INTEGRASI ANTARA JASMANI DAN RUHANI

by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama
Salah satu bentuk ajaran Islam adalah memelihara dua
kepentingan secara seimbang, saimultan dan bersamaan antara dua yang saling melengkapi, yaitu antara kepentingan dunia dan akhirat, antara pengembangan iptek dan imtak serta antara kepentingan jasmani dan ruhani. 

1. Kesehatan Jasmani
Ketika Allah swt  memberi khabar kepada para Malaikat, seperti dalam QS al-Hijr: 28-29,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu  berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud."

Informasi ini memberi petunjuk bahwa manusia yang diciptakan Tuhan itu, terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan ruhani. Kedua unsur ini akan mengalami perawatan terus-menerus sampai masa tertentu sesuai dengan ajal yang sudah dipastikan Allah Yang Maha Kuasa. Sebagai kita ketahui bahwa semua ciptaan Allah tidak ada yang abadi, seperti dalam QS al-Rahman: 26-27،
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Manusia Indonesia sekarang, menurut Encyclopedia Enkarta, rata-rata berumur 70,5 tahun. Artinya umur seseorang tidak bisa diperkirakan, sebab ada seseorang yang masih dalam perut ibunya sudah dipanggil Tuhan, tetapi ada pula yang sampai berumur satu abad baru dipanggil Tuhan. Namun, umur rata-rata sebuah bangsa berdasarkan statistik dapat dihitung, seperti Encyclopedia di atas. Umur rata-rata semakin meningkat berdasarkan tingkat kesejahteraan sebuah masyarakat. Balanda yang masuk dalam negara maju, umur rata-ratanya 79,8 tahun.

Jasmani perlu perawatan untuk bisa bertahan hidup, yaitu debgan mengonsumsi  makanan bergizi. Makanannya berasal dari unsur ciptaannya. Manusia diciptakan dari tanah, maka makanan dan perawatan juga semua dari asalnya, yaitu yang dihasilkan oleh tanah, seperti dari buah-buahan juga daging binatang yang jika ditelusuri pada hakikatnya juga berasal dari tanah, semakin makananya berkualitas akan semakin bisa bertahan hidup lebih lama di bumi ini.

Perawatan tubuh manusia perlu mendapat perhatian agar tetap sehat waĺafiatv dengan rutin berolah raga dan tetap memelihara kesehatan jasmani agar tidak terjangkiti penyakit. Sekarang ini umat manusia sedang dilanda pandemi covid-19. Pemerintah selalu mengingatkan agar menjaga protokol kesehatan. Dimaksudkan agar manusia tetap dalam segar dan memiliki kebugaran secara jasmani, sehingga dengan demikian mereka memiliki kesempatan sebagai Khalifah  untuk memakmurkan bumi ini.

Wassalam,
Makassar, 14 September 2020

Bagian Kedua
2. Kesehatan Ruhani
Unsur lain dari manusia adalah ruh yang ditiupkan Tuhan pada manusia untuk menyempurnakan kehidupannya. Sebagaimana jasmanai, ruhani pun memerlukan perawatan dalam bentuk makanan secara kontinu agar tidak mengalami kelaparan ruhani atau spritual. Makanan ruhani juga bersumber dari asalnya, yaitu sesuatu dari Tuhan yang bersifat ruhani berupa zikir,  menghayati rukun iman dan mengamalkan rukun Islam secara rutin sepanjang usia. Menurut kebiasaan jasmani diberi usapan makan sebanyak tiga kali sehari semalam. Ruhani pun demikian diberi makan secara rutin untuk memelihara kesehatan ruhani. Nabi mewajibkan untuk memeliharan kebugaran ruhani dalam bentuk ibadah lima kali sehari-semalam agar ruhani tetap dalam sehat walafiat. Kita bersyukur karena muncul kesadaran di sebagian masyarakat. Walau sementara asyik menyaksikan perdebatan di tv, tetapi karena tiba waktunya memberi usapan ruhani dengan peringatan azan, maka aktivitas sementara dihentikan.

Penyakit jasmani beraneka ragam, sebagaimana halnya penyakit ruhani. Jasmani tidak selamanya sehat walafiat, karena itu perlu dipelihara melalui olah raga dan diberi makanan bergizi. Jika jasmani sakit barulah diketahui makna sebuah kesehatan. Demikian pula ruhani perlu perawatan dan memberi asupan bergizi, seperti zikir kepada Allah, beribadah secara rutin. Sehingga tidak ditimpa penyakit ruhani. Penyakit ruhani jauh lebih berbahaya daripada penyakit jasmani. Penyakit jasmani pengobatannya hanya dipertanggungjawabkan di dunia fana ini, tetapi penyakit ruhani penyelesaiannya bukan hanya di dunia lewat istigfar, tetapi dibawa sampai ke hari kemudian. Tidak ada orang sakit lepra di dunia dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah di hari kemudian, kecuali jika ia tidak mau berobat dan menyengsarakan orang dengan sengaja menularkan penyakitnya pada orang lain.

Beda dengan penyakit ruhani, misalnya, iri hati atau hasad, penyelesainnya nanti di akhirat, jika orang yang hasad tadi tidak mohon maaf kepada orang yang ditempati hasad sebelum meninggal dunia. Dalam HR Bukhari diingatkan,
  اياكم والْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ».
Hindarilah! Penyakit hasad, sesungguhnya hasad, memakan kebaikan sebagaimana hal api memakan kayu bakar. Bahkan dalam QS al-Isra:72,
وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا

Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Para mufassir mengatakan bahwa dunia adalah mazra'atul akhirah, ladang tempat menanam amal kebaikan atau kesempatan dalam menempuh jalan Tuhan untuk kepentingan akhirat. Di akhirat tidak akan mendapatkan kesempatan yang sama. Di sana tinggal menerima balasan dari amal baik selama di dunia.

Apa wujud dari ruhani itu? Untuk kepentingan dasar, maka dikemukan satu pendapat bahwa itulah yang disebut Qalbu. Dimensi ruhani hanya Allah Yang Maha Tahu dan pembahasannya memasuki dunia yang berdimensi transendental. Karena itu, untuk memudahkan pengertian dan untuk kepentingan masyarakat umum, maka saya hanya mengambil satu pendapat bahwa wujud ruh itu adalah Qalbu, seperti dijelaskan dalam sebuah hadis,
 الا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
"Ingatlah bahwa sesungguhnya dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah tubuh itu secara keseluruhan, tetap jika ia rusak, maka rusak pula tubuh itu secara keseluruhan, itulah disebut hati.

Dalam dunia pesantren sering dikisahkan bahwa kebaikan dan keburukan seseorang tergantung pada hatinya, bila ia baik, maka disebut baik hati, tetapi sebaliknya, bila buruk juga disebut buruk hati. Artinya, kebaikan dan keburukan seseorang merupakan pantulan dari hatinya. Seorang Guru memerintahkan pada santrinya untuk kuliah lapangan pada  binatang, agar mencari daging yang dianggap paling baik dari seekor binatang, maka para santri datang membawa dengan berbagai macam daging, seorang di antaranya datang membawa segumpal hati. Kemudian gurunya memerintahkan kembali agar pergi mencari sekali lagi daging paling buruk dari seekor binatang. Hampir semua santri datang membawa macam-macam daging yang dianggap paling buruk, hanya seorang santri yang datang membawa daging yang sama, yaitu hati. Sampai teman-teman santrinya pada heran, "Membawa daging terbaik dan terburuk dengan daging yang sama," sahut temannya para santri. Gurunya justru berkata, "Santri inilah paling benar, sesuai hadis di atas."

Wassalam,
Makassar, 17 September 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR