KHAZANAH SEJARAH: SELAMAT TINGGAL MITOS DAN SELAMAT DATANG LOGOS

by Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA.

Bagian Pertama
Mitos adalah bagian dari suatu cerita rakyat berlatar belakang masa lampau, mengandung penafsiran tentang dewa dan alam semesta. Antonimnya adalah logos yang juga  berasal dari bahasa Yunani yang berarti buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan dengan pertimbangan nalar. 

Pada abad 6 SM merupakan zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelumnya  semesta dan kejadian di dalamnya terjadi sebagai akibat kuasa gaib dan adikodrati,  para dewa. Seorang pemikir bernama Miletos dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos akan tetapi pada logos. Melalui Logos mereka mencari prinsip rasional dan objek ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya. Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir. Istilah logos juga dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Heraklitos (abad ke 6 SM). Mungkin itu sebabnya, maka dalam KBBI diebutka logika yang berasal dari logos tadi diartikan sebagai jalan  berpikir yang masuk akal. Sedang mitos diartikan cerita suatu bangsa atau dewa serta pahlawan masa lalu yang mengandung misteri yang tidak selamanya terbukti dalam realitas.

Pemikiran Manusia tentang kegaiban selalu dihubungkan dengan mitos di masa lalu, terutama zaman kolonial, sedang gaib menurut para cendekiawan terbagi dua. Pertama Gaib hakiki, sama sekali tidak bisa dibuktikan, sangat misteri, dan tidak bisa dibuka oleh pikiran manusia, separti Allah Yang Maha Gaib, surga, neraka, dan gaib hakiki lainnya. Sedang yang kedua adalah gaib idapy seperti planet, akibatnya tidak ada satu pun peradaban kuno yang tidak menjadikan planet sebagai sesembahan. Demikian halnya kuman, dengan ditemukannya microscop kuman itu bisa dibuka kemesteriannya. Wabah penyakit, seperti wabah virus corona yang sekarang ini dianggap misteri, baik asal-muasalnya dan cara menanggulanginya, tetapi dengan kemampuan ilmu pengetahuan, bisa saja terdeksi oleh pemikiran manusia, kemudian yang gaib tadi bisa dibuka menjadi sebuah realitas, seperti penyakit menular lainnya, manusia awalnya tidak tahu penyebab dan cara menanggulanginya, dengan riset mendalam manusia dapat mengetahui penyebab dan penanggulangannya. Begitu banyak penyakit yang awalnya gaib tidak diketahui, tetapi bukan berarti tidak bisa disembuhkan, namun manusia belum menketahui cara pengobatannya.

Beberapa Peristiwa Mitos yang berubah jadi logos,
1. Di Tanjung Rangas Sulawesi Barat, tempat lalu lintas perahu dari Timur ke Barat,  dari Sulawesi Barat bagian Timur ke Ibu Kota Mamuju Sulawes atau ke Kalimantan dan sebaliknya, di sana sering terjadi gelombang perputaran arus air laut. Menurut kepercayaan masyarakat, perputaran air itu sering menenggelamkan perahu, disebabkan karena penjaga laut atau dewa laut marah. Untuk meredam kemarahannya, maka masyarakat mempersembahkan sesajen berupa telur atau ayam yang dibuang ke dalam laut. Mungkin hal in bisa ditenyakan kepada para pelaut yang biasa melewati Tanjung itu. Ternyata setelah masyarakat memasuki era logos, pengetahuan manusia tentang alam semakin maju, maka ditemukanlah bahwa arus putaran air yang menyebabkan munculnya gelombang tinggi yang tidak menentu karena di Tanjung yang tanahnya menonjol jauh ke luar itu menjadi tempat pertemuan arus air laut yang deras dari dua arah yang berbeda: dari arah barat dan timur. Pertemuan itulah yang menjadi penyebab terjadinya gelombang perputaran air. Karena perpindahan manusia ke era logos tidak bersamaan pada setiap bangsa, suku atau orang, maka masyarakat mungkin masih ada yang percaya pada dewa laut atau ada sebagain masyarakat sudah memasuki era logos dan sudah meninggalkan kepercayaan tersebut.

RS Mitra Hospital, Jakarta, 11 Februari 2020

Bagian Kedua
2. Dalam pertemuan dengan Drs. Lamondo, M.Pd., kabag STAIN (sekarang IAIN) Kendari, sekitar tahun 2007. Lomondo memgisahkan kejadian di lingkungan tempat tinggalnya. Di sana selalu terjadi kenduri setiap terjadi kemacetan air yang dialirkan lewat pipa. Masyarakat memitoskan bahwa pipa itu tersumbat karena dalam pipa itu ada penjaganya yang perlu diberi kenduri dengan berbagai makanan, seperti pisang ambon, onde-onde dan sebagainya. Di belakang diketahui bahwa pipa itu di dalamnya terdapat udara yang menyumbat jalannya aliran air. Karena itu disarankan agar pipa-pipa tersebut dibuka setiap 100 meter mulai dari hulu sampai ke hilir untuk mengeluarkan udara penyumbat yang ada di dalamnya. Setelah hal itu dilakukan, maka air pipa mengalir kembali dengan deras seperti biasanya. Tetapi, Lamondo sendiri secara "bercanda mengekspressikan rasa kecewa terhadap temuan itu, sebab ia tidak lagi menikmati makanan kenduri seperti biasa." Sebab masyarakat sudah tercerahkan meninggalkan mitos menuju logos. Walau ia bercanda, saya jawab agak serius, "Meninggalkan sebuah mitos tidaklah mudah sebab di dalamnya sudah bercampur kepercayaan dan kepentingan duniawi."

3. Ketika saya masih belia, sekitar umur 10 tahun, atau di awal tahun 1960-an. Di kampung saya, Pambusuang terjadi peristiwa yang banyak menelang korban. Setiap hari, ada saja warga meninggal dunia yang didahului sakit deare. Para guru yang menjadi figur sentral masyarakat tidak tinggal diam. Ia menjalankan fungsinya sebagai pengayom dan penuntun masyarakat dengan mencarikan jalan keluar dari musibah yang menimpah umatnya. Disepakatilah oleh para guru setempat untuk berkumpul di masjid Jami sebagai tempat start keliling kampung di malam hari setelah salat Isa. Malam itu sebagian warga berpartisipasi ikut serta untuk azan keliling kampung. Di antara mereka ada yang membawa lampu strongking, ada juga yang membawa trompet besar yang dibuat dari seng yang digunakan untuk azan. Mereka keliling kampung melakukan azan dimaksudkan untuk mengusir setan yang ditengarai membawa penyakit bala yang menyebabkan banyak korban. Masih ingat ketika azan diarahkan persis di depan kuburan kampung bernama Pekuburan Warane bahwa dalam bayangan saya yang masih balita, jika setan dianggap tertuduh penyebab penyakit itu, setan itu akan lari pontang-panting mendengar suara azan yang menggelegar itu, ranting-ranting pohon sekitarnya akan berguguran. Tetapi, besoknya semakin banyak lagi warga yang gugur meninggal dunia. Setelah berlalu berpuluh tahun, saya mendapat kesempatan studi di Perguruan Tinggi, barulah saya mengetahui bahwa penyebab banyaknya warga meninggal dunia waktu itu adalah karena penyakit pes kolera yang sedang menular dan mewabah. Penyakit itu, bukan hanya mewabah di kampung saya, juga seluruh Sulawesi Selatan. 

Para guru waktu itu masih hidup dalam sasana mitos, tetapi mereka telah berusaha menjawab tantangan zamannya menurut tingkat pengetahuannya. Mungkin yang seumur dengan saya di Sulawesi Selatan masih ingat wabah virus itu menular yang gejalahnya didahului sakit diare sebelum meninggal. Saya tak punya catatan statistik berapa penduduk yang meninggal dunia. Saat itu, nampaknya belum diketahui cara penanggulangannya, sehingga masyarakat menyerahkan pada mitos. Nasibnya sama wabah virus penyakit corona yang sedang melanda Cina sekarang yang belum diketahui cara pencegahannya. Sebaiknya epidemi ini didalami ulang melalui riset untuk mengenal kembali khazanah sejarah Sulawesi Selatan, terutama bidang  kedokteran dan kesehatan. Lebih menarik adalah hampir semua peristiwa misterius yang belum diketahui secara logos saat itu diserahkan pada mitos menjawabnya. Untuk itulah tulisan ini sengaja diperkenalkan sebagai upaya penyadaran bahwa kita sudah memasuki era baru, yaitu logos atau demitologisasi. Corona sekarang sudah mulai dimitoskan, maka sebaiknya membaca  harian Kompas 6 Februari 2020 dengan judul, Infografik Corona Mitos atau Fakta. 

Plaza Hotel, Jakarta, 12 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR