DRS. H. MUH. YAMIN AMNA, M.A.: PEJUANG TAK PERNAH DIAM


by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama
Muh. Yamin Amna, sering saya sapa KakYamin, seorang pejuang yang tak mengenal menyerah dari berbagai rintangan. Beliau sahabat yang sangat perhatian dan terbuka. Ketika penyambutan abad ke-15 Hijriah, bertepatan tahun 1979. Yamin Amna kebetulan duduk sebagai Ketua Majlis Dakwah dan Remaja masjid DPP IMMIM. Abad ke-15 dicanangkan sebagai abad kebangkitan Islam yang di Kota Makassar ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda dan remaja masjid Juridiksi dan koordinasi DPP IMMIM  di bawah naungan Majlis Dakwah, Seni Budaya, dan Remaja Masjid yang diketuai Muh. Yamin Amna. Mulai saat itu, persahabatan dengan Kak Yamin semakin akrab. Waktu itu, saya sedang sedang aktif di Ikatan Remaja Masjid Aqsha (IRMA AQSHA) di samping aktif dalam kepengurusan Pengajian Aqsha.

Saya masih ingat, seluruh masyarakat muslim dimobolisasi memyembut Abad ke15 H. Dalam catatan saya hampir semua tokoh, sipil dan militer, terlibat dalam kegiatan itu dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari kegiatan bernuansa modern, seperti seminar dan peragaan busana muslim/muslimah sampai kegiatan tradisional seperti pembacaan Berzanji. Kebanyakan kegiatan dipusatkan di Aula DPP IMMIM. Di saat inilah saya dipanggil Kak Yamin agar aktif dalam kegiatan Asratun Kamilah atau kegiatan 10 hari yang sempurna, yaitu kegiatan dari tanggal 1 sampai 10 Muharram 1400 H. Salah satu kegiatan itu adalah Cerdas Cermat al-Quran yang naterinya meliputi al-Quran, hadis dan sejarah Islam. Banyak teman-teman yang aktif menyemarakkan kegiatan itu yang di kemudian hari menjadi tokoh masyarakat, yaitu Arfah  Siddiq, Ahmad Thib Raya, Noer  Huda Noor, Syamsudduha Saleh, Khadijah Maidin, Mansur Kadir, Hamzah Junaid, dan teman-teman lainnya. Sebagian mereka sudah dipanggil Allah swt. dan sebagian masih melanjutkan perjuangan.

Pembentukan Remaja Masjid di bawah Juridiksi DPP IMMIM bertujuan untuk membangun generasa masa depan  pencinta masjid. Hal ini dapat diketahui pada sambutan yang diberikan H. Fadeli Luran dalam setiap pembukaan Remaja Masjid. Beliau selalu mengemukakan pengalaman yang beliau dalam sambutannya, "Selama ini yang mengurus masjid adalah orang tua yang terbatuk-batuk, dialah yang jadi imam, muazin, protokol, dan mengurusi mubalig. Pengabdian demikian, sudah saatnya diambil alih oleh remaja masjid sebagai pemimpin masa depan," kata beliau dalam sambutannya.

Di antara kelebihan Kak Yamin adalah beliau selalu memperlihatkan ketulusan dalam berjuang. Keikhlasan itulah yang menjadi magnet dan menjadi perekat untuk selalu akrab dan dengan senang hati di bawah kepemimpinannya. Beliau adalah pejuang yang tak kenal lelah dalam menuntun generasi muda ke arah aktivitas positif via remaja masjid.

Wassalam,
Makassar, 1 April 2021


by Ahmad M. Sewang 
Bagian Kedua
Pada tahun 1986, ketika peresmian SMP Masjid Raya oleh gubernur, Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, saya ketemu Kak Yamin. Nampaknya, Remaja Masjid akan dibentuk secara nasional dengan nama BKPMI (Badan Koordinasi Pemuda Masjid Indonesia) Wilayah Sulawesi Selatan yang kemudian berubah menjadi BKPRMI). Kak Yamin, membisikan pada saya untuk mendampangi beliau yang didaulat sebagai Ketua Umum pertama dan saya diminta agar siap mendampinginya sebagai Sekretaris Umum, namun saya langsung menyampaikan bahwa saya sudah lulus akan melanjutkan sekolah di Jakarta. Benar saja, setelah saya di Jakarta, beberapa bulan kemudian saya mendapat ucapan selamat via telepon dari almarhum Ibn Sulaiman atas penunjukan saya sebagai Sekum BKPMI pertama. Akhirnya, sebagai jalan kompromi saya meminta pada Kak Yamin agar mengangkat Abubakar Wasahua sebagai pelaksana tugas dengan komitmen setelah selesai studi baru melaksanakan tugas baru.

Sementara saya studi di Jakarta, Kak Yamin selalu datang di Asrama untuk mengikutkan kegiatan BKPMI. Di sini saya berpandangan bahwa Kak Yamin seorang mujahid yang tulus. Sebagai seorang sahabat, saya memberitahu padanya, "Menurut yang saya lihat dan berdasarkan pengalaman studi. Manusia masa depan sebagai harapan bangsa dan agama adalah tidak cukup hanya dengan semangat mujahid, tetapi akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan mujtahid. Untuk itu, perlu melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan," kata saya. Kak Yamin kemudian bertanya, "Bagaimana caranya?" Kemudian saya jawab, "Perlu melanjutkan studi dan saya siap membantu mengurus semua persyaratannya." Sebab melanjutkan studi S2 tempo doeloe atau di era 80-an tidak mudah, beda dengan sekarang yang kelihatan lebih mudah. Era kini S2 persyaratannya jauh lebih mudah dan temps sekolahnya pun tak perlu jauh-jauh meninggalkan Makassar ke Pulau Jawa.

Mulai saat itu, saya menghubungi Drs. H. Aburrahman K. yang sedang ditugaskan di Departemen Agama Pusat untuk mengurus izin sebagai PNS. Di Makassar saya menghubungi  Rektor UMI, Prof  Dr. H. Abdurrahman Basalama untuk memintakkan rekomendasi. Akhirnya Kak Yamin bisa diterima di PPs IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kelihatannya Kak Yamin di samping studi juga tetap aktif di BKPMI. Tidak heran, jika  Prof. Quraish Shihab pernah menyampaikan pesan saat ketemu dengan almarhum, "Selesaikan dulu studimu, Yamin, baru aktif di BKPMI," pesan Prof. Quraish  
Akhirnya, saya bersyukur Kak Yamin bisa selesai studi tepat waktu.

Ketika saya penelitian di Belanda, kami dapat kunjungan Menteri Agama dr. H. Tarmizi Tahir dan Dirjen Bimbaga Islam, K.H. Amidan. Saya bicara dari hati ke hati di sebuah restoran di Den Haag dengan K.H. Amidan  agar Kak Yamin ditarik ke pusat, dimaksudkan agar beliau bisa memberi kontribusi secara nasional. Waktu itu K.H. Amidan sudah setuju. Sayang sekali, setelah saya kembali ke Indonesia. Kak Yamin sudah mulai aktif di partai, sehingga sulit untuk ditarik ke pusat. Beliau salah seorang deklarator Partai Bulan Bintang dan masuk menjadi anggota DPRD Sulawesi Selatan.

Sesuai komitmen bahwa selesai studi saya diberi tugas baru sebagai Ketua Umum Bakomubin (Badan Koordinasi Mubalig Indonesia) Wilayah Sulawesi Selatan yang dalam peresmian langsung dilantik Drs. H. Toto Tasmara, Ketua Umum Pusat. Bakomubin adalah tempat berhimpun para alumni BKPMI. Program pertama yang dilakukan adalah meresmikan  Cabang Bakomubin di daerah-daerah dari Bulukumba sampai ke Mamuju karena daerah ini masih begabung dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Mengingat saya sudah mulai aktif di kampus di PPs Alauddin dan perode saya di Bakumobin sudah berakhir, saya merasa beruntung memiliki kawan yang aktif dan Bakomubin bisa dia melanjutkan memimpin saya. Jadi pada periode kedua Bakomubin sebagai ketua umum, yaitu Drs. H. Mansur Kadir.

H. Muhammad Yamin Amna MA terpaksa harus hijrah ke Jakarta. Ini karena ia terpilih sebagai Ketua Umum BKPMI Pusat dalam Musyawarah Nasional 1993 di Jakarta dan bersamaan dengan itu saya sudah riset di Belanda. Pada periode Kak Yamin, BKPMI berganti nama BKPRMI (Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid). Kak Yamin menjadi Ketum BKPMI menggantikan Drs. H. Toto Tasmara pada Munas di Bandung.

BKPRMI berkantor di Masjid Istiqlal, jl. Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat (Jakpus). Kantornya berdekatan dengan Majlis Ulama (MUI) Pusat. Nama-nama tokoh BKPRMI pada zamannya di antaranya, H. Ramlan Marjoned, H. Yanuar Amnur S.Sos.I dan Drs. H. Tasyrifin Karim. Karena itu Yamin tinggal dan beraktivitas di Jakarta. Setelah selesai tugas di BKPRMI, ia kembali ke Makasar, Sulsel.

Di Makasar, Yamin aktif sebagai Sekretaris Umum Dewan Dawah Islamiyah Indonesia Propinsi Sulsel. Sejak Ketuanya H. Arsyad Pana. Sebab itu, saat di Jakarta ia kerap bertandang ke Markas Dewan Dakwah Pusat, Jl. Kramat Raya 45, Jakpus. Baik dalam urusan formal organisasi, maupun in formal secara pribadi. Apalagi ada Ramlan Marjoned, sahabatnya di BKPMRI, yang aktif di Markas Dewan Dawah Pusat. Dalam perjalanan hidup Kak Yamin, tercermin dengan jelas bahwa beliau adalah seorang pejuang yang tidak mengenal halte. Kemarin, saya dapat respon dari Akhy Darma Surya, setelah membaca seri I bahwa Almarhum, bagai "Dian yang tak pernah padam." Berjuang tanpa kenal lelah. Tidak heran, walau sudah beberapa dekade dipanggil Allah swt. gema perjuangannya masih terasa dalam hati pada generasi penerusnya.

Wassalam,
Makassar, 2 April 2021


Bagian Ketiga
Kedekatannya dengan dengan banyak pejuang dan tokoh-tokoh Dewan Dawah Pusat, mendorong Yamin bergabung dalam Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI) yang dipimpin Dr. Anwar Harjono SH. Apalagi BKPRMI termasuk ormas pendiri BKUI, bersama ormas-ormas Islam lainnya. Ia dan Pimpinan BKPMRI lainnya termasuk aktif dalam pertemuan-pertemuan BKUI. Apalagi pada saat proses pembentukan partai Islam penerus Masyumi.

Dalam pembentukan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PBB periode 1998-2000, nama tokoh-tokoh central BKPRMI duduk di dalamnya. Abdurrahman Tarjo duduk sebagai Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen). Ramlan sebagai Bendahara. Yamin Amna duduk sebagai Ketua Departemen Dakwah. Sekretarisnya H. Yanuar Amnur S.Sos. Toto Tasmara duduk sebagai Wakil Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Hery dan Arifin Agule tidak duduk dalam DPP PBB. Arifin aktif menjadi Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PBB Gorontalo.

Dalam Pemilu 1999, Yamin mencalonkan diri untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) I Sulsel. Ia terpilih menjadi anggota DPRD I Sulsel, Periode 1999-2004. Waktu itu ia tidak mencalonkan diri di DPR RI. Karena calonnya H. Djuber Bakry, Ketua DPW PBB Sulsel, dan terpilih menjadi Anggota DPR/MPR RI Periode 1999-2004 . Ia berharap dalam Pemilu 2004 bisa mencalonkan diri untuk DPR RI.

Yamin tetap berada dalam PBB. Walau ia tidak duduk lagi di DPP PBB, namun tetap aktif di DPW PBB Sulsel. Ia pun kerap datang ke Jakarta. Ia juga duduk dalam kepengurusan PP DMI.
Pada era Tarmidzi Taher, mantan Menteri Agama RI, sebagai Ketua Umum PP DMI Periode 2006-2011, ia duduk di Departemen Dakwah dan Pengkajian. Ia masih datang, baik ke markas Dewan Dakwah di Jakpus, dan PBB di Jl. Pasar Minggu Jaksel.

Selama di Jakarta Yamin tinggal bersama salah seorang anaknya yang tinggal di Kampung Baru, Beji, Kota Depok, Jabar. Seiring usianya semakin bertambah, ia kerap jatuh sakit. Hingga ia wafat sebelum Pemilu 2009. Jenazahnya di makamkan di kuburan Kampung Kandang, Jagakarsa, Jaksel. Mendengar kepergian Kak Yamin saat itu, saya hanya mampu mendoakan,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ .... 

اللّهُمَّ  اغْفِرْ لَه وَ ارْحَمْهُ واعَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ
Akhirnya kita semua akan kembali kepadaNya, semoga sahabat dan karibku, Drs. H.  Muhammad Yamin Amn, M.A., seorang mujahid yang telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk berjuang tanpa mengenal lelah. Selama dalam kepemimpinannya beliau mampu menyatukan para  pemuda dan remaja tanpa membedakan latar belakang perbedaan asal dan organisasi sebelumnya. Semoga Allah Yang Maha Kasih memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya sesuai amal-ibadahnya. Amin !Kami sungguh merasa kehilangan. Kepergianmu membuatku kehilangan sahabat akrab. Saya yakin kita akan ketemu nanti di sisi-Nya. Amin! Tulisan ini sekedar mengingatkan seperti pesan Ir. Soekarno, Jasmerah, "Jangan sama sekali melupakan sejarah".  Untuk itu, saya mengharapkan pada para sahabat dari BKPMRI, PBB, dan DDII menyempurnakan tulisan ini bahkan ralat sebelum jadi buku nanti. Tulisan ini sekedar sebagai kenangan atas jasa perjuangan almarum.

Wassalam,
Makassar, 3 April 2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR