SUNNI YANG SYIAH DAN SYIAH YANG SUNNI

Ahmad Mujahid

Tidak sedikit orang yang mengaku sunni tapi tidak mengikuti sunnah Nabi Saw. Orang seperti ini tidak dapat dikategorikan sebagai sunni. Oleh karena subtansi makna sunni adalah mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw. 
Juga sangat mungkin, ada orang yang mengaku syiah, namun ia tidak mencintai keluarga nabi Muhammad Saw. Orang seperti ini bukanlah syiah. Karena subtansi makna syiah adalah menjadi pencinta atau mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu siapa pun yang mencintai keluarga Nabi Muhammad maka ia adalah seorang syiah. 

Suatu ketika Imam Syafi'i berkata: "Jika karena mencintai Keluarga Nabi disebut Syiah, maka saksikanlah oleh kalian wahai jamaah jin dan manusia, aku adalah Syiah." Menurut penulis, perkataan Imam Syafiy, jelas dan tegas bahwa mencintai kelurga Nabi Saw. adalah bukti hakiki dari kesyiahan seseorang. Seseorang yang sunyi dari cinta Nabi Saw dan keluarganya, maka menjadi bukti bahwa ia bukan seorang syiah. Imam Syafiy, dengan kecintaan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya, beliau tak khawatir dan tidak takut disebut syiah. 

Bukti kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah Saw. adalah dengan mencintai keluarganya, ahlul baitanya. Menurut penulis seseorang tidak dapat dibenarkan pengakuan cintanya kepada Nabiyullah Muhammad, apabila belum mencintai ahlu bait Rasulullah Saw. Kecintaan kepada Rasulullah dan kecintaan kepada ahlul baitnya adalah hakekat yang satu, dengan kata lain, satu kesatuan yang tak terpisahkan. 

Bukti lain yang tak kalah pentingnya, penulis, terkait dengan kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah Saw. adalah dengan mengikuti, menegakkan dan menghidupkan sunnah Rasulullah Saw. Imam Syafiy telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang pembela sunnah Nabi Saw. Beliau digelari atau bergelar naahirus sunnah. Dari sini dapat dikatakan bahwa imam asy-Syafiy adalah seorang SUNNIY yanv SYIIH. Lalu siapa yang berani menuduh imam Syafiy sebagai manusia sesat, karena dia adalah SUNNI yang SYIIH? 

Bertolak dari uraian di atas, maka orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw dan sekaligus mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw., maka ia adalah SUNNY yang SYIIH. Sebaliknya orang yang mencintai keluarga Rasulullah Saw. dan dengan cintanya, maka pasti dia mengikuti dan menghidupkan sunnah Nabi Saw. Orang seperti ini adalah SYIAH yang SUNNI.

Pertanyaannya sekarang adakah orang yang dapat dikatakan benar pengakuan keimanannya kepada Rasulullah Saw, jika ia tidak menghidupkan dan mengikuti Nabi Saw. berlandaskan cinta kepadanya dan kepada keluarganya. Jawaban atas pertanyaan tersebut, menurut penulis, adalah tidak ada. Oleh karena bukti kebenaran iman yang sebenar-benarnya kepada Rasulullah Saw. adalah dengan mencintai Rasulullah Saw. beserta keluarganya dan dengan menghidupkan dan mengikuti sunnahnya. 

Demikian pula, bukti kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah beserta keluarganya adalah dengan menghidupkan dan mengikuti sunnahnya. Jadi antara menghidupkan sunnah dan mencintai Rasulullah Saw. beserta keluarganya adalah hekekatnya satu atau satu kesatuan. Jika demikian halnya, maka tidak ada orang sunni tanpa menjadi syiah. Demikian pula tidak ada orang syiah tanpa menjadi sunni. Inilah makna tema di atas, sunni yang syiah dan atau syiah yang sunni. Wa Allah A'lam

Makassar, 22 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR