KHAZANAH SEJARAH:MATAHARI ISLAM AKAN TERBIT DI DUNIA BARAT

by Ahmad M. Sewang 

Bagian Pertama 
Judul di atas, sebuah prediksi, berdasarkan beberapa argumentasi, yaitu:
1. Sejak setelah Perang Dunia I, negara-negara Eropa Barat membutuhkan banyak tenaga kerja dari negara-negara dunia ketiga dari Asia dan Afrika. Mereka kebanyakan beragama Islam yang beramai-ramai memasuki Eropa. Mereka inilah yang mengisi peluang itu untuk mengisi tenaga kerja.
2. Negara-negara Eropa mengenal dwi kewarganegaraan sama dengan negara-negara Asia lainnya. Bagi pekerja di Eropa yang memiliki dwi kewarganegaraan lebih menguntungkan dilihat dari sisi kemudahan. Berbeda dengan Indonesia yang hanya mengenal satu kewarganegaraan, jika memilih warga negara lain secara otomatis kewarganegaraannya batal dengan sendirinya sebagai warga negara Indonesia.
3. Umumnya, para pekerja dari dunia ketiga datang di Eropa dengan membawa keluarganya. Populasi mereka jauh lebih cepat dibanding penduduk setempat,  misalnya yang saya saksikan jika ke mall-mall, para emigran membawa serta keluarganya, mereka berjejer dengan anak-anaknya. Sementara penduduk setempat populasi mereka zero atau 0%.
4. Penulis menyaksikan sendiri setelah setahun penuh tinggal di negeri "Kincir Angin," banyak gereja kosong pada hari Ahad, tidak ada peminatnya untuk  datang melaksanakan misa. Akhirnya rumah ibadah mereka diperjualbelikan.  Umat Islam pun yang beremigrasi ke Belanda membelinya dan mengubahnya jadi masjid. Sehingga penulis selalu  salat di bekas gereja yang sudah diubah jadi masjid, karena masjid tersebut kebetulan dekat dengan Universiteit Leiden.

Banyak peristiwa yang tidak bisa saya lupakan dalam penelitian di Pusat Zending di Leiden. Antara lain, suatu ketika Pendeta Sloof kedatangan tamu dari Indonesia, yaitu Pendeta Sumartono dari Yogyakarta. Kami dari enam orang peneliti dari IAIN seluruh Indonesia sengaja diundang Pendeta Sloof untuk berdiskusi tentang kemunduran agama Kristen di Belanda, buktinya banyak gereja yang kosong dan dijual. Hasil riset menunjukkan bahwa pada hari Ahad tinggal 12% jamaah yang datang ke geraja. Kemana sebagian? Ternyata mereka menjadi agnostisisme, yaitu beragama atau tidak beragama, sama saja, mereka sudah tidak lagi peduli pada agamanya. Itulah tantangan yang dihadapi umat Kristen di dunia Barat.

Bagaimana umat Islam di Indonesia? Apakah akan mengalami nasib sama dengan saudaranya di dunia Barat? Itulah salah satu pertanyaan yang mengemuka saat itu, dan masalah itulah yang akan dijawab dalam artikel singkat ini. Indonesia akan sulit mengalami nasib seperti dunia Barat, sebab Indonesia berbeda dengan dunia Barat dilihat dari dasar negara. Dasar negara RI adalah Pancasila yang sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa. Berbeda dengan dunia Barat, seperti Belanda, dasar negaranya adalah sekuler. Akibat pemisahan antara agama dan negara, sehingga pemerintah tidak bisa membangun sarana keagamaan. Bantuan pemerintahan Belanda untuk pembangunan masjid di Redderkerk, tidak bisa disebutkan bantuan pembangunan masjid, sebab negara tidak bisa membantu sarana keagamaan, melainkan diistilahkan bantuan pembangunan kebudayaan. Dengan dasar negara sekuler di Benada sehingga negara tidak bisa mencampuri urusan agama, misalnya gereja semakin banyak yang kosong dari jamaah seperti yang saya saksikan sendiri. Tidak heran jika almarhum Prof. Karel Stembrink secara berselero berkata, "banyak gereja masuk Islam." Banyaknya gereja yang alih fungsi, sampai banyak yang bertanya, apakah nanti Indonesia tidak akan mengalami nasib seperti Belanda? Saya jawab seperti di atas bahwa Belanda berbeda dengan Indonesia. Di Belanda terjadi, scheiding van staat en kerk, pemisahan negara dan gereja atau dasar negaranya adalah sekuler, sedang Indonesia berdasarkan Pancasila dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa. Sekalipun Indonesia bukan negara agama, namun bukan juga negara sekuler.
 
Wasalam,
Makassar, 24 Januari 2022

Bagian Kedua
Fenomena semacam ini melanda hampir semua negara Barat (baca seri 1). Di Inggris sedang terjadi fenomena yang sama. Kebetulan penulis mendapat undangan untuk menghadiri sebuah konferensi awal Agustus 2018, selama 10 hari, dan langsung menyaksikan fenomena Islam yang sedang berkembang disana, seperti pemakaian jilbab di jalanan utama kota London. Di sana sedang terjadi salat Jumat yang dilaksanakan dua tahap mengingat masjid sudah penuh sesak jamaah. 

The creeping Islamization of London is almost complete, with hundreds of official sharia courts operating in the capital, and mosques opening where famous Christian churches have stood for many hundreds of years. "London is more Islamic than many Muslim countries put together“, according to Maulana Syed Raza Rizvi, one of the Islamic preachers who now lead “Londonistan“, as the journalist Melanie Phillips has called the English capital. 

Sejak tahun 2001, 500 gereja London dari semua denominasi telah diubah menjadi rumah pribadi. Sementara 423 masjid baru dibangun di atas reruntuhan Kristen Inggris yang menyedihkan. Banyak gereja Kristen di London telah diubah menjadi masjid. Laporan Gatestone Institute: Gereja Hyatt United dibeli oleh masyarakat Mesir untuk dikonversi ke sebuah masjid. Gereja Santo Petrus telah diubah menjadi Masjid Madina. Masjid Brick Lane dibangun di bekas gereja Methodis. Tidak hanya bangunan yang dikonversi, tapi juga orang. Jumlah orang yang masuk Islam telah berlipat ganda.

Daily Mail menerbitkan foto-foto gereja dan sebuah masjid beberapa meter dari satu sama lain di jantung kota London. Di Gereja San Giorgio, yang dirancang untuk menampung 1.230 jemaat, hanya 12 orang berkumpul untuk merayakan Misa. Di Gereja Santa Maria, hanya ada 20 orang. Sementara didekatnya ada Masjid Brune Street Estate problem sebaliknya. Daya tampung kecil tapi jama'ah membludak. Pada hari Jumat, umat Islam sampai meluber ke jalan-jalan untuk salat.

"Pemandangan baru di kota-kota Inggris telah tiba," kata Ceri Peachof Oxford University. Sementara hampir setengah dari Muslim Inggris berusia di bawah 25 tahun, seperempat orang Kristen berusia di atas 65 tahun. "Dalam 20 tahun lagi, akan ada lebih banyak Muslim yang aktif daripada ada orang-orang gereja," kata Keith Porteous Wood, direktur Sekuler Nasional Masyarakat.

Selama periode yang sama, masjid-masjid Inggris telah berkembang biak. Antara tahun 2012 dan 2014, proporsi orang Inggris yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Anglikan menurun dari 21% menjadi 17%, turun 1,7 juta orang, sementara menurut survei yang dilakukan oleh Institut Penelitian Sosial NatCen yang terhormat, jumlah umat Islam telah meningkat. hampir satu juta. Para pengunjung gereja menurun pada tingkat yang dalam satu generasi, jumlah mereka akan tiga kali lebih rendah daripada Muslim yang pergi secara teratur ke masjid pada hari Jumat.

Kota yang memiliki populasi Muslim yang sangat besar: Manchester (15,8%), Birmingham (21,8%) dan Bradford (24,7%). Sekarang terdapat Walikota muslim di Inggris, yaitu di London, Birmingham, Ledz, Blackburn, Sheffield, Oxford, Luton, Oldham, dan Rochdale. Paling fenomenal adalah Walikota Muslim pertama di London, Sadiq Khan. Beliau terpilih pertama kalinya pada tahun 2016, sekarang resmi kembali terpilih menjadi Wali Kota London kedua kalinya. Untuk mengecek kebenaran data ini, saya hubungi teman yang sering bekerjasama kedubes Spanyol yang kebetulan di Jakarta, Andi Killang. Beliaulah yang langsung menghubungi atase perdagangan kedutaan Besar RI di London, ternyata membenarkan data ini.

Pada pertemuan kami dengan para pendeta di Henri Krimmer, Pusat Pengkaderan Zending di Leiden, kami berbincang kemunduran Kristen di Eropa, "Sebagai umat beragama kami turut prihatin," kataku dalam seksi tanya jawab. Sebab menurut Alquran orang paling dekat dengan umat Islam adalah orang yang menyatakan diri Nasara,
QS Al-Maeda, 82:
... وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُم مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

.... Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. Tentu saja,setelah melintasi perjalanan waktu panjang, maka kita semakin sulit melakukan generalisasi pada sebuah komunitas agama tertentu.

Wasalam,
Makassar, 27 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR