KHAZANAH SEJARAH: PERPECAHAN DUNIA ISLAM YANG TAK KUNJUNG USAI

Tulisan ini akan menyoroti perpecahan yang terjadi di dunia Islam yang semakin parah. Perpecahan itu bukan hanya terjadi di Timur Tengah juga di tanah air sendiri. Tulisan ini akan diperkenalkan secara berseri. Perpecahan di kalangan umat adalah masalah bersama dan sangat prinsip dalam memastikan perjalanan masa depan umat. Karena itu mohon netizen mengkritisinya yang pada akhirnya kita bisa secara bersama berusaha  mencarikan jalan keluar. Semoga bisa memberi kontribusi kebaikan pada umat Islam.

Bagian Pertama

Israel sampai pertengahan abad ke-20 adalah bangsa diaspora yang tidak memiliki sebuah negara. Untuk mewariskan legecy budaya, mereka mermerlukan sebuah negara. Awalnya, menurut, Graudi, mereka memilih Argentina atau Uganda sebagai sebuah negara, tetapi akhirnya memilih Palestina yang didukung Inggris dan masa itu masih termasuk jajahannya.

Mulanya (tahun 1880) penduduk Israeli di Palestina, menurut majalah time, populasinya hanya 24 ribu jiwa dan Palestina sudah sampai setengah juta jiwa. Setelah terjadi pengusiran besar-besaran bangsa Palestina dari tanah kelahirannya. Mereka mengunsi ke negara-negara tetangga. Sebaliknya, Israel/Yahudi melakukan imigrasi besar-besaran dari berbagai negara. Sehingga sekarang  terjadi perubahan konstelasi penduduk, Israel semakin banyak, lebih enam juta jiwa dan penduduk Palestina semakin berkurang, sekitar lebih tiga juta jiwa. Penduduk Palestina yang mengunsi ke negara-negara tetangga, seperti Jordania, Syiriah  dan Lebanon. Mereka jadi pengungsi permanen dan sampai sekarang mereka tidak tahu, kapan kembali ke tanah air mereka.

Sekarang tentara Israel lebih dari setengah juta  dengan persenjataan canggih, mulai panzer sampai senjata nuklir, sedang tentara Palestina hanya 15 ribu dengan persenjataan apa adanya, mulai dari batu, jiwa sampai senapan biasa. Israel adalah negara terkuat di Timur Tengah dengan anggaran militer sekitar $ 15 triliun. Nomor dua Iran dengan anggaran $ tujuh triliyun.

Atas bantuan negara besar, melalui Dewan Keamanan PBB Israel memperoklamirkan kemerdekaannya tahun 1948 dengan menganeksasi tanah Palestina. Mulanya, PBB membagi tanah 57% untuk Palestina dan 43% Israel, tetapi sekarang berbanding terbalik 80% diduduki Israel dan sisanya hanya 20% Palestina. Sejak terjadinya aneksasi tanah Palestina, telah terjadi empat kali pertempuran yang melibatkan negara-negara Arab. dengan bantuan negara adikuasa, seperti Amerika Serikat pada Israel. Palestina tidak pernah sekali pun memenangkan pertempuran. 

Sejak berdirinya negara Israel, mereka bagai duri di Timur Tengah. Atas campur tangan Amerika Serikat, maka negara-negara Timur Tengah semakin memperpara komplik yang akan diurai pada seri berikutnya.

Wassalam,
Makassar, 8 Januari 2020


Bagian Kedua
Timur Tengah adalah wilayah paling vital bagi barat, karena energi dunia  tersimpan di sana. Karena itu, negara-negara Barat terus ingin melakukan hegemoni terhadap Timur Tengah agar bisa mengontrol arus aliran minyak  ke dunia Barat.

Jika ditelusuri lebih jauh, maka terdapat tiga alasan utama kenapa Barat melakukan campur tangan:
1. Menguras kekayaan minyak dari Timur Tengah.
2. Ingin menguasai perdagangan senjata di negara-negara Timur Tengah.
3. Agar Israel yang juga disebut negara piaraan Amerika Serikat tetap aman dari serangan negara-negara tetangga.

Akibat campur tangan Amerika Serikat, negara-negara Timur Tengah terbelah dua: pro Barat dan anti Barat. Para pemimpin Arab yang represif dan tidak demokratis dan ingin mempertahankan status kuo, umumnya pro Barat. Pada tahun 2011, ketika terjadi Arab spring yang dimulai dari Tunisia kemudian merambah ke negara lainnya, seperti Mesir, menjatuhkan Presiden Husni Mubarak dan Ali Abdullah Saleh di Yaman dan berlanjut ke Suriah. Namun Suriah beruntung, atas bantuan Rusia, Presiden Bashar Assad, tetap bisa bertahan. Sampai sekarang, Libya masih dalam perang saudara, juga gejolak sosial masih berlangsung di Aljazair di Sudan, dan Irak. 

Turki yang banyak diandalakan, ternyata juga berada dalam masalah intern bahkan puluhan ribu oposan ditangkap, karena dianggap pro pada seorang ulama, Muhammad Gulan, sekarang beliau minta suaka politik di AS yang notabene juga beliau seorang muslim. Mereka dituduh terlibat kudeta. Penangkapan itu belum pernah terjadi di zaman Turki modern atau di era demokrasi. Pada akhirnya popularitas partai sekuler di Turki semakin kuat. Terakhir mereka memenangkan pilkada di dua kota utama, Istambul dan Ankara. Padahal tadinya Turki dianggap sebagai negara paling modern yang bisa diandalkan. Turki negara yang bergantung pada Uni Eropa  dalam  bantuan ekonomi. Presiden Recep Tayyeb Erbakan sering bermanuver, semuanya itu untuk menguatkan basis dukungan, karena selama ini permohonan untuk menjadi negara anggota tetap Uni Eropa belum disetujui. Turki juga ingin memainkan peran dengan mengembalikan kejayaan masa lalu sebelum tahun 1924 di bawah Turki Usmani. khilafah Islam yang menguasai Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tengah. Mereka ingin memainkan Islam untuk memobilisasi dukungan seperti yang pernah terjadi pada masa Imperium Turki Usmani.

Perpecahan yang terjadi di Timur Tengah membuat mereka  melemah yang tak pernah stabil, saling menncurigai satu sama lain. Mereka sibuk hanya mengurusi komplik intern. OKI yang juga di harapkan membantu dalam memecahkan problema yang mendera mereka  juga mengalami kelumpuhan tak berdaya.  Peran OKI mulai dipertanyakan, seperti pertemuan baru-baru ini di Kuala lumpur dan akan dibahas secara khusus pada seri berikutnya.

Wassalam,
Makassar, 9 Januari 2020


Bagian Ketiga
OKI atau Organisasi Komprensi Islam yang diharapkan bisa menekan Amerika Serikat agar masalah Palestina diselesaikan secara adil sesuai bunyi piagam PBB, ternyata OKI berdiam diri, ketika AS mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Israel. Pengakuan itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. AS juga tidak lagi mengakui pengunsi Palestina sebagi orang-orang terlantar untuk menghindari perang di negerinya. Bahkan AS mengakui bahwa Palestina bukanlah wilayah pendudukan Israel, tapi merupakan wilayah di bawah kontrol Israel. Artinya, AS sudah memutuskan untuk menghentikan komitmennya untuk solusi dua negara: Israel dan Palestina. Ironisnya ketika AS mengubah kebijakannya yang jadi pegangan bertahun-tahun, negara-negara Arab dan Islam justru terlihat tidak memberi respon,  menunjukkan pengaruh AS sudah jauh berakar menghunjam dalam di negara-negara Timur Tengah. Arab Saudi yang merupakan penyumbang dana besar OKI, dengan berbagai cara AS membujuknya agar bisa bekerjasama Israel dengan mengubah opini di Timur Tengah bahwa musuh sesungguhnya bukan Israel melainkan adalah Iran. Tidak heran jika negara ini bungkam terhadap apa yang sedang terjadi di Palestina. Kenapa Iran dijadikan musuh? karena tinggal negara ini dan poroksinya di Timur Tengah secara konsisten melawan Israel dan menentang hegemoni AS di Timur tengah. 

Summit di Kuala lumpur yang dibuka Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, 19 Desember 2019 lalu, dari 54 anggota KTT negara Islam, hanya 20 negara yang hadir. Arab Saudi tidak hadir bahkan menekan negara-negara koalisinya agar bersikap yang sama. Perdana Menteri Pakistan diminta juga untuk tidak hadir. Padahal, Pakistan adalah negara pertama yang ikut mempromosikan KTT Islam, tapi karena tekanan dari luar, negara ini juga absen. Tak salah jika almarhum Muammar Qaddafi semasih berkuasa di Libya, ketika beberapa negara Arab menyerukan pertemuan puncak darurat liga Arab untuk mengatasi ulah Israel. Qaddafi berhata,  "Untuk apa KTT? kalau ternyata tidak bisa berbuat apa-apa, cuma bisa ngomong keras." 

Demikian pula nasib KTT Islam di Kuala Lumpur. Mereka tidak bisa merealisasikan keputusannya dalam suatu sikap nyata untuk membuat Amerika Serikat menarik kebijakannya yang merugikan. Bahkan AS semakin memperlihatkan kepongahannnya dengan pembunuhan terhadap Panglima Iran, Jenderal Qassem Sulaimani, Brigade al-Qudus Garda Revolusi. Almarhum dibunuh di airport  Irak dalam kunjungan resmi atas undangan Irak yang menurut Zuhaeri Masnawi, pengamat Timur Tengah, Qassem selama ini telah berhasil menyelamatkan Irak dan Suriah dari al-Qaedah dan ISIS.
 
Urain di atas, menampilkan sebuah gambaran tentang parahnya perpecahan intern negara-negara Islam sendiri. Mereka saling ingin mendominasi satu sama lain. Mereka telah gelap mata tertutup oleh nafsu politik, menyebabkan konflik internal berkepanjangan dan membuat KTT Islam sendiri mengalami kemunduran ke titik nadir. Insya Allah seri berikutnya akan memperlihatkan pada pembagian poros negara-negara di Timur Tengah dengan pemihakan dan aliansi masing-masing.

Wassalam,
Makassar, 10 Januari 2020

Bagian Ke-lima

Banyak kalangan menaruh harap pada Indonesia untuk berperan oftimal sebagai anggota tetap OKI. Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara berpenduduk mayorits muslim terbesar di dunia. Indonesia dikenal negara muslim moderat, jauh dari pengaruh hirup pukul pertikaian Timur Tengah serta negara demokrasi terbesar ke-4 di dunia. Karena itu, Indonesia mempunyai posisi tawar untuk ikut menyelesaikan persoalan yang sedang melanda dunia Islam. Sayang, belum dapat diformulasikan dan dilakonkankan peran itu. KTT Islam di Kuala Lumpur baru-baru ini,  seharusnya dihadiri kepala negara atau wakilnya, tetapi hanya bisa mengirim menteri luar negeri, Retno Marsudi. Bagaimana bisa berperan jika momentum penting seperti KTT Islam tidak bisa dimanfatkan.

Namun kita patut bersyukur sebab ketika Saudi membombardir pasukan Haiti yang didukung Iran di Yaman, utusan Indonesia datang ke Saudi dan ke Iran untuk menawarkan perdamaian ke dua belah pihak, tetapi tidak berhasil, sehingga Indonesia manarik diri. Walau demikian Indonesia tetap memelihara hubungan baik kedua belah pihak dengan  tidak memihak. Hubungan Iran tetap dipertahankan untuk menginpor minyak yang dianggap minyak terbaik untuk industri di Indonesia. Sama halnya dengan Saudi sebagai negara sahabat yang banyak menampung TKI dari Indonesia. Sebagai negara yang multi etnis dan agama, Indonesia juga menempatkan diri dengan posisi yang berjarak dengan dunia Islam.

Problema lain umat Islam di Indonesia. Mereka secara internal sangat sulit untuk bersatu, atau mengutip pandangan seorang pakar, "Umat lebih hoby bertengkar daripada bersatu." Hanya karena beda organisasi atau mazhab, membuat mereka ditadlilkan (disesatkan) dan ditakfirkan (dikafirkan). Padahal perbedaan adalah rahmat dan sunnatullah. Mereka sangat sulit disadarkan bahwa beda mazhab atau organisasi bukanlah masalah dan tidak bisa jadi alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan. Seharusnya mereka masing-masing mencari jalan keluar setiap ada kesalahpahaman. Bahkan beda mazhab dan organisasi hendaknya dijadikan sarwah atau kekayaan untuk berfastabiqul khaerat. Dari segi politik Islam Indonesia, mengalami penurunan terus menerus. Secara historis sudah ada usaha untuk mempersatukan Islam dari sisi sosial dan secara kepartaian
1. Setelah kemerdekaan umat disatukan dalam satu wadah yang disebut Partai Masyumi, tetapi tahun 1952 mengalami perpecahan setelah NU keluar dan membentuk partai tersendiri. Tetapi pada Pemilu pertama tahun 1955 partai Islam: Masyumi dan NU, memiliki Ranking dua dan tiga setelah PNI. Andai Masyumi dan NU menyatu, kemungkinan partai Islam keluar sebagai pemenang.
2. Di era Orde Baru diusahakan lagi fusi empat partai Islam dengan nama PPP sebagai rumah bersama umat Islam. Namun pada tahun 1984, NU yang diketuai Aburrahman Wahid  atau Gusdur mengumumkan NU kembali ke khittah.
3. Di awal Reformasi bangsa Indonesia ada eforia pembentukan partai. NU membentuk partai tersendiri, yaitu PKB dan Muhammadiyah juga demikian dengan membentuk PAN.
4. Sekarang dilihat dari kekuatan politik Islam atau partai yang bercirikan Islam semakin tidak menarik, tinggal sekitar 29% di parlemen, bahkan Partai Bulan Bintang yang dianggap pewaris Masyumi tidak bisa lolos ke parliamentry threshold. Sementara ada kecenderungan umat ke partai nasional, karena partai Islam dilihatnya tambah tidak menarik dan tak ada beda dengan partai nasional.
5. Secara kemasyarakatan, umat pun ingin disatukan dalam organisasi sosial ICMI dengan Ketua Umumnya yang pertama almarhum Bj Habibie, tetapi segera ditolak oleh Gusdur yang menganggapnya sektarian.

Jika disimak lebih jauh, konflik yang terjadi di Timur Tengah juga meramba ke Indonesia melalui arus global. Misalnya umat Islam di Indonesia menanggapinya berdasarkan pemihakan pada kelompok yang sedang berkomflik di sana. Sampai ada pertanyaan yang pasimis mengingat akar konflik begitu dalam, "Mungkinkah umat bersatu?" Saya optimis semua ada kemungkinan asal tetap diikhtiarkan dengan perancanaan matang yang tulus. Memang peroblema utama umat sekarang, baik di dunia Islam atau pun di Indonesia adalah persatuan umat Islam, baik sosial kemasyarakatan atau pun kepartaian. Dengan demikian, tulisan berikutnya, akan berusaha membahas hal itu.

Wassalam,
Makassar,  12 Desember 2020


Bagian Keenam

Sudah tiba saatnya, umat melakukan renungan, muhasabah dan introspeksi diri tentang perjalanan sejarah Islam untuk segera menghentikan segala bentuk yang membuat umat stagnan dan kembali kepada upaya persatuan dan kesatuan umat, serta lebih fokus pada berkonstribusi dalam pembangunan kesejahteraan bangsa dan menciptakan perdamaian dunia tanpa membedakan etnis, suku, dan agama sebagai rahmatan lilalamin. Beberapa upaya strategi umat Islam segera perlu mendapat perhatian. Upaya strategis masih sebatas yang bisa penulis pikirkan, sementara masalah ini adalah masalah bersama. Karena itu, mohon pada netizan yang terhormat bisa menambahkan atau mengurangi demi masa depan umat, yaitu:
1. Menyatukan umat dalam satu saf dengan membangun sikap toleransi terhadap masalah furu' dengan menghindari segala bentuk sikap fanatik berlebihan, misalnya fanatik terhadap golongan, organisasi, dan mazhab serta sikap sektarian yang bisa memecah belah umat. 
2. Kepada para pimpinan negara di dunia Islam, diharapkan agar calling down menghindari sikap saling curiga, sebaliknya lebih mementingkan persamaan dapada perbedaan agar segera bisa fokus kepada pembangunan interen masing-masing.
3. Kepada para pemimpin dunia Islam diharapkan munculnya seorang pemimpin potensial yang lebih fresh serta bisa menyatukan negara-negara Islam. 
4. Para pemimpin negara Islam perlu menyadari bahwa perselisihan selama ini di samping menyalahi nilai-nilai ilahiah dalam kitab suci al-Quran juga tidak lepas dari sekenario adidaya yang dimainkan negara adikuasa untuk berkonflik terus-menerus sesama muslim untuk menarik keuntungan dalam pertikaian itu. Komflik selama ini hanya mengikuti irama gendang yang ditabuh oleh negara adikuasa.
5. Umat Islam lebih baik diarahkan untuk bersaing menguasai bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi. Produk iptek negara-negara Muslim jauh ketinggalan dibanding negara-negara maju, bahkan umat hanya sekedar jadi konsumen dari produk negara-negara luar. Perlu pula disadari bahwa Islam sudah berumur 1400 tahun silam, tentu saja sudah banyak perubahan yang terjadi berbeda dengan masa kini. Karena itu dalam hal kebudayaan sudah mengalami banyak perubahan, termasuk pemikiran kebudayaan yang sudah jauh bedah pada pemikiran pada abad pertengahan.
6. Umat juga sebaiknya lebih dipokuskan memberi perhatian pada masalah-masalah substansial, seperti keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, dan memberantas kebodohan, kemiskinan serta menjauhkan dari dari segala bentuk kekerasan dengan mengedepankan kedamaian. Mari kita mengubah wajah Islam yang selam ini yang dicitrakan keras dan berdarah-darah kepada wajah Islam yang senyum dan damai. (Habis)

Wassalam,
Makassar, 14 Desember 2020



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR