KHAZANAH SEJARAH:KOMUNITAS MODERN TERBUKA MENEMBUS BATAS

by Ahmad M. Sewang 

Setiap orang, mazhab, dan organisasi sosial memiliki kelebihan sekaligus punya kekurangan atau ketidaksempurnaan masing-masing. Sejarah berdirinya subuah mazhab atau organisasi sosial dilatarbelakangi sebuah asumsi untuk menyempurnakan mazhab atau organisasi sosial tersebut sebelumnya. Untuk itu, setiap orang, mazhab, dan organisasi, seharusnya orang bisa menarik manfaat dari kelebihan pada setiap orang, organisasi, dan mazhab tersebut.

Ketika berkunjung ke Melbourne, Australia, saya sengaja memasuki daerah pinggiran kota itu, bersama rombongan di antaranya Dr. Zamachsyari Dhofir. Di sana ada komunitas muslim yang melaksanakan kajian Tafsir. Kitab yang jadi pegangan adalah Tafsir Misbah, karya mufassir terkenal, Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab, M.A. Setelah berbincang kelebihan dan kekurangan Tafsir Misbakh, ustadz tersebut, mengomentari bahwa tafsir tersebut lebih mudah dipahami komunitas muslim Australia. Sedang kekurangannya, 
 al-Tabatabai yang berpahan Syiah. 

Demikian halnya, ketika memprentasekan makalah di sebuah lembaga prestisius di Makassar, saya mengutip pendapat Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., M.A. Kebetulan saya kenal baik beliau ketika berkunjung ke Masjid Nabawy di Madinah. Beliau satu-satunya alumni Universitas Madinah asal Indonesian yang dipercaya pemerintah Saudi untuk memberikan pengajian dalam bahasa Indonesia di Masjid Madinah. Sehingga bahasa Indonesia semakin kokoh posisinya sebagai bahasa kedua di negeri petro minyak itu. Saya kaget saat presentase makalah tersebut, seorang peserta  membisikan ke telinga saya agar tidak mengutip pendapat Dr. Firanda dengan alasan beliau seorang Wahabi. Lebih kaget lagi, karena yang membisikan itu sudah penyandang gelar sebagai Guru Besar riset.

Saya sadar bahwa teguran itu menandakan bahwa sebagian umat masih menutup diri dan masih dikunkung pandangan lama bahwa pedapat yang benar hanya muncul dari pendapat sendiri, mazhab, dan organisasi sendiri. Dari pengalaman ini menimbulkan pertanyaan, kenapa di universitas para ilmuwan banyak mengutip pendapat Plato, Agustinus, Philip K. Hitti, dan Montgomery Watt, dan seterusnya? Pada hal mereka nyata-nyata orientalis. Para ilmuwan mengutip orientalis, sebab pandangan mereka banyak yang objektif dan lebih relevan. Di sinilah keganjilan bagi yang tidak ingin mengutip pendapat sesama muslim. Walaupun pendapat mereka lebih baik dan jauh lebih relavan hanya karena beda mazhab.

Saya telah menulis pada seri sebelumnya, sebuah universitas yang sudah sampai ke tingkat peradaban tinggi telah berani menembus batas dengan mengutip semua pandangan terbaik dari mana pun datangnya, seperti ayat keadilan sepanjang sejarah dalam QS An-Nisa ayat 135. Ayat ini ditulis di pintu masuk di Harvard University. Imam Syafii telah memberi teladan dan dengan jiwa besar beliau berkata,
إذا صح الحديث فهو مذهبي 
"Jika hadis itu sahih, maka itulah mazhabku." Imam Syafii  selanjutnya juga beliau menambahkan,
 عن الامام الشافعى الذى قال والله
ما ابالى ان يظهر الحق على لسانى او على لسان خصمي
Imam Syafii berkata, "Saya tidak peduli, apakah kebenaran itu lahir dari lisanku atau lisan orang lain." Artinya, Imam Syafii  walau diakui sebagai ulama besar, namun beliau tidak mau mengklaim memonopoli kebenaran.

Suatu saat saya dapat undangan untuk memberi kajian di suatu tempat di Makassar. Seorang peserta yang merasa hanya pendapatnya saja yang paling benar dan ingin memaksakan pendapatnya itu pada orang lain. Saya meresponnya dengan berkata, "jika ada orang yang mengaku ustaz di sebuah daerah dan merasa hanya pendapatnya saja yang paling benar, dan pendapat orang lain, atau di luar mazhabnya adalah salah dan harus ditolak, maka dia perlu memperluas wawasannya dengan belajar menyimak pendapat ulama lain yang lebih masyhur, baik pada tingkat nasional atau pun internasional sehingga tidak merasa benar sendiri. Jangan seperti katak dalam tempurung. Setelah tempurung itu dibuka, barulah ia sadar bahwa masih ada langit di atas tempurung. Sekarang banyak orang yang mengklaim diri sebagai ustaz, hanya dengan bermodalkan selembar surban dengan bacaan buku sangat terbatas, tetapi sudah berani menyalahkan dan mengafirkan orang lain yang tidak sependapat dengannya.

Wassalam 
Makassar, 25 Mei 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR