KHAZANAH SEJARAH:AWAL PERPECAHAN UMAT DAN DAMPAKNYA PADA MASA KINI

by Ahmad M. Sewang

Seperti dikemukakan pada seri sebelumnya bahwa pembunuhan Usman bin Affan oleh para pemberontak,  disebut sebagai al-fitnatul kubra atau malahpetaka yang maha dahsyat. Kedahsyatannya karena ikut mempengaruhi pemerintahan berikutnya. Bukan hanya sampai di situ, juga lantunannya jauh melintas sampai ke era kini di dunia Islam. Akibat pembunuhan Usman mengakibatkan Perang Saudara pertama dalam Islam juga jadi penyebab berdirinya aneka mazhab teologi dan fikih, seperti dapat dibaca dalam perjalanan sejarah umat. Jadi kita kembali lagi untuk memperkuat tesis pada seri sebelumnya bahwa mazhab baru dikenal dalam sejarah Islam setelah pasca Nabi, karena itu mazhab sesungguhnya adalah produk historis. 

Keberadaan mazhab bagai pisau bermata dua. Di satu sisi  turut menguntungkan karena memperkaya khazanah 
peradaban Islam. Aneka mazhab telah ikut berfastabiqul khaerat. Namun di sisi lain, bisa jadi penyebab kemunduran jika digunakan untuk saling menafikan satu sama lain. Tidak salah jika ada pendapat bahwa perbedaan mazhab telah turut melestarikan perbedaan dan perselisihan, apalagi jika sudah mendompen di dalamnya kepentingan lain, seperti kepentingan politik sesaat.

Tugas pertama yang dilakukan Khalifah Ali segera setelah resmi menjadi khalifah ke IV adalah menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar dengan menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan Usman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Usman bin Hanif diangkat menjadi penguasa di Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawiyah, juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.

Sebagai dikemukakan bahwa pengaruh wafatnya Usman secara tragis membuat pemerintahan Ali bin Abi Thalib berjalan tidak stabil. Para pendukung Usman memunculkan kembali semangat kesukuan yang telah dihapus Nabi dan ditukar dengan semangat ukhuwah. Semangat tribalisme sengaja mereka hidupkan kembali untuk menuntut darah Usman. Sementara Ali belum bisa memenuhi tuntutuan itu dengan alasan beliau memprioritaskan stabilitas dalam negeri. Akibatnya muncul pemberontakan dari dalam yang diprakarsai oleh Zubair dan Thalha, kemudian Aisyah bergabung yang waktu itu sedang umrah. Kedua pemrakarsa tadi tewas dalam peperangan, sedang Aisyah r.a. tertangkap dan dibawa kembali ke Madinah. Karena Aisyah sedang mengendarai unta yang dalam bahasa Arab berarti jamal, maka perang itu disebut Perang Jamal. Inilah perang saudara pertama dalam Islam sepeninggal Nabi saw., padahal kedua orang yang berseteru sangat dekat dengan Nabi. Aisyah isteri Nabi dan putri Abu Bakar, sedang Ali kemanakan dan menantu Nabi saw. Kemudian, setelah itu muncul lagi pemberontakan baru dari Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Damaskus yang juga dengan semangat dan tuntutan yang sama, yaitu pembunuh Usman segera di kisas. Tuntutan ini juga mengakibatkan terjadinya perang yang disebut Perang Siffin. Jadi kedua perang tersebut, tidak lepas dari tuntutan yang sama atas kematian khalifah ke III, Usman bin Affan. Ali sesungguhnya mewarisi persoalan dari khalifah sebelumnya. Sejak Perang Shiffin, persoalan politik segera bergeser pada persoalan baru yaitu masalah teologi. 

Sebenarnya, tentara Ali hampir saja memenangkan perang, tetapi Ali menerima perdamaian yang ditawarkan oleh Muawiyah. Padahal perdamaian itu adalah taktik Amar bin As, penasehat politik Muawiah, dengan mengangkat Alquran di atas tombak yang artinya mereka mengajak Ali untuk berdamai lewat Alquran. Terjadilah abitrase antara keduanya, Ali diwakili Abu Musa al-Asari, sedang Muawiyah diwakili Amar bin As. Sayang sekali, arbitrase tersebut berjalan tidak jujur. Menurut Prof. Harun Nasution, "Kesalehan Abu Musa al-Asari dikalahkan oleh kelihaian Amar bin As." Hasil arbitrase membuat pendukung Ali terbagi dua, sebagian tentara Ali tidak puas dengan arbitrase tersebut. Mereka melakukan desersi dan membentuk kelompok tersendiri yang disebut Khawarij. Artinya, mereka keluar memisahkan diri dari tetara Ali dengan menamakan diri kelompok Khawarij. Mereka  menafsirkan sendiri ayat QS al-Maidah, 44,
... وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
... Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Menurut Khawarij, Ali, Muawiyah, Amar bin As, Abu Musa al-Asari, dan lain-lain tidak bertahkim berdasarkan  Alquran, maka mereka adalah kafir dan orang kafir halal darahnya. Tepat pada 19 Ramadan 40 H (661), khalifah Ali r.a. ditusuk dengan pedang beracun, dua hari kemudian Ali wafat dan pembunuhnya adalah Ibnu Muljam, seorang anggota Khawarij yang fanatik. 
Khawarij adalah mazhab teololgi pertama dalam Islam. Sedang  sebagian tentara Ali yang tetap setia pada Ali. Mereka menyebut diri sebagai Syiah. Kemudian pengikut Muawiyah menamakan diri Ahli Sunnah wal Jamaah. Dalam perkembangan sejarah Islam berikutnya bermunculan lagi aneka mazhab atau aliran teologi lainnya, seperti Murjiah, Qadariah, Jabariah, dan Mu'tazilah. Dalam waktu yang sama muncul pula mazhab dalam bidang fikih. 

Tidak perlu kecewa jika postingan ini berisikan perpecahan. Semoga dengan membaca sejarah Islam secara jujur, umat masa kini akan lebih mudah mencarikan jalan keluar mengembalikan persatuan seperti di masa Nabi. Sekali lagi kita tidak perlu kecewa sebab semua agama juga mengalami nasib perpecahan yang sama bahkan ada yang lebih para lagi. Cobalah belajar sejarah dunia yang lebih banyak dipenuhi konflik daripada damai.

Seri berikutnya adalah menelusuri pengaruh mazhab teologi dan fikih dalam perjalanan sejarah sampai memasuki abad ke-21 sekarang di dunia Islam. Sekali lagi masalah ini sengaja diangkat untuk mencarikan jalan keluar dalam menuju dunia baru untuk mengembalikan misi Islam yang sesunggahnya sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Wassalam,
Makassar, 1 Juli 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR