LAUNCHING BUKU: MAYJEN (PURN.) H.M. AMIN SYAM, dengan PEJUANG TANPA MENGENAL HALTE

Ahmad Sewang

Sebuah perhelatan Akbar dilaksanakan di Clario hotel tepat tanggal kelahiran H.M. Amin Syam, yaitu 12 Desember 1945. HUT ke-76 beliau bersamaan dengan launching buku dengan tema seperti judul di atas dengan pembahas utama dua orang pengamat sosial dan akademisi, yaitu:
 Prof. Hamdan Johannes, Ph.D, M.A. (Rektor UIN Alauddin Makassar) dan Dr. Arqan Azikin, M.Sos, pengamat sosial politik yang masyhur. Buku yang  berjudu, Mayjen TNI (Purn.) ditulis sejumlah 24 kontributor dari para sahabat DMI, akademisi, dan teman-teman yang berkprah di tempat lain.

Hari itu penuh kemeriahan, sebab terdapat tiga acara yang berlangsung dalam waktu bersamaan, yaitu 1) launching buku yang berjudul, Biografi ke-76 Mayjen TNI (Purn.), 2. Hari ulang Tahun ke-76 beliau, dan 3. HUT ke-9 RS Bahagia. Aktivitas ini adalah bagian dari efesinsi yang bisa dicontoh, seperti pesan nenek moyang, "Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui."  Untuk itu saya ucapkan:
بارك الله فيكم يغفر الله لنا ولكم
 نتمنى لكم حياة سعيدة وطول العمر في طاعة الله_ آمين 
Sebagai pengenisiatif penulisan buku, sekaligus diberi amanah sebagai editor ikut larut dalam kegembiraan itu sekaligus pada kesempatan dalam memberi pengantar sebelum launching merasa perlu menceritakan kronoligis keberadaan buku tersebut, yaitu pada bulan Ramadan 1442 H/April 2021, beberapa pengurus inti DMI, melakukan pertemuan di jalan Boulevard di Restoran Guri, Panakukang, sambil berbuka puasa bersama. Pertemuan itu, khusus membicarakan penulisan biografi Bapak Mayjen TNI (Purn.) H.M. Amin Syam.

Apa argumentasi yang mendasari penulisan biografi beliau?
1. Setelah dua periode menemani beliau di DMI, kami semakin percaya atas ketokohan beliau sebagai pemersatu umat yang bijaksana. Saya menyaksikan sendiri, jika beliau sudah menyampaikan kebijakan, kami tidak banyak mempersoalkannya, sebab beliau menyampaikan dengan penuh pertimbangan yang didahului musyawarah sebelumnya, seperti inilah yang dikatakan JK dalam sambutannya yang ditulis dalam buku tersebut.
2. Alasan lain penulisan biografi dilatarbelakangi banyaknya nilai-nilai positif dari beliau yang bisa diteladani dan bisa diwariskan paa generasi berikutnya, seperti yang saya bisa simpulkan pada bagian terakhir buku ini bahwa setelah menelaah tulisan para kontributor, maka saya berkesimpulan, isinya semua positif dan patut diketahui dan jadi teladan untuk semua, khususnya generasi masa depan. Kelihatannya para penulis ingin menyebarluaskan kebaikan/keteladadanan beliau dan sekaligus mengabadikannya dalam bentuk tertulis." Pada saat yang sama bangsa ini sedang devesit keteladanan. Itulah yang saya bisa amati lewat peristiwa sekitar setiap hari. Untuk itu, saya akan kemukakan contoh bahwa saat ini sedang terjadi anomali sosial, seperti disuguhkan medsos setiap hari berupa pernyataan kontruduktif, pelecehan, mabuk kekasaan, dan banyak lagi. Anomali sosial seperti ini bisa diperpanjang tetapi sudah cukup sebagai sampel untuk menunjukan urgensi kehadiran buku ini bagai oase untuk menghilangkan rasa dahaga bagi seorang musafir yang kehausan di padang pasir.

3. Menurut prediksi saya bahwa kemungkinan beberapa tahun ke depan, tatkala kita sekarang yang hadir hari ini  baik para penulis, pembahas, dan para undangan, semuanya sudah tidak ada di dunia ini, sudah hijrah ke alam akhirat. Pada saat yang sama, anak cucu kitalah yang hidup saat itu, justru merekalah akan menikmat isi buku ini lewat media literasi sebagai sebuah legacy, sebagaimana Syekh Yusuf al-Makassary yang sudah berlalu empat-lima abad silam, beliau tetap dikenang via tulisan dan penelitian sebab ada media yang beliau tinggalkan.

Saya memiliki imajinasi, andai saja Syekh Yusuf al-Makassary hadir di tempat ini, beliau seakan berpesan, "Jika kalian ingin dikenang sejarah, maka tinggalkanlah tulisan sebagai media untuk menghubungkan kalian dengan generasi masa depan. Tetapi jika, kalian ingin dilupakan sejarah, maka pergilah tanpa meninggalkan tulisan." Ketiadaan tulisan para ulama segera setelah periode Syekh Yusuf, membuat mereka terlupakan. Itulah yang sesungguhnya hakikat yang melatarbelakangi kenapa kami bersepakat di bulan Ramadan 1442 H di Restoran Guri, jln. Bloevard Panakukang, semata-mata untuk mennyebarluaskan nilai-nilai keteladan pada generasi masa kini dan mewariskannya pada generasi masa depan. 

Satu di antara yang banyak ditulis teman-teman adalah pada akhirnya beliau back to mosque, seperti ditulis Prof. Dr. Jalaluddin Rahman, Basihan Nur, dan teman lainnya. Dalam hubungan ini beliau sendiri mengakui, "Saya bersyukur pada-Mu ya Allah karena Engkau telah menganugrahkan padaku banyak jabatan, baik di eksekutif atau pun legislatif, tetapi dari sekian banyak jabatan yang pernah diembang, maka sebagai Ketua DMI Wilayah Sulawesi Selatan paling saya syukuri dan merasa sangat terhormat, betapa tidak karena saya dapat kesempatan mengurus baitullah atau rumah Allah, sebuah kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata." (Mayjen (Purn.) H.M. Amin Syam). 
Akhirnya, sebagai pengenisiatif penulisan biografi ini, saya mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua penulis, pembahas, dan panitia kecil yang dibentuk secara sederhana, yang terdiri hanya lima orang. Saya  mengucapkan terima kasih yang tulus, sebab mereka melibat diri dalam kepanitiaan semata ibtiga mardatillah, sekaligus mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, هدانا الله وإياكم اجمعين

Wasalam,
Makassar, 12-12-2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR