan besar. Lebih anehnya lagi, yang mengeluarkan biaya perayaan tidak hanya orang-orang kaya tetapi mereka yang miskin dan papah pun merayakannya dan menghamburkan uangnya yang sedikit. Dapat dikatakan bahwa kesenangan sesaat di malam akhir tahun, menjelan dan menyambut tahun adalah kesenangan sesaat yang trans geografis, trans suku dan budaya, trans status sosial, trans ekonomi dan bahkan trans religius-spiritual. Begitu dahsyatnya kesenangan sesaat di malam melepas akhir tahun dan menyambut tahun baru itu. 

Mencermati dan merenungkan fenomena kesenangan sesaat tersebut, naluri akal filosof spiritualku, mengajukan pertanyaan kritis, yaitu; apa dan bagaimana hakekat kesenangan dan atau kebahagian? Kapan dan di mana hakekat kesenangan dan kebahagian itu dapat diraih dan diperoleh? Kepada siapa hakekat kesenangan dan kebahagian sejati itu diberikan? Apakah kepada akal manusia ataukah untuk hawa nafsu manusia? Demikianlah beberapa pertanyaan yang hadir dalam benak kalbu spiritualku. 

Di tengah-tengah pengembaraan akal filosofis-spiritual penulis untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas,, ingatan penulis diarahkan kepada firman Allah dalam QS. al-Insyiqaq/ 84: 7-13. Pada ketujuh ayat dalam surah ke 84, penulis menemukan informasi penting tentang kesenangan. Pertama, istilah yang digunakan al-Quran dalam menunjuk makna kesenangan adalah kata as-surur. Kedua, informasi tentang dua jenis kesenangan, yakni jenis kesenangan yang diperoleh dan dirasakan di dunia dan jenis kesenangan yang diperoleh di akhirat.

Jenis kesenangan di dunia dirasakan oleh mereka yang ahli neraka sa'ir di akhirat. Mereka yang menerima catatan amal di hari perhitungan amal lewat belakang punggung mereka. Oleh karena buku catatan amal mereka dipenuhi dengan catatan keburukan di dunia. Mereka bersenang-senang dalam keburukan, dosa dan maksiat, karena mereka telah menganggap keburukan dan saudara-saudaranya sebagai kesenangan. Maka tidak heran, apabila dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa jenis kesenangan dunia menjadi faktor penyebab kesensaraan abadi mereka di akhirat. 

Berbeda dengan jenis kesenangan yang kedua, yang diperuntukkan kepada manusia yang dihisab dengan hisab yang ringan di hari perhitungan amal. Kesenangan jenis kedua ini hanya diperoleh di akhirat dan hanya dikhususkan untuk manusia yang buku catatan amalnya di dunia dipenuhi dengan kebajikan-kebajikan. Patut penulis juga tegaskan, bahwa melakukan kebajikan-kebajikan di dunia, bukanlah sebuah kesenangan tetapi merupakan kesensaraan bagi mereka yang tenggelam dalam kendali hawa nafsu. Karena melakukan kebajikan di dunia bertentangan dengan keinginan hawa nafsu. Hawa nafsu akan menghalangi segala perbuatan amalan kebajikan. Demikian pula dengan orang telah dirajai hawa nafsunya dengan akal-spiritualnya, perbuatan-perbuatan buruk, dosa dan maksiat merupakan kesensaraan. Sebaliknya kebajikan-kebajikan merupakan kesenangan. 

Betolak dari uraian tentang kandungan ketujuh surah al-Insyiqaq di atas, kesimpulan yang dapat dirumuskan penulis terkait dengan kesenangan adalah: Pertama. Di dunia ini ada dua jenis kesenangan. Pertama kesenangan di dunia berdasarkan atau menurut hawa nafsu. Kesenangan jenis ini relevan dengan kesenangan jasmaniah. Kesenangan yang demikian ini, apabila tidak terkendalikan dalam memenuhinya maka menjadi faktor utama hadirnya kesensaraan abadi di akhirat. Kedua, kesenangan akal religius-spiritual, yakni kesenangan yang bersifat batin atau rohani. Kesenangan rohaniah ini merupakan kesenangan yang dibenci oleh hawa nafsu. Kesenangan akal religius-spiritual berat bagi hawa nafsu. Amalan apa pun yang berat bagi hawa nafsu, maka itu adalah kesenangan sejati yang akan memberikan kesenangan abadi di akhirat. Sebaliknya kesenangan apa pun yang ringan bagi hawa nafsu, karena disukai olehnya, maka kesenangan tersebut pasti bakal menyensarakan di akhirat kelak. 


Bertolak dari uraian dua kesenangan di atas, maka kesenangan sesaat di malam akhir tahun menyambut tahun baru, dapat diukur dan dikenal, apakah ia kesenangan sejati atau kesenangan palsu? Apabila kesenangan tersebut ringan bagi hawa nafsu, maka ia dikategorikan kesenangan palsu yang menyensarakan di akhirat nanti. Sebaliknya, jika kesenangan di malam akhir tahun dan menyambut tahun baru berat bagi hawa nafsu, maka itu adalah kesenangan akal-kalbu religius-spiritual. Yakni kesenangan yang menghadirkan kenikmatan abadi di akhirat. 


Silahkan pilih dan tentukan kesenangan mana yang anda ingin rasakan. Apakah kesenangan palsu dan sesaat di dunia tetapi menyensarakan di akhirat? Ataukah kesenangan yang memberatkan hawa nafsu, namun membahagiakan di akhirat? Terserah pilihan dan ketetapan anda. Tentukan sekarang. Jangan hanya ikut-ikutan. Manusia sejati adalah pemilih dan penentu sendiri tentang dirinya, karena memang Allah menganugrahinya kebebasan memilih. Sebaliknya manusia beo adalah manusia yang tak berani dan tidak menggunakan hak pilihnya, tetapi lebih suka ikut-ikutan membeo pada pilihan orang lain, meskipun ia tidak mengerti alasannya, mengapa ia memilih pilihan orang yang diikuti, sebagai mana burung beo ikut-ikutan dan tak mengerti apa  yang dia ikuti.

Namun demikian penulis ingin tegaskan, jatuhkan dan tentukan pilihan kesenangan pada kesenangan yang pasti membahagiakan di akhirat. Hindari kesenangan yang menyensarakan di akhirat. Kesedihan adalah kesedihan akhirat, karena kehilangan kenikmatan abadi di akhirat. Bukan kesedihan di dunia. Jangan bersedih karena sesuatu luput dan hilang darimu, karena sesuatu tersebut memang bukan ditandirkan untukmu, bukan milikmu. Demikian pula, tak perlu bahagia, karena engkau memperoleh yang memang ditakdirkan untukmu. Akan tetapi bergembira dan bahagialah, karena engkau mampu mewujudkan kebahagiaan akhiratmu, dari apa yang ada padamu, begitu pula dari apa yang luput atau hilang darimu. Kebahagian akhirat adalah tujuan hidupmu bukan kesenangan dunia yang palsu, sementara dan sesaat. Karena kesengan yang demikian itu adalah kesenangan hawa nafsu, dan menjadi musuh abadimu. Wa Allah A'lam. Terima kasih semoga manfaat dan mencerahkan. Amiin.

Makassar, 29 Desember 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR