KHAZANAH SEJARAH:SEJARAH INTEGRSI KEILMUAN

by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama

Dalam sejarah, dikenal historical accident atau kecelakaan sejarah yang dimulai dari pengadilan terhadap Galileo Galilie pada tahun 1633. Galileo, berdasarkan hasil risetnya, menyetujui teori Copernicus sebelumnya bahwa bumi dan planet lainnya berputar pada orbitnya mengelilingi matahari (heliosentris) dan menolak teori Ptolemaeus bahwa matahari dan planet lainnya.
  berputar mengelilingi bumi (geosentris). Teori heliosentris ini bertentangan dengan otoritas gereja yang meyakini bumi sebagai pusat alam semesta. Hal ini berarti teori Copernicus tersebut bertentangan dengan paham gereja. Galileo juga mengatakan bahwa kita harus menerima tafsiran harfiah atas alkitab kecuali jika ada teori sains yang terbukti secara tak terbantahkan. Pandangan ini membuat Galileo harus menerima hukuman dari gereja yang dipimpin oleh Paulus V . Mulai saat itu saintik semakin menjauhkan diri dari gereja dan agamawan semikin terisolsi masuk ke dalam gereja.

Pada abad ke-15 adalah abad kebangkitan Eropa, sebaliknya dalam abad yang sama menjadi abad kemunduran Islam, bahkan Kerajaan Turki Usmani yang paling ditakuti Eropa disebut the sick man of Europe. Pada waktu itulah bangsa Eropa beramai-ramai mendatangi  dunia Timur dengan semboyan tiga G: Glory, Gold, dan Gospel. Salah satu barang komoditi yang dicari adalah rempah-rempah. Para pedagang muslim yang awalnya. menguasai lalu lintas perdagang di Lautan Hindia, dengan kekuatan persenjataan yang dimiliki bangsa Eropa kekuasaan beralih kepada mereka. Sampai pada abad ke-19 hampir semua negeri muslim dikuasai para pedagang Eropa. Maroko dikuasai Italia, Aljazair, Libya, Mesir oleh Prancis, Palestina, India dan Malaysia ole Inggris, dan Indonesia oleh Belanda. Hanya tiga daerah yang disisahkan: Hijas, Persia, dan Afganistan.

Pada tahun 1596, ekspedisi Belanda yang pertama, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, tiba di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat. Di sana mereka segera terlibat konflik, baik dengan orang-orang Portugis maupun dengan penduduk pribumi. Houtman meninggalkan Banten berlayar ke timur dengan mene­lu­suri pantai utara Pulau Jawa. Ekspedisi ini mengalami banyak tan­tangan dan penderitaan dari wabah penyakit. Akhirnya, pada tahun 1597 sisa tiga dari empat kapal dengan 87 dari 247 awaknya yang dapat sampai ke negeri Belanda. Sekalipun demikian dilihat dari sudut misi utama untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, ekspedisi mereka dianggap cukup berhasil sebagai perintis jalan pada ekspedisi selanjutnya.

Sejak itu, mulai banyak perusahaan-perusahaan ekspedisi Be­landa yang saling bersaing untuk mengadakan pelayaran dalam memperoleh rempah-rempah. Pada bulan Maret 1602, perusahaan-perusahaan itu bergabung untuk membentuk Perserikatan Maska­pai Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). VOC berpusat di Amsterdam dan oleh pemerintah Belanda, Staten Generaal, diberikan oktroi atau hak monopoli untuk berdagang, ber­layar, dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Ha­rap­an dan Kepulauan Salomon.

Wassalam,
Makassar, 29 Juli 2021


Bagian Kedua

by Ahmad M. Sewang.
Peristiwa Galileo berdampak jauh pada dikotomi ilmu pengetahuan di dunia Barat. Mereka kemudian membawanya ke negara-negara jajahan bersamaan dengan kolonialisasi. Bangsa kolonial datang bukan hanya menguasai ekonomi juga segala aspek kebudayaan, seperti di dunia pendidikan. Mereka menarapkan dikhotomisasi pendidikan seperti dipraktikan di negara mereka, mulai dari Volsschool (sekolah rakyat) sampai ke Hoger Onderwijs (Pendidikan Tinggi). Kondisi dunia pendidikan itulah yang mendorong HOS Tjokroaminoto memperkenalkan integrasi keilmuan. Dalam banyak kesempatan Tjokroaminoto selalu mengintrodusir bahwa Islam tidak mengenal dikhotomi keilmuan. Beliau sesungguhnya bisa dicatat sebagai pelopor reintegrasi ilmu pengetahuan.  

Seperti dikemukakan, Belanda datang dengan memperkenalkan pendidikan sekuler pada lembaga pendidikan di bawah naungan kekuasaan mereka. Belanda tidak memperbolehkan mengajarkan agama pada pendidikan di bawah kekuasaan mereka. Pendidikan agama mereka istilahkan sebagai pendidikan akhirat. Orang yang ingin belajar akhirat, kata kolonial, dilakukan di luar sekolah-sekolah Belanda, seperti dilakukan oleh Muhammad Natsir, Kasman Singodimejo, dan lainnya. Mereka belajar agama di sore hari di luar sekolah Belanda.

Kiyai pun di Pesantren membalas pendidikan sekuler itu dengan pendidikan sebaliknya. Pesantren didirikan dengan hanya mengajarkan agama. Saya masih ingat kiyai saya mengajar di madrasah tahun 1967 bahwa bahasa inggris itu adalah bahasa munafik, lain tertulis lain bacaannya. Bahasa Inggris tidak terbawa sampai di akhirat, kata sang kiyai. Jadi imbas dikhotomi pendidikan masih terasa sampai pertengahan kedua abad ke-20-an.

Dengan demikian, Belanda yang datang ke Nusantara, bukan hanya untuk kepentingan penjajahan sekaligus memperkenalkan pendidikan sekuler. Setelah proklamasi kemerdekaan 1945, dikotomi pendidikan tetap saja berlanjut: Departemen Agama RI mendirikan madrasah sampai PT yang hanya megajarkan agama, sedang Departemen P dan K mendirikan sekolah umum, mulai SRN (SDN) sampai PT hanya mengajarkan umum.

Nantilah terjadi integrasi keilmuan tahun 2002 dimulai IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Para pengurusnya mendirikan Universitas Islam dengan wide mandat (perluasan mandat) yang diberi kewenangan mendirikan fakultas umum dengan mengintegrasikan agama dan umum untuk membedakannya universitas lainnya di luar UIN. Di sini dua nama yang yang paling berjasa dalam reintegrasi ilmu pengetahuan dan sulit dilupakan, yaitu Prof. Dr. Harun Nasution dan Prof. Dr. Azyumardi Azra. Tahun 2002 adalah tonggak sejarah integrasi ilmu pengetahuan dengan memberi wawasan agama pada mata kuliah pengetahuan umum dan wawasan umum pada mata kuliah agama.

Sesungguhnya sebelum Perguruan Tinggi bergerak,
maka lembaga-lembaga kajian sudah ada kecenderungan dan melaksanakannya, seperti Pengajian Aqsha di Makassar pada awal tahun -80-an, dan Pengajian Salahuddin di UGM Jogyakarta serta Pengajian ITB Bandung, walau masih sangat sederhana. Para pengurus, nara sumber, dan peserta terdiri dari orang-orang yang berlatar belakang umum dan agama. Mereka saling belajar, ilmuwan agama sangat antusias jika nara sumbernya dari ahli disiplin umum. Mereka berusaha mensinergikan keahliannya dengan pengetahuan agama. Sebaliknya, peserta dari ahli pengetahuan umum sangat antusias jika nara sumbernya ahli agama yang berusaha mensinergikan disiplin ilmu umum. Tidak heran jika ada peserta umum berkata, alangkah enaknya mengikuti jika ahli agama bicara umum. Sebaliknya, peserta yang berlatar belakang agama bilang, alangkah menariknya jika ahli pengetahuan umum bicara agama dan sebaliknya.

 Semoga dengan metode integrasi ilmu pengetahuan bisa mengembalikan kejayaan Islam seperti pada periode kejayaan Islam di era klasik, seperti masa Alkhawarismi, al-Jabir, Umar Khayyan, Ibn Rusyd dan ilmuwan lainnya. Mereka mampu menyatukan dalam diri mereka antara agama dan sainst. Sampai sekarang, seluruh Indonesia, dari Aceh sampai Makassar, sudah berdiri sejumlah 14 UIN yang akan berusaha menarapkan reintegrasi keilmuan. Saya optimis, walau tidak mudah, namun akan bisa dicapai asal semua civitas  bersunguh-sungguh, من جد وجد

Wassalam,
Makassar, 2 Agustus 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR