KHAZANAH SEJARAH: IBU SUKMAWATI MEMBUAT PERTANYAAN ILLOGICAL


by. Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA.

Dalam tinjauan sejarah membuat perbandingan antara Soekarno dengan Nabi Muhammad saw. atau   Pancasila dan al-Quran, dan siapa yang berjuang pada kemerdekaan Indonesia, apakah Soekarno atau Nabi Muhammad saw? Sebuah pebandingan tidak setara, kekanak-kanakan dan tidak logis.
1. Semua orang tahu bahwa Soekarno adalah seorang manusia yang dikaruniai  kecerdasan dan semangat juang anti kolonial dalam membebaskan bangsanya dari kolonial yang harus diapresiasi sebagai pahlawan bangsa. Sedang Nabi Muhammad saw. seorang Rasul yang sengaja diutus untuk menyelamatkan umat manusia dari kezaliman dan menjadi rahmat untuk semua.
2. Semua orang tahu bahwa Pancasila kreasi Seokarno yang digali dari bumi ibu pertiwi Nusantara sebagai titik temu dari keanekaragaman warga negara yang serba multi, bagi kita sebagai warga negara perlu memberi penghormatan pada Soekarno sebagai panggali Pancasila. Sebaliknya, Al-Quran adalah pedoman hidup umat demi keselamatan dunia dan di akhirat. Nabi saw. sebagai manusia pilihan perlu mendapatkan penghormatan sebagai mana Allah sendiri memberi penghormatan padanya،
 اللهم سلم و صلى على سيدنا محمد وعلى آل محمد
Soekarno himself in his speech and writing, very respectful of the Prophet Muhammad.  Reread his speech and writing.
3. Pertanyaan ketiga lebih tidak logis lagi, dilihat dari kisi-kisi sejarah, karena Soekarno dan Nabi muhammad saw. lahir tidak sezaman, Soekarno lahir di Awal abad ke-20, sedang Nabi Muhammad saw. lahir di abad ke-6 masehi. Karena itu, pertanyaan ini tidak logis dan ke kanak-kanakan. 

Pertanyaan semacam ini mungkin bisa dipahami jika muncul ketika di awal kemerdekaan. Saat itu 98% warga masih buta hurup. Masyarakat sekarang ini semakin cerdas, tingkat literacy rate kemampuan baca tulis sudah sampai 90%, maka seharusnya tidak lagi ada pertanyaan konyol, semborono dan tidak masuk akal. Kecuali, jika pertanyaan ini muncul karena dilatari kebencian dan ingin menghina kelompok lain. Padahal dalam bernegara di negeri tercinta ini yang berdasarkan Pancasila, seharusnya yang ditumbuhkan sikap tasamuh atau saling tenggang rasa dalam keanekaragaman bangsa. Jika ini diulang-ulangi jangan jangan pertanyaan seperti ini, bak orang berteriak, "Aku Pancasila tetapi praktiknya jauh dari Pancasila." 
Pertanyaan konyol semacam di atas akan berdampak pada kesan negatif bahwa pertanyaan ini bukan sebuah pertanyaan  pencerahan tetapi akan meninggalkan sebuah saling kebencian dan kecurigaan di kalangan warga masyarakat, yang justru harus dibangun di masyarakat adalah menumbuhkan saling pengertian yang harmoni, seperti yang diperkenalkan oleh presiden pertama RI, Soekarno sendiri

Wassalam,
Makassar, 16 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR