KHAZANAH SEJARAH: MENGUKUR PRESTASI SEBUAH KOMUNITAS DI DUNIA MASA KINI

by Ahmad M. Sewang 

Salah satu metode untuk mengukur kemajuan sebuah komunitas (bangsa atau agama) adalah seberapa banyak mereka telah mendapat penghargaan di bidang iptek dan kemanusiaan yang diakui penghuni bumi masa kini? Seseorang tidaklah cukup jika ia hanya tinggal di dalam rumahnya sendiri tanpa peduli pada tetangga sekitarnya. Dia perlu sekali-sekali melihat keluar jendela, untuk membandingkan rumah huniannya dengan rumah orang lain. Sama halnya dalam berbangsa perlu sekali-sekali melihat ke jendela dunia tentang kemajuan bangsa lain atau sebagai umat perlu melihat capaian umat lain. Melihat capaian kemajuan bangsa lain sangat dibutuhkan sebagai ukuran capaian bangsa sendiri. Tentu saja secara khusus kemajuan di bidang peradaban dan kebudayaan, sebab yang berhubungan dengan ibadah tidak dapat dijadikan ukuran karena ia bersifat sabat yang tidak akan mengalami inovasi.

Prestasi di bidang ilmu pengetahuan dan perdamain, yakni fisika, kimia, sastra, kedokteran, dan perdamaian yang diwujudkan dalam bentuk hadiah Nobel, diambil dari nama seseorang bernama Alfred Bernhard Nobel, seorang kimiawan, insinyur, dan pebisnis  Swedia yang menemukan dinamit. Nobel seorang miliarder yang seluruh hidupnya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sebelum wafat, dia meninggalkan wasiat dengan mendonasikan kekayaannya untuk manusia, siapa pun yang berprestasi di bidang keilmuan dan kemanusiaan. 

Nobel lahir, 21 Oktober 1833 di Stockholm, Swedia dan meninggal 10 Desember 1896, Sanremo, Italia. Karena itu, hadiah Nobel diberikan setiap tahun untuk memperingati hari wafatnya 10 Desember. Telah 975 ilmuwan dan tokoh dunia yang telah menerima penghargaan Nobel hingga tahun 2021.  Nobel telah mewakafkan 94 persen dari total kekayaannya untuk penghargaan tersebut. Nilai hadiah Nobel  per orang yang setelah dipotong pajak berjumlah 31.225 krona (setara 472 juta dollar AS), selain itu, juga diberikan medali emas 24 karat. Hadiah diberikan kepada siapa pun berprestasi tanpa diskriminasi ras, agama, dan kebangsaan. Dari muslim tanpa membedakan aliran mazhab, sehingga dalam Islam yang pernah menerima hadiah Nobel ada yang bermazhab Sunni, Syi'ah, dan Ahmadiyah.

Muslim yang pernah mendapat hadiah Nobel antara 1901-2015 berjumlah 12 ilmuwan muslim atau baru 1.4% dari seluruh penghargaan yang pernah dibagikan. Walau prestasi ini masih terbatas didapat oleh umat Islam, namun perlu tetap dipelihara dan dikembangkan. Pada 1979, seorang ilmuwan Pakistan bernama Abdus Salam memenangkan hadiah Nobel, seorang fisikawan beraliran Ahmadiyah. Penemuan ini adalah kunci yang mendasari teori fisika partikel yang masih dipakai hingga kini, juga menjadi tonggak penemuan partikel Higgs Boson pada 2012. Pada tahun 2014 Malala Yousafzai juga dari Pakistan, seorang perempuan muslimah termuda di dunia yang pernah mendapat hadah Nobel, yaitu pada umur 17 tahun. Dari Iran, Shirin Ebadi, memperoleh Nobel perdamaian tahun 2003. Beberapa tokoh dari negara Piramida, Mesir, yaitu: Mohamed El Baradei, memperoleh Nobel perdamaian tahun 2005. Ahmed Zewail, memperoleh Nobel Kimia tahun 1999. Naguib Mahfouz di bidang Sastra tahun 1988. Sedang Anwar El Sadat, memperoleh Nobel perdamaian tahun 1978. Dari Palestina juga mendapat Nobel perdamaian, yaitu Yasser Arafat. Dari Yaman yang memperoleh Nobel perdamaian, yaitu Tawakkul Karman, tahun 2011.

Sayang sekali hadiah Nobel tersebut belum pernah diterima bangsa Indonesia yang populasinya ranking ke empat terbanyak di dunia, yaitu: 272.229.372 jiwa (statistik tahun 2021). Malah negara kecil yang luasnya 15.007 km², yaitu Timor Leste, sudah lebih dahulu mendapatkan Nobel Perdamaian, yaitu Carlos Filipe Ximenes Belo dan JosĂ© Ramos-Horta tahun 1996. Semoga saja, tulisan ini bisa menjadi motivasi bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan hadiah Nobel sebagai penghargaan yang membanggakan di bidang ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Alhamdulillah, sejumlah tokoh, Azyumardi Azra, Magnis Suseno, dan Yenny Wahid  dalam sebuah seminar di Oslo, Norwegia, telah mengusulkan ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk meraih Nobel Perdamaian. Semoga!!!

Wasalam,
Makassar, 9 Desember 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR