KHAZANAH SEJARAH:MEMAHAMI PERISTIWA ISRAK MIKRAJ


by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama

Ketika Nabi duduk di pagi hari, setelah semalaman beliau melakukan perjalanan Israk Mikraj, tiba-tiba Abu Jahal datang menghampiri beliau dan bertanya:
“Apakah ada berita baru ya Muhammad? kata Abu Jahal. “Benar!” jawab Nabi.
 “Berita apa itu?” lanjut Abu Jahal. 
“Saya diperjalankan tadi malam,” jawab Nabi. “Kemana?” sahut Abu Jahal. “Ke Baitul Maqdis?” jawab Nabi.

Untuk menjebak Nabi, Abu Jahal berkata, “Apakah engkau ya Muhammad mau menceritakan hal ini kepada orang banyak, jika nanti saya mengumpulkan mereka?” 
Nabi menjawab, “Silahkan, kenapa takut.”
Abu Jahal  pun segera sibuk mengumpulkan kaum Quraisy dan membawanya kepada Nabi, kemudian Abu Jahal meminta agar Nabi menceritakan peristiwa yang dialaminya sebagaimana yang telah diceritakan padanya.

Mendengar kisah perjalanan Nabi itu, di antara mereka ada yang bertepuk tangan dan ada pula yang meletakkan tangannya di kepala  sebaga pertanda bahwa mereka merasa heran. Mut'im ibn 'Adiy berkata: "Semua apa yang engkau katakan selama ini bisa dipercayai, kecuali hari ini. Apa yang engkau katakan, hari ini, sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin, ke Yerusalen dengan kendaraan tercepat (masa itu), yaitu kendaraan unta, perjalanan pergi memakan waktu satu bulan, dan  kembali dari sana  satu bulan lagi, artinya PP selama dua bulan. Tetapi, kamu PP hanya satu malam. Abu Bakar yang hadir saat itu berkata, apa yang engkau katakan Ya Mut'in, sangat menyakitkan hati. Saya sendiri, kata Abu Bakar, membenarkannya." Demikianlah cuplikan singkat dari sebuah kitab tentang kisah Israk Mikraj.

Sejak itulah Abu Bakr mendapat gelar “al-Siddiq.” Artinya, “Orang yang membenarkan.” Jadi, Israk Mikraj adalah tes keimanan manusia masa itu, masa kini, dan masa yang akan datang. Peristiwa itu menyebabkan terjadinya polarisasi masyarakat, antara mereka yang menganggap Nabi membual atau mengarang cerita bohong yang diwakili oleh Abu Jahal, dan masyarakat yang membenarkan peristiwa itu yang didasarkan pada keimanan, seperti diwakili oleh Abu Bakr al-Siddiq. Beliau membenarkan, karena Nabi tak pernah bohong. Apalagi peristiwa sedahsyat semacam ini. Sesungguhnya, peristiwa Israk Mikraj merupakan tes keimanan sebagai yang diungkapkan Allah swt. dalam QS al-Israk’ (17): 60,
وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ 
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia.

Wassalam,
Makassar,  15 Maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR