Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

MAYJEN TNI (PUR.) H.M. AMIN SYAM: BACK TO MOSQUE

by Ahmad M. Sewang  Bagian Pertama Saya beruntung karena sebelum memposting perjalanan hidup H.M. Amin Syam, sempat memvalidasinya langsung pada beliau. Menurut informasi resmi dari Kiyai Google bahwa beliau lahir di Enrekang, padahal yang benar adalah kelahiran Bone. Karena itu, menjadi pelajaran berharga bagi setiap penulis dan peneliti, tidak bisa percaya begitu saja, sekali pun sudah dimuat secara resmi oleh Kiyai Google di Wikipedia. H.M. Amin Syam lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 12 Desember 1945. Tidak seorang pun di Sulawesi Selatan yang hidup pada pertengahan kedua abad ke-20 ke atas tidak mengenalnya. Jika ada yang tak mengenalnya, justru dipertanyakan sebagai orang Sulawesi Selatan. Betapa tidak, hampir semua jabatan penting pernah dipercayakan pada beliau. Jabatan yang pernah   beliau embang, secara kronologis, dimulai dari karier militer. Beliau adalah Pelatih/Guru Militer pada Pusat Pendidikan Artileri Medan AD di Cimahi Bandung, Komandan Baterai (setingkat Kompi), Wakil

DRS. H. MUH. YAMIN AMNA, M.A.: PEJUANG TAK PERNAH DIAM

by Ahmad M. Sewang  Bagian Pertama Muh. Yamin Amna, sering saya sapa KakYamin, seorang pejuang yang tak mengenal menyerah dari berbagai rintangan. Beliau sahabat yang sangat perhatian dan terbuka. Ketika penyambutan abad ke-15 Hijriah, bertepatan tahun 1979. Yamin Amna kebetulan duduk sebagai Ketua Majlis Dakwah dan Remaja masjid DPP IMMIM. Abad ke-15 dicanangkan sebagai abad kebangkitan Islam yang di Kota Makassar ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda dan remaja masjid Juridiksi dan koordinasi DPP IMMIM  di bawah naungan Majlis Dakwah, Seni Budaya, dan Remaja Masjid yang diketuai Muh. Yamin Amna. Mulai saat itu, persahabatan dengan Kak Yamin semakin akrab. Waktu itu, saya sedang sedang aktif di Ikatan Remaja Masjid Aqsha (IRMA AQSHA) di samping aktif dalam kepengurusan Pengajian Aqsha. Saya masih ingat, seluruh masyarakat muslim dimobolisasi memyembut Abad ke15 H. Dalam catatan saya hampir semua tokoh, sipil dan militer, terlibat dalam kegiatan itu dengan berbagai macam kegiata

H. FADELI LURAN 1922-1972 (Pemersatu Umat)

by Ahmad M. Sewang Bagian Pertama Saya mengenal H. Fadeli Luran ketika pertama kalinya melanjutkan studi S1 di Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar. Sebagaimana yang menjadi trend saat itu, hampir semua mahasiswa baru bangga menjadi anggota organisasi ekstra. Dua organisasi ekstra yang menguasai kampus saat itu, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), masing-masing memperebutkan mahasiswa baru sebagai anggotanya. Di tengah-tengah persaingan kedua organisasi itu, terkadang diwarnai accident yang kurang sehat membuat saya kecewa. Saya awalnya ingin bergabung menjadi aktivis kampus dengan memasuki salah satu kedua organisasi itu, tetapi dengan peristiwa yang kurang sehat itu, membuat saya mengurungkan niat untuk ikut trend tersebut.  Sekalipun saya menyesal karena tidak bisa menjadi aktivis mahasiswa, tetapi saya bangga dan berterima kasih kepada Tuhan karena saya menemukan jati diri saya di luar kampus, di antaranya melalui kegiatan keagamaan