KHAZANAH SEJARAH: FANATIK SEBAGAI MUSUH UTAMA

Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA

Salah satu bahasan utama Syekh Yusuf al-Qardawi adalah larangan fanatik buta, baik pada kelompok, mazhab, bahkan pikiran atau pendapat sendiri. Larangan itu, dimaksudkan agar tetap terpelihara objektivitas. Seorang muslim yang baik, sanggup menghargai kebenaran sekali pun dari rivalnya sendiri, sebaliknya berani menyalahkan sekali pun dirinya sendiri, seperti yang dicontohkan ulama besar, Imam Syafii. Beliau mengubah fatwanya sendiri tatkala beliau  pindah ke Mesir yang berbeda saat beliau di Irak.

Perlu dipahami bahwa yang dilrang bukan berkelompok, berorganisasi atau bermazhab, tetapi yang dilarang adalah fanatik buta. Karena di tempat lain al-Qardawi menjelaskan, "Saya tidak pernah sedih, jika setiap saat berdiri madrasah, organisasi, dan mazhab baru, sebab itu adalah nature, tetapi yang saya sedihkan jika mereka berubah jadi fanatik sehingga saling menafikan satu dengan yang kain." Jika ini terjadi, maka yang muncul pertikaian terus-menerus. Sudah sering terdengar sebagai akibat sikap fanatisme, kebenaran hanya dari dia atau kelompoknya, sedang di luar dari mereka harus ditolak bahkan lebih ekstrim lagi dianggapnya sesat atau kafir. Sementara Nabi sendiri dalam hadis sahihnya mengatakan:
كفوا عن اهل لااله الا الله لاتكفرواهم بذنب، من كفر اهل لااله الاالله فهو الى الكفر اقرب 
Barang siapa mengafirkan orang yang menucapkan lailaha illallah, maka ia lebih dekat kepada kekafiran.
Dalam sebuah kisah di masa Nabi tentang Usamah bin Zaid yang membunuh  seorang lelaki dalam suatu pertempuran, setalah mengucapkan la ilaha illallah. Tetapi, tetap Usamah membunuhnya dengan alasan ucapannya itu sebagai tamen kepura-puraan karena menghindari kematian. Kejadian ini sampai pada Nabi dan beliau mengecam Usamah dengan berkata, هلا شققت عن قلبه 
Apakah engkau telah membedah dadanya?.(Untuk mengetahui bahwa ia berpura-pura). الصحوة 176.

Salah satu ulasan al-Qardawi yang panjang lebar dibahas adalah fanatik terhadap pendapat pribadi atau التعصب للراي الشخصى 
Bahaya fanatisme terhadap diri sendiri, sebab bisa menjadikan pendapatnya sebagai ilah atau berhala. Al-Qardawi pun memberi metafora yang menarik tentang orang fanatik terhadap pendapatnya sendiri. Di bawah ini sengaja dikutip aslinya,
والمتعصب أشبه بامرىء يعيش وحد ه فى بيت من المرايا،
فلا يرى فيها غير شخصه اينما ذهب يمنه او يسرة، وكذلك المتعصب لا يرى، رغم كثرة الاراء، غير رايه، فهو مغلق على وجهة نظره وحدها، ولا يفتح عقله لوجهة سواها، يزعم انه الاذكى عقلا، والاوسع علما، والاوى دليلا، وإن لم يكن لديه عقل يبدع، ولا علم يشبع ولا دليل يقنع. الصخوة, 200,
Seorang yang fanatik tak ubahnya seperti orang hidup sendirian di dalam sebuah rumah yang terbuat dari kaca atau cermin. Ke mana pun pergi di dalan rumah itu, ia tidak melihat kecuali dirinya sendiri. Demikian pula keadaan seorang fanatik. Kendati pun terdapat banyak pendapat lain, tetapi ia tidak dapat melihat kecuali pendapatnya sendiri. Ia tertutup oleh pandangannya sendiri. Ia tidak dapat membuka pikiran untuk menerima pendapat orang lain. Ia mengira dirinya paling pintar, paling luas ilmunya, paling kuat dalilnya dan paling segalanya, kendati pun kenyataannya tidak demikian.

Akhirnya, saya tutup tulisan ini dengan pandangan Imam Abu Hanifah yang berkata:
-  قولُنا هذا رأيٌ وهو أحسنُ ماقَدًرْنا عليه فمن جَائَنَا بأحسنِ مِنْ قولِنا فهو أَوْلىَ بالصواب منا
Pendapat yang kami sampaikan adalah yang terbaik yang dapat kami usahakan. Tetapi, jika ada orang yang datang membawa pendapat yang lebih baik, maka itulah lebih pantas diikuti daripada pendapat kami.
Pendapat Imam Abu Hanifah di atas sengaja dikutip untuk memperkaya etika intelektual dan mubalig yang sedang kami susun. Kerendahan hati Imam Abu Hanifah yang menghargai pendapat orang lain dan menyuruh menerimanya dan menghiraukan pendapatnya sendiri, jika  pendapat orang lain itu dianggap lebih benar. Pandangan ini sungguh perlu diteladani bagi orang yang ingin jadi ulama sungguhan.


Wassalam,
Makassar, 1 Ramadan 1441 H/24-4-2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR