MAYJEN TNI (PUR.) H.M. AMIN SYAM: BACK TO MOSQUE


by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama
Saya beruntung karena sebelum memposting perjalanan hidup H.M. Amin Syam, sempat memvalidasinya langsung pada beliau. Menurut informasi resmi dari Kiyai Google bahwa beliau lahir di Enrekang, padahal yang benar adalah kelahiran Bone. Karena itu, menjadi pelajaran berharga bagi setiap penulis dan peneliti, tidak bisa percaya begitu saja, sekali pun sudah dimuat secara resmi oleh Kiyai Google di Wikipedia.

H.M. Amin Syam lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 12 Desember 1945. Tidak seorang pun di Sulawesi Selatan yang hidup pada pertengahan kedua abad ke-20 ke atas tidak mengenalnya. Jika ada yang tak mengenalnya, justru dipertanyakan sebagai orang Sulawesi Selatan. Betapa tidak, hampir semua jabatan penting pernah dipercayakan pada beliau. Jabatan yang pernah   beliau embang, secara kronologis, dimulai dari karier militer. Beliau adalah Pelatih/Guru Militer pada Pusat Pendidikan Artileri Medan AD di Cimahi Bandung, Komandan Baterai (setingkat Kompi), Wakil Komandan Batalyon, Kepala Penerangan Kodam Wirabuana, Wakil Asisten Teritorial Kodam Wirabuana dan Anggota MPR RI tahun 1997 sampai tahun 1999.
 
Di bidang olahraga beliau dipercaya sebagai Ketua KONI Sulawesi Selatan dua periode dan berhasil meningkatkan prestasi olah raga Sulawesi Selatan dari peringkat 10 Nasional, naik menjadi peringkat 6 Nasional pada PON di Kalimantan Timur tahun 2008. 

Di bidang politik pernah menjabat Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan tiga periode, selama 16 tahun, mulai dari era Orde Baru sampadi Orde Reformasi dengan tetap mempertahankan supremasi Golkar Sulawesi Selatan. Jabatan terakhir beliau di Partai Golkar adalah anggota Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar sampai beliau tidak lagi aktif.

Mungkin karena karier yang beliau jalani dianggap cemerlang, sehingga diberi amanah di eksekutif sebagai Bupati Kepala Daerah, Tana Mansenrempulu, Enrekang. Dari bupati melangkah ke legislatif sebagai Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, setelah itu kemudian terpilih sebagai pimimpin puncak eksekutif di daerah ini, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan. Jabatan eksekutif yang diembang beliau bagai air mengalir apa adanya dari dataran tinggi di Tana Mansenrempulu ke dataran rendah terus mengalir ke bawah bertemu orang banyak sampai bermuara di masjid. 

Sekalipun telah malang melintang di beberapa jabatan, akhirnya beliau kembali ke masjid membina umat. Memang purna tugas beliau diminta oleh umat untuk memimpin organisasi kemasjidan, yaitu Ketua DMI Wilayah Sulawesi Selatan. Saya waktu itu sedang di Jakarta pada saat pemilihan berlansung dan mendapat telepon dari KaKanwil Kementerian Agama Provinsi, Dr. H. Bahri Mappiasse bahwa saya diharapkan untuk mendampingi beliau. Lewat telepon saya jawab, "Saya merasa mendapatkan kehormatan dan keterlaluan rasanya jika tidak memenuhi permintaan tersebut. Tentu saja akan berusaha membantunya sesuai kesanggupan yang dimiliki," kata saya lewat telepon.

Memang, sejak menjabat sebagai Gubernur, beliau sudah biasa menerima tamu dari rakyat kebanyakkan di masjid setelah salat subuh. Sampai ada yang berkilah, jika ingin cepat bertemu Gubernur datanglah ke Masjid al-Aqsha Gubernuran salat subuh berjamaah. Pasti akan bertemu langsung dengan beliau. Tidak heran jika beliau sangat mudah terpilih dan menerima jabatan sebagai orang pertama di organisasi kemesjidan atau Ketua Umum DMI Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan untuk back to mosque.

Wassalam,
Makassar, 12 April 2021 M/Akhir Syaban 1442 H


Bagian Kedua.

Saya bersyukur bisa mendampingi beliau di DMI. Sudah lebih satu periode mendampinginya, saya pun berpendapat, "Tidak banyak orang seperti beliau yang pernah duduk di jajaran elite pemerintahan mau bersikap tawadu (rendah hati) turun mengurusi masjid, sebagai baitullah." Kenapa back to mosque karena di sanalah kita dapat menemukan secara nyata hamba-hamba Allah yang bersujud dengan mensejajarkan kepalanya yang mulia dengan tanah. Tanah telah menyiapkan diri sebagai  tempat yang siap dinjak-injak,
sikap ini, hanya bisa dilakukan jika memiliki sikap tawadu. Beliau bagai frasa latin yang berbunyi "primus inter pares" yang biasa diterjemahkan, first among equals dengan makna orang pertama di antara yang sederajat atau yang pertama di antara yang setara. Selalu ingin mesajajarkan diri dari orang kebanyakan. 

Beliau bak khalifah Umar bin Khattab yang sengaja turun ke bawah sekedar mengechek yang terjadi di tengah masyarkatnya. Ditemukannya seorang Ibu yang sengaja menanak batu sekedar menghubur anak-anaknya bahwa ada sesuatu yang dimasak. Setelah diketahui derita kemiskinan Sang Ibu, Umar segera mendatangi baitulmal memikul gandung sendiri di punggungnya untuk keluarga Sang Ibu. Sang Ibu baru sadar bahwa yang memikul gandung adalah khalifah sendiri, Sang Ibu takjub sambil mohon maaf. Umar hanya meresponnya dengan berkata, "Ini tanggung jawab saya di dunia dan di akhirat." Alangkah bahagianya jika semua elite penguasa ingin  turun ke bawah ke rakyat kecil mustadafin, seperti Umar. 
 
Saya sungguh terkesan atas sikap tawadu H.M. Amin Syam dalam sebuah rapat di DMI, beliau menyatakan, "Telah banyak jabatan top di Sulawesi Selatan kulewati, mulai dari Bupati, ketua DPRD dan sampai jadi Gubernur, tetapi sebagai orang nomor satu mengurusi masjid di DMI, saya merasakan bahwa jabatan dalam mengurusi rumah Allah swt. adalah  jabatan paling mulia dan terhormat dari semua jabatan yang pernah saya embang," kata beliau. Di masjid itulah setiap hari kita menyaksikan orang yang rendah hati dengan penuh ketulusan, mereka meletakkan kepalanya sejajar dengan tanah, menunjukan bahwa "Tanda orang tawadu adalah orang yang ingin mengurusi orang yang rendah hati." Itulah pribadi H.M. Amin Syam bak air mengalir dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Hanya di dataran rendahlah kita bisa menemukan tanah subur yang ditumbuhi aneka macam flora. 

Akhirnya, saya doakan  "Semoga beliau panjang umur, banyak umat yang masih mengharapkan pengabdian dan dedikasimu. Dengan sikap tawadu, engkau telah memberi keteladanan yang baik untuk genarasi masa depan. Engkau telah banyak berkurban dengan penuh keikhlasan demi kemajuan  umat. Saya masih menyaksikan di umurmu yang sudah sepuh masih bersemangat melakukan perjalanan jauh ke daerah-daerah meresmikan pengurus cabang DMI. Tempatmu yang strategis di jalan Cendrawasi telah engkau ikhlaskan sebagai sekretariat pertemuan harian DMI. Engkau telah mencontohkan sikap tawadu dengan back to mosque."  Dalam sebuah kisah Nabi Isa a.s. berpesan pada mirid-miridnya, "Kearifan (hikmah) tumbuh subur dalam tawadu, bukan takabur." Bahkan dalam kisah Iblis dalam QS al-Araf: 12. Adam a.s.dianggap hina karena terbuat dari tanah. Iblis mengklaim diri lebih mulia karena berasal dari api. Faktor inilah membuat Iblis takabur dan ingkar pada perintah Tuhan. "Iblis sudah tertutup hatinya sehingga tidak paham bahwa kebaikan hanya diperoleh dari kerendahan hati, sama dengan tanaman hanya subur di dataran rendah bukan di bukit gersang." Nilai tawadu itulah diajarkan dalam sujud yang perlu diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Inilah tausiah yang penulis terima dari seorang ahli hikmah.
Mohon maaf, jika ada kata yang khilaf.

Wassalam,
Makassar,  13 April 2021 M/ Awal Ramadan 1442 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR