Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

KHAZANAH SEJARAH: DILARANG SALING MENYESATKAN DAN MENGAFIRKAN SESAMA MUSLIM (3)

by Ahmad M. Sewang Sikap tadlil (menesatkan) dan takfir (mengafirkan) mulanya bersumber dari intoleransi pada perbedaan dan klaim kebenaran. Satu-satunya kebenaran yang diakui, menurut paham ini, hanyalah kebenaran yang sama dengan paham mereka. Sementara al-Qardawi berpendapat, kebenaran itu bisa berbeda antara satu dengan yang lain, terutama menyangkut masalah furu dan masalah ijtihadiah. Kedua masalah itu,  memungkinkan timbulnya perbedaan, sedang perbedaan itu adalah bahagian dari sunnatullah. Bahkan dikatakan, "Barang siapa yang berfantasi agar manusia hidup di dunia ini diseragamkan saja, baik pendapat atau pun kepercayaan, beliau berkata, لم يكن وقوعه (mustahil akan terjadi dalam realitas) atau sama dengan orang yang sedang bermimpi bahwa pada suatu saat matahari terbit di sebelah barat dan terbenam di sebelah timur, artinya ia sudah berkhayal melawan sunatullah." Keinginan untuk menyeragamkan semua pendapat manusia di dunia bertentangan dengan sunatullah. Di sinilah u

KHAZANAH SEJARAH: MENGHINDARI SIKAP EKSTRIM DAN MEMBANGUN MODERASI BERAGAMA (2)

by Ahmad M. Sewang Berlebihan dalam beragama disebut Nabi الغلو فى الدين, yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan ekstrim dalam beragama, sedang ekstrim dalam beragama dilarang dalam Islam, "Kehancuran umat sebelummu karena mereka ekstrim dalam beragama," peringatan Nabi pada suatu saat. Karena itu umat diperintahkan mengikuti sikap Ali r.a. yang selalu nengambil jalan tengah, beliau berkata, "Hendaknyalah kalian berpegang pada sikap pertengahan. Dengan sikap ini orang yang tertinggal harus segera menyusul dan orang yang lebih di luan harus kembali mundur." Imam Ahmad dalam musnadnya berkata, Rasulullah saw. membuat satu GARIS LURUS dengan tangannya kemudian bersabda, ini adalah jalan Allah yang lurus. Kemudian membuat jalan di sebelah  kanan dan kirinya seraya berkata, setiap jalan dari jalan-jalan ini terdapat syetan yang mengajak kepadanya, lalu Nabi membaca ayat, "Inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah ia dan jangan mengikuti jalan (yang

KHAZANAH SEJARAH: BERJUANG MEMERLUKAN KEYAKINAN DAN KESABARAN (1)

by Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA. Seri tulisan ini, sekaligus sebagai jawaban beberapa pertanyaan pada tulisan hari Senin lalu. Penulis berterima kasih atas respon dari teman-teman yang tidak bisa disebut namanya satu per satu, baik yang merespon positip atau pun bersikap kiritis, bagi penulis semuanya merupakan al-sarwah atau sebuah kekayaan dalam khazanah pengetahuan penulis untuk langkah berikutnya. Dalam buku terakhir yang berjudul, "Persatuan Umat dan Saling Memahami Perbedaan," penulis mengutip pendapat seorang ulama besar, Abdul Azim al-Zarqani, tidak mudah membangun persatuan umat, tetapi beliau tetap memberi optimisme dengan mengatakan, "Jika ada cita-cita mulia yang kegagalannya diperkirakan 99% dan masih hanya ada 1% kemungkinan berhasil, maka lebih baik mengembangkan yang 1% itu.  Penulis memiliki pengalaman pribadi dari penelitian disertasi di negeri "Kincir Angin" selama setahun penuh. Ketika Three Datuk's melakukan islamasasi di kerajaan G

KHAZANAH SEJARAH: HIKMAH DI BALIK RUU HIP

by Ahmad M. Sewang Mulanya penulis menetapkan untuk membatasi dulu menulis di medsos, paling tidak sekali seminggu, tetapi kelihaannya ada saja peristiwa yang memotivasi,  seperti RUU HIP. Dari aspek hisroris, Pancasila merupakan hasil kesepakatan para the founding faher (kalimatun sawa) yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa yang multi kultural. jika pembahasan RUU HIP tetap diteruskan dikhawatirkan akan berubah menjadi pemecah belah dalam berbangsa.  PDIP sekarang jadi bulan-bulanan hujatan karena ditengarai pengenisiatif RUU HIP, bukan hanya dari  meinstram ormas Islam, juga para purnawirawan, dan Persekutuan Gereja se Indonesia menolaknya. Namun PDIP tidak bisa menerima tuduhan itu, seperti disampaikan wakilnya di DPR RI, Dr. Ahmsd Basara, bahkan menurutnya, penginisiatif pertama datang dari praksi lain, tetapi setelah ditanya, siapa praksi itu? Mereka menjawab, "Ini rahasia untuk menjaga nama baik praksi tersebut." Penulis berpendapat PDIP-lah yang membiarkan dirinya ja

KHAZANAH SEJARAH: MEMBERI=MENERIMA

by Ahmad M. Sewang Biasanya jika ada tulisan bagus di medsos penulis menelepon langsung kepada penulisnya sebagai rasa empati, tetapi kali ini penulis tidak menelepon melainkan  langsung memperkaya tulisan itu sebagai tanda empati pada tulisan akhy Aswar Hasan yang berjudul, "memberi=menerima," yang diviralkan kemarin. Tulisan itu dikutip dari renungan harian Rhonda Byrne penulis buku terkenal The Secret tahun 2006 yang best seller dan telah diterjemahkan dalam 44 bahasa di seluruh dunia. Penulis teringat pada suatu saat dalam sebuah diskusi yang dilaksanakan oleh Forum Dosen di kantor Tribun Timur yang dipimpin Adi Suryadi Culla. Salah seorang peserta mengemukakan pendapat, "Jika ada pengusaha mendirikan sebuah pabrik (garmen) sambil berusaha msejahterakan penduduk yang bermukim di sekitar lingkungan pabrik itu, pada hakikatnya, pemilik pabrik itu telah memperkaya dirinya sendiri," kata peserta diskusi itu, sebab orang di sekitar pabrik itulah akan menjadi konsumen

KHAZANAH SEJARAH: RETHINKING NORMATIVITAS DAN HISTORITAS

by Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang,. MA Jika terjadi kesenjangan antara apa yang seharusnya dan realitas yang ada, dalam ilmu sosial disebut sebuah sebuah masalah, semakin lebar kesenjangan itu semakin besar masalahnya dan semakin menyatu antara yang seharusnya dan kenyataan semakin ideal. Masyarakat ideal dalam ilmu filsafat disebut jika antara das sollen atau pola cita dan das sein atau pola laku menyatu. Di dalam Islam, disebut antara iman dan amal salih  menyatu dalam diri seorang muslim yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Dalam ilmu sejarah diperkenalkan istilah antara normativitas dan historitas. Sekarang kita mencoba menganalisa komunitas muslim dalam tinjauan ilmu sejarah. Tetapi, perlu lebih dahulu didefinisikan istilah normativitas dan historitas untuk menyamakan persepsi dan pemahaman. Normativitas artinya, sejalan dengan norma yang seharusnya. Norma  dalam Islam terdapat dalam kitab suci al-Quran dan hadis-hadis Nabi yang sahih. Sedang historitas adalah periaku musli

KHAZANAH SEJARAH: ANTARA BUDAYA BUNGA DAN BUDAYA MAKAN

by Prof. Dr. H. Ahmad Sewang, MA Di dunia barat yang pernah penulis saksikan, khususnya di Eropa penulis sebut budaya mereka sebagai budaya bunga. Kapan pun ditemukan bunga setiap kegiatan. Dalam peristiwa duka selalu ditemukan bunga, sebaliknya dalam gembira pun selalu ada bunga. Di Belanda pada akhir pekan tidak ada satu pun toko yang terbuka kecuali toko bunga sebab bunga selalu diperlukan pada setiap event. Suatu saat,menjelang pulang ke tanah air setelah setahun melakukan riset dan studi di Universitas Leiden. Penulis diundang Persatuan Pemuda Islam Eropa di Den Haaq untuk ceramah,  kebetulan penulis bawa Ibu, setelah selesai acara penulis mendapat kehormatan dan dihadiahi bunga. Bunga itu, sangat bernilai sebab jika dirupiahkan harganya cukup mahal. Tiba di apartemen, Ibu simpan di kamar mandi agar tidak layu, tetapi ternyata besoknya, sudah layu. Ibu bilang, "Andai kata uang yang diberikan akan lebih bermanfaat." Penulis berkata, di sinilah bedanya dengan budaya di tan