KHAZANAH SEJARAH:TRANSFORMASI BERLANGSUNG CEPAT, DI LUAR PERKIRAAN


by  Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA
 
Bagian Pertama
Tulisan ini sengaja di-sharing, sebagai uji publik untuk menerima masukan para netizen. Pemikiran ini mulanya disampaikan secara tergesa-gesa untuk civitas akademika Fakultas Dakwah dan Humaniora UIN Alauddin  pada peringatan Maulid di rektorat, 12 November 2019. Tulisan dibuat dalam tiga seri berturut-turut. Yang saya harap agar dibaca semua, baru ditanggapi.

Pada awal era reformasi, 1988, masih langka  orang punya handphone (HP). Orang yang bawa HP boleh dikata manusia langka. Itulah pengalaman saya ketika ke Bandung bersama rombongan Pendidikan Kader Ulama. Seorang pimpinan pesantren Babussalam menjemput kami dengan membawa HP,  kami melihatnya saat itu sebagai ulama modern yang hebat dan langka, sebab di Makassar belum ada ulama yang bawa HP. Merek HP-nya adalah Ericsson yang hanya bisa mengirim percakapan, belum bisa sms, apalagi selfi. Sekarang HP merk Erecson sudah tidak ada lagi digantikankan merek lain yang bermunculan. HP tambah banyak fungsinya dan ia berubah jadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia masa kini. Boleh dikata semua sudah punya HP. Bahkan ada yang memilikinya lebih dari satu. Sekarang, justru orang yang tidak memuliki HP, dianggap ketinggalan zaman, sebab penarik becak dan  penjual sayur sendiri menggunakannya sebagai alat komunikasi. Perubahan  yang serba cepat, sehingga ketika menelepon seseorang, jika 1, 2 menit tidak segera menjawab, akan muncul kekesalan dalam hati.

Perubahan yang berlansung serba cepat dalam dunia komunikasi, jika tidak bisa beradaptasi akan ketinggalan. Ketika kuliah di Jakarta 1986 pertumbuhan Warung Telekomunikasi (Wartek) bagai cendawan di musim hujan. Di mana mudah menemukan Wartek. Tetapi mamasuki era HP, Wartek satu persatu berguguran, sampai pada akhirnya Wartek menyerah kalah tak berkutik. Akhirnya, era Wartek betul-betul tamat dan digantikan model lain cara berkomunikasi, yaitu lewat HP. (bersambung)

Wassalam,
Makassar,  15 November 2019

Bagian Kedua

Tulisan ini sambungan dari (1), tetap diintrupsi oleh pristiwa Pernyataan Ibu Sukmawati yang kontroversial menyebabkan baru bisa dilanjutkan.

Perubahan begitu cepat berlangsung, terkadang di luar perkiraan manusia sendiri. Baru saja kita dikagetkan pengusaha taksi  yang menguasai dunia transfortasi. Sekarang satu per satu gulung tikar digantikan oleh alat transfortasi digital, seperti Grab atau Gojek. Sebagian taksi yang ingin bertahan harus tunduk mengikuti sistem digital, sebab jika tidak, mereka akan sekarat. Grab sudah memasuki bandara yang dijadikan pertahan terakhir taksi. Grab dengan sistem digital begitu mudah bagi penumpang, pesan segera direspon. Tak perlu tawar menawar dengan harga pasti dan murah. Ditambah lagi pelayanan prima. Driver tidak mungkin mempermainkan penumpangnya. Jika driver Grab mencoba mempermainkan segera terdeteksi di pusat data dan akan dapat sanksi dari  perusahaan, sebab mereka di kontrol sebuah sistem on lain. Belum lagi Grab selalu memanjakan penumpangnya dengan fasilitas dan innovasi baru. Misalnya program Ovo lewat pembayaran otomatis. Baik penumpang atau pun driver saling diuntungkan karena tidak lagi menunggu pengembalian uang kecil. Pesan makanan bisa lewat Grab, pelanggan tinggal menunggu di rumah dengan santai. Perubahan ini akan terus-menerus berlangsung. Dalam Ilmu Kebudayaan dikatakan, "Semua akan berubah, kecuali yang tetap hanya perubahan itu sendiri." Grab juga membatu pemerintah dalam membuka lapangan kerja pada masyarakat, asal mereka ingin bekerja sebagai driver, insya Allah dapat kerjaan. Menurut pengamatan saya, Grab berdampak positif dalam masyarakat ikut mengurangi angka kejahatan, seperti begal jalanan.

Demikian halnya dalam dunia bisnis sedang berkembang transformasi ke sistem  e-commersial yang bisa mempengaruhi bisnis konvernsional. lihatlah peristiwa gerai atau toko ritel lokal maupun asing tumbang satu per satu. Beberapa perusahaan pun di ambang kebangkrutan. Mulai dari 7-Eleven, Matahari Departement Store, Nyonya Meneer, sampai yang terbaru raksasa ritel mainan global Toys "R" Us yang terlilit tumpukan utang. Artinya, semua segmen kehidupan sedang terjadi transformasi. Jadi jika ingin survival, harus bisa mempelajari trend perubahan konsumen yang sedang mulai bergerak ke trend baru, berbelanja dengan sistem online. Trend ini, semakin hari semakin ramai digemari dan susah dibendung, seperti dengan cara demonstrasi para sopir penumpang konvensional terhadap sopir Grab. Memang, berhenti sementara, sesudah itu jalan lagi, bahkan lebih ramai dan legal. Pemerintah pun terpaksa melegalkan, sebab itulah trend zaman yang tak terbendung.

Wassalam,
Makassar, 18 November 2019


Bagian Ketiga
by Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA.

Semua segmen kehidupan sedang mengalami transformasi. Umat pun sebagai objek dakwah mengalami perubahan. Karena itu, mubalig sebagai subyek dakwah harus bisa membaca trend perubahan itu. Para mubalig masa kini, di samplng bisa menelaah ayat Quraniah  dengan baik, juga dituntut bisa membaca ayat-ayat Kauniah atau trend perubahan umat. Mubalig hendaknya menyadari bahwa umat masa kini sudah jauh beda dengan umat satu-dua dekade lalu. Umat masa lalu hanya butuh materi dakwah sederhana untuk memperkuat keyakinan mereka. Beda dengan umat masa kini yang kuantum informasinya lebih banyak dan variatif, melalui media sosial yang sangat mudah diakses. Bahkan umat yang ragu terhadap masalah agamanya, cukup bertanya melalui jalan pintas yang murah, tampak hambatan pada kiyai Google. Umat atau jamaah sebagai obyek dakwah masa kini sudah mengalami trasformasi yang membutuhkan informasi plus. IMMIM sebagai lembaga dakwah telah melakukan kualfikasi mubalig dan klasifikasi masjid dalam menghadapai tantangan masa kini agar bisa menempatkan mubalig pada masjid yang tepat. Sebab, jamaah masa kini, tidak cukup hanya memperdalam keyakinan mereka, juga perlu wawasan luas. Seorang mubalig masa kini, bak pelayan di sebuah restoran yang harus mampu menyajikan menu aneka makanan halal, terserah pada pengunjung, menu mana yang akan dipilihnya sesuai kondisi kesehatan fisiknya. Artinya, bukan lagi masanya hanya mendoktrin satu pendapat tertentu, tetapi perlu menyajikan beberapa pendapat dengan dalil-dalilnya yang sarih. Dengan demikian, para mubalig harus mampu menawarkan beberapa alternatif pandangan yang muktabarah, terserah pada umat, mana pendapat yang lebih relevan dan arjih sesuai ketulusan nuraninya. Imam besar masjid istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, pernah kami undang ke IMMIM, salah satu tausiahnya kepada para mubalig, "Umat sekarang sudah bergerak dari satu mazhab ke multi mazhab." Metode demikian ini, seperti yang saya amati, juga ditarapkan Prof Dr. HM Quraish Shihab, M.A.

Umat masa kini rata-rata sudah lebih pintar. Karena itu, mubalig harus lebih cerdas dari rata-rata jamaah. Jika umat lebih cerdas dari mubalig, maka lebih baik mubalignya turun dari minbar duduk bersilah di lantai mesjid mendengar khotbah jamaah.
إذا كان الناس أكثر ذكاءً من الوعاظ ، فمن الأفضل أن ينزل الوعاظ من منبر للجلوس على أرضية المسجد لسماع الخطبة.
Mubalig masa kini dituntut belajar terus-menerus tak mengenal halte dengan banyak membaca ayat Quraniah dalam kitab suci dan ayat Kauniyah di masyarakat dan alam semesta. Mereka harus selalu well in formed  memantau trend perkembangan jamaah. Bukankah Allah berfirman bahwa hanya manusia beriman dan berilmu yang diangkat derajatnya? Dengan demikian, mereka baru akan bisa survival dalam menghadapi tantangan zaman. Ala kulli hal, mubalig masa kini memiliki dua tantangan sekaligus, yaitu pertama, harus mampu mencerahkan umat dengan selalu memberi nilai plus setiap tablignya. Kedua, mubalig harus lebih wise melihat tingkat kemampuan jamaah yang di hadapinya sehingga dalam menyusun materi dakwahnya lebih membumi. Di satu sisi mengangkat jamaah sehingga tercerahkan. Di sisi lain, turun mendeteksi tingkat kemampuan jamaah agar tablignya bisa diterima. Artinya, mubalig masa kini tidak boleh lagi asyik dengan dirinya sendiri. Perhatiannya harus lebih banyak pada di luar dirinya. 
Today's preachers should no longer be preoccupied with themselves.  He must pay more attention outside himself.
Inilah beberapa tausiah yang saya sampaikan pada civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin pada peringatan Maulid lewat pembacaan Puisi beberpa hari lalu. Semoga bermanfaat.

Wassalam,
Makassar, 19 November 2019



Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR