IN MEMORIAM MAHA GURU DR. K.H. JALALUDDIN RACHMAT

by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama
Ketika saya mendapat khabar dari Erwin Baharudin, pengurus DMI Wilayah Sulawisi Selatan, beliau menginfokan bahwa Dr. K.H. Jalaluddin Rachmat telah mendahului kita, almarhum dipanggil Allah Yang Maha Kasih dua setengah jam lewat, mendengar khabar itu, saya hanya mampu mengucapkan,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ .... 
sambil mendoakannya agar mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menhadapi musibah ini. Saat itu mulailah teringat satu per satu interaksi saya dengan almarhum. Saya mulai teringat bahwa jauh sebelum mendaftar sebagai mahasiswa by research di PPs UIN Alauddin Makassar, saya sudah membaca banyak tulisannya. Lebih akrab lagi setelah beliau secara resmi mendaftar sebagai mahasiswa PPs UIN Makassar. Dalam waktu yang sama, PPs UIN Sunan Kalijaga juga menawarkan hal yang sama. Beliau nampaknya lebih memilih PPs Alauddin. Saya ketemu Wamen Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A. beliau sangat mendukungnya dan siap memberi rekomendasi demi mengangkat reputasi Alauddin sebagai PPs yang berkualitas. Memang, sepanjang sejarah PPs Alauddin memiliki persyaratan penerimaan mahasiswa by research PPs yang sangatlah ketat. Karena itu, kami hanya menerima dua orang mahasiswa sepanjang sejarah by research dibuka, yaitu almarhum, Dr. Ir. H. Fuad Rumi, M. Sc dan Dr. K.H. Jalaluddin Rachmat, M.Sc. yang sering disapa Kang Jalal. Keduanya adalah Maha Guru jauh sebelum mendaftarkan diri di PPs. Almarhum Dr. Fuad Rumi adakah kolomnis tetap di Harian Fajar yang secara rutin mengunjungi para pembacanya, sedang Dr. Jalaluddin Rachmat yang sering disapa Kang Jalal sudah beken seluruh Indonesia lewat buku-bukunya yang best seller.

Khusus Kang Jalal, begitu tersebar bahwa beliau diterima sebagai mahasiswa baru di Alauddin membuat sekelompok orang yang menamakan diri Lasykar Pemburu Aliran Sesat (LPAS), se perti kebakaran janggut sibuk melakukan penolakan.  Siapa yang sesat itu? Mereka sendiri yang menentukan, bukan MUI. Alasan mereka bahwa Kang Jalal itu masuk aliran sesat. Islam yang benar adalah yang sama dengan pemahaman mereka. Karena itu, yang berbeda dengannya adalah salah dan harus dibrangus.  Alasan lain penolakannya, karena ijazahnya belum disetarakan. Sebagai Direktur PPs saya merasa paling bertanggung jawab. Sampai membuat kami sibuk melayani kelompok ini. Mereka melaporkannya kemana-mana: ke kepolisian, Sekretaris Gubernur, DPRD, Mendikbud sampai Kemenag RI.

Saya tidak pernah ragu karena jika saya mundur, justru akan berbahaya pada masa depan pendididkan di Indonesia, Padahal berdasarkan peraturan, tidak boleh ada diskriminatif, suku, etnis, dan agama dalam penerimaan mahasiswa, sebuah konsekuensi setelah PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) termasuk UIN Alauddin, memasuki jalur Nasional dalam penerimaan Mahasiswa." Melalui jalur itu, beberapa mahasiswa UIN yang terjaring beragama Kristen. Mereka diterima melalui jalur Nasional dengan mengambil prodi umum.Tentu saja harus diterima dengan syarat tetapi harus mengikuti peraturan intern yang ada di UIN sendiri, seperti kemampuan baca-tulis al-Quran, ternyata mereka menyatakan siap mengikutinya. Di UIN Malang ada yang masuk Islam. Masuk Islam adalah persoalan pribadi masing-masing, asal kemauan sendiri dan tidak dipaksakan.

Kelompok ini tetap saja berusaha menggagalkan dengan segala cara. Saya bertemu Kang Jalal dan membicarakan penolakan itu, ternyata penolakan itu hanya dilakukan sekelompok kecil orang yang merasa paling benar. Sedang silent mayority berpandangan sebaliknya. Menurut mereka, penolakan berarti menentang peraturan yang berlaku. Kang Jalal hanya berkomentar singkat dengan senyum tanpa ada rasa kesal, Beliau hanya mengutip satu ayat al-Quran, "Dengarkan saja semua pendapat, baik pro atau pun kontra dan pilihlah pendapat mana yang terbaik," sambil membacakan QS al-Zumar, 17-18,
فبشر عباد .الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

... berilah berita gembira pada hambaKu yang mendengarkan (semua) perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal (sehat).

Nampaknya, Kang Jalal mengikuti protes terhadapnya dengan tenang tanpa emosi. Sikap inilah membuat banyak ilmuwan empati padanya. Di antara keunggulan Kang Jalal adalah kemampuannya mengintegrasikan ilmu pengetahuan umum dan agama juga antara filsafat Barat dan Timur. Filsafat Barat diperoleh karena beliau pernah tinggal di Barat, malah master-nya diraih di Iowa University US. Pengetahuan filsafat Timur diperoleh secara otodidat yang ditunjang kemampuannya membaca kitab kuning. Pengetahuan tasawufnya diperoleh dari literatur Timur Tengah. Dalam sambutan saya dalam penerimaan beliau di PPs Alauddin saya menyatakan bahwa Kang Jalal masuk PPs Alauddin sebenarnya sudah Maha Guru. Jadi tidak ingin mengejar ijazah, beliau hanya ingin meraih doktor di UIN sebagai justifikasi pengetahuan agamanya yang mumpuni. Karena kepiawaiannya dalam ilmu pengetahuan, maka beliau sambil berstatus mahasiswa by research, sekaligus Maha Guru yang secara priodik diundang untuk memberikan stadium general.  

Kelihatannya kelompok LPAS tidak mau tahu aturan di kementerian agama, bahkan melaporkan langsung ke Direktur PTKIN di Kementerian Agama RI. Berdasarkan laporan itu, Direktur PTKIN menyurat pada Rektor UIN Alauddin minta klarifikasi penerimaan Kang Jalal sebagai mahasiswa. Jawaban kami, waktu itu saya sudah di PR I, mengklarifikasi sebagai berikut. Membaca surat Direktur tertanggal 10 Maret 2014, maka dengan hormat kami klarifikasi bahwa penerimaan Jalaluddin Rachmat, M. Sc. sebagai mahasiswa by research S3 PPs UIN Alauddin Makassar tahun 2010, karena yang bersangkutan telah memenuhi semua persyaratan, yaitu:
1.Telah mendapatkan rekomendasi dari dua Guru Besar, satu di antaranya Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., Wamen Agama RI saat itu. 
2. Dosen senior yang sudah memiliki reputasi nasional dalam dunia keilmuan yang ditandai dengan banyaknya karya tulisnya.
3. Menguasai salah satu bahasa asing (Arab dan English) atau kedua-duanya
4. Memiliki ijazah magister atau sarjana sebelum berlakunya sistem sks yang dalam ijazah sarjananya tertulis ... ”diberikan hak menempuh promosi.”
5. Pada waktu mendaftar Jalaluddin Rachmat, M.Sc. menyertakan ijazah magister asli yang diperoleh tahun 1982 dari IOWA University US dengan program fulbright, tetapi saat ini yang bersangkutan mengalami kesulitan melakukan penyetaraan karena dipersyaratkan,
a.harus menyertakan pasport dan student visa selama belajar di luar negeri. 
b. Surat perjanjian dari sponsor yang membantu bea siswa.
c. Surat Keterangan dari tempat di mana ia tinggal selama belajar di luar negeri tersebut. Sementara hal itu sudah berlalu 34 tahun silam.
d. Jika ingin mengetahui secara pasti, bisa ditanyakan langsung pada perwakilan fulbright di Jakarta atau alumni fulbright yang tersebar seluruh Indonesia.
6. Kami juga melaporkan pada Direktur PTKIN bahwa progres study Jalaluddin Rachmat, M.Sc. sudah sampai ke tahap ujian tertutup yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Setelah itu ia akan memasuki tahap terakhir, yaitu promosi doktor. Klarifikasi tersebut di atas, justru mendapat afresiasi dari Direktur PTKIN, dengan menyatakan apa yang dilakukan oleh UIN Alauddin justru itulah yang lebih sesuai dengan aturan. Pernyatan itu telah memberi spirit yang meyakinkan 
menerima Kang Jalal (bersambung).

Wassalam,
Makassar, 22 Februari 2021


Bagian Kedua
Sesungguhnya persoalan utama atas keberatan LPAS adalah karena Jalaluddin Rachmat bermazhab Syiah. Dalam pandangan LPAS, Syiah adalah paham sesat. Adapun keberatan lainnya adalah muncul kemudian setelah mereka tidak berhasil menggagalkan dengan alasan paham Syiah.

Ketika LPAS menyampaikan keberatannya melalui sekretaris Gubernur dan DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, maka kami telah menjelaskan secara resmi kepada sekretaris Gubernur dan DPRD tentang penerimaan Jalaluddin Rachmat sebagai mahasiswa by research. Selain argumen penerimaan Kang Jalal tersebut di seri I tulisan ini, juga didasarkan pada UUD 45 pasal 31 ayat (1) menyatakan, ”Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Demikian klarifikasi kami.

Saya ingin menambahkan jika ada yang mengatasnamakan diri Ust. daerah dengan mudah menyesatkan orang lain yang tidak sepaham, sebaiknya membuka "tempurung" yang menutup kepalanya, membaca pendapat ulama lebih besar di dunia, menelaah risalah Amman untuk memperluas wawasan. Risalah itu menyerukan toleransi dan persatuan umat Islam. Konprensi yang dihadiri 50 negara, termasuk Arab Saudi dan Indonesia. Komperensi yang diikuti para ulama dan cendekiawan Muslim dunia, dilaksanakan di Yordiania pada 27-29 Jumadil Ula 1426 H/4-6 Juli 2005 M). Konperensi  tersebut memutuskan bahwa pengikut Syiah Jafari (Imamiyah yang ada di Iran dan Irak) dan Syiah Zaidi (Zaidiyah), serta empat mazhab fikih Sunni, Mazhab Dzahiri dan Mazhab Ibadi. Mereka semua termasuk Islam. Sedang peserta dari Indonesia adalah almarhum K.H. Hasyin Muzadi (PBNU), Prof. Dr. Din Syamsuddin (PP Muhammadiyah), almarhun Miftah Basyuni (wakil pemerintah). 

Mengetahui surat kami ke Direktur Pendidikan Keagamaan Islam, Kang Jalal mengucapkan terima kasih dan menganggap kami sebagai pahlawan. Sesungguhnya kami hanya melaksanakan kewajiban dengan menjalankan peraturan yang ada dengan adil,
لا شكرا لواجب
kata guru kami Prof. Dr. Harun Nasution. 

Izinkan saya mengutip langsung tulisan Kang Jalal  yang sengaja beliau ekspresikan untuk penerbitan biografi saya yang berjudul, DI HATI PARA SAHABAT dan diberi penganntar Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab M.A. Kang Jalal menulis, saya ringkas sebagai berikut, "Ketika banyak orang (tapi bukan orang banyak) meminta supaya saya dicopot sebagai kandidat doktor dengan alasan mazhab, ketika ijazah master saya diragukan dengan alasan belum disetarakan, ... . Prof. Sewang berdiri mempertahankan kebebasan akademis. Buat saya, ia Galileo, yang ketika dipaksa oleh Inquisisi untuk menyebut bumi berhenti, tetap saja bergumam: Eppur si muove, tokh ia bergerak juga. Buat saya, ia Hujur bin ‘Adi, yang ketika dipaksa untuk melaknat Ali, ia mempersembahkan nyawanya untuk kebenaran. ... . "
Kemudian Kan Jalal mengakhiri tulisannya sebagai berikut, ... "To the world you may be just a teacher, but to your students you are a hero!" 
 
Kang Jalal sesungguhnya menulis itu karena ingin berbuat baik dengan memuji apa yang beliau rasakan dari saya. Namun izinkan juga mengemukan yang saya pahami dari almarhum justru sebaliknya bahwa Kang Jalal telah berusaha berbuat baik dan ingin mewujudkan al-Quran pada dirinya sendiri, seperti pada QS Israk,7:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ... .
Jika kamu berbuat baik (berarti) berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, ... .
Bagi saya, pahlawan yang sebenarnya adalah Kang Jalal, "He is a true hero." Alasan saya bahwa beliau dengan penuh kesabaran, ketabahan dan bisa menghadapi kelompok intoleran dengan akal sehat.. Beliau bersikap tenang dengan hanya mengatakan, "Mereka telah menolak saya dengan segala cara, namun lebih banyak lagi yang sepakat walau silent mayority yang  menginginkan saya jalan terus. Kemudian Kang Jalal membacakan satu ayat al-Quran, "Dengarlah  pendapat itu semuanya dan pilihlah yang terbaik dan itulah orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah dan mereka itulah orang yang berakal sehat." (QS al-Zumar, 17-18).

Suatu ketika, DPP IMMIM bekerja sama harian Fajar melaksanakan seminar nasional bertempat di Marannu City Hotel. Kang Jalal sengaja diundang dari Bandung sebagai pembicara utama tentang masalah masa depan Islam Indonesia. Beliau berkata begitu banyak caci maki dan fitnah pada sesama muslim, padahal Nabi dalam khotbah Wada berpesan pada tahun ke 10 hijrah. Saat itu Nabi berada di atas unta, beliau menyampaikan khutbah terakhirnya dengan suara lantang yang oleh Husain Haikat menamakannya sebagai khutbah Arafah. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat, Rasulullah saw. berkata: 
أيّهَا النّاس، اسْمَعُوا منّي أُبّينْ لَكُمْ، فَإنّيَ لاَ أَدْرِي، لعَليّ لاَ أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامي هَذَا، في مَوْقِفي هذا، أَيُهَا النَّاس، إنّ دِمَاءَكُمْ وَأمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَليكُمْ حَرَامٌ إلى أنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ، كَحُرمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا في بَلَدِكُم هَذَا وإنكم ستلقون ربكم فيسألكم عن أعمالكم وقد بلغت ، فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانةٌ فليؤُدِّها إلى مَنْ ائْتمَنَهُ عَلَيها، ... ، 
Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian.
“Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan, dan pasti kamu akan menghadap-Nya; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini!" 
Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya"... .

Waktu menyampaikan pesan ini Kang Jalal diliput koran Harian Fajar secara bersambung. Kang Jalal menambahkan, "Mungkin karena semakin jauh jarak saat khotbah Wada di sampaikan, yaitu 14 abad silam, dengan masa sekarang. Membuat kebanyakan muslim kini melupakan pesan Nabi di atas bahkan yang terjadi justru sebaliknya, saling fitnah satu sama lain padahal menurut Nabi bahwa seorang muslim dengan muslim lainnya adalah yang bisa menyelamatkan sesamanya muslim dari gangguan lidah dan tangannya."

Dengan cara itulah Kang Jalal menghadapi kelompok keras intoleran, beliau sabar, tabah, serta cukup membacakan ayat-ayat al Quran dan menyampaikan pesan Nabi. Karena itu saya berkeyakinan, almarhum-lah sebagai pahlawan sejati, "He is a true hero," sebab pahlawan sejati adalah orang yang mampu menghadapi serangan kelompok intoleran dengan akhlak karimah. Beliau telah mempraktikan buku yang ditulisnya sendiri, "Dahulukan Ahklak di atas Fiqih." Dengan sikap tersebutlah, telah mengantarkan promosi beliau yang dihadiri banyak tokoh pada 15 Januari 2015 berlangsung dalam suasana tentram, aman, dan damai. Tidak ada sedikit pun riak glombang, seperti dikhawatirkan banyak orang, sebab sebelumnya memang terjadi hiruk pikuk. Jadi sekali lagi, pahlawan bukanlah saya sebab saya hanya menjakankan kewajiban agar aturan bisa ditegakkan secara adil. Pahlawan sesungguhnya adalah almarhum, "He is a true hero." Kang Jalal-lah sebagai Galilie dan Hujur bin ‘Adi, karena Kang Jalal dalam menyikapi serangan, cukup dengan sikap moderasi dengan membacakan ayat-ayat al-Quran serta menyampaikan pesan Nabi. Kang Jalal-lah sebagai perintis sikap moderasi di Kampus UIN Alauiddin. Sekarang, sikap moderasi itu baru mulai dicanangkan di kampus yang dijuluki kampus peradaban.
Akhirnya, Selamat jalan Kang Jalal, you are a true hero, engkau telah pergi selamanya dari kegaduhan dunia, menuju kepangkuan Tuhanmu Yang Maha Rahim dengan penuh damai dan mutmainnah. Kami yang masih hidup di dunia ini, hanya bisa berdoa, semoga dalam waktu tidak terlalu lama, lahir lagi Maha Guru Baru, seperti yang engkau cerminkan. Amin, ya Rabbal alamin!

Wassalam,
Makassar, 23 Februari  2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR