KHAZANAH SEJARAH:HASIL RISET PENDETA TENTANG DAKWAH ISLAM

by Ahmad M. Sewang 

Saya baru saja menerima postingan dari Imam Shamsi Ali di New York bahwa seorang mahasiswa Kristen yang kuliah di PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menulis disertasi dibawa bimbingan Prof. Dr. Azyumardi Azra. Disertasi itu berjudul, "Islam Rahmatan.  Lil-alamin (studi tentang pemikiran dan kiprah Dakwah Imam Shamsi Ali di New York)”. Yang menarik dari disertasi ini karena penulisnya adalah seorang Pendeta Wanita yang menyelesaikan program doktoralnya di bidang Dakwah dan Studi Islam. Saat ini penulis dengan nama Hannas itu menjadi salah seorang petinggi di salah satu organisasi Kristen sekaligus aktivis Dialog antar agama. 

Singkat cerita, suatu saat setelah beberapa lama ia kembali ke Indonesia, Imam Shamsi Ali merasa surprise mendapat sebuah kiriman dari Hannas melalui seseorang. Isinya surat ucapan terima kasih dan ia pun mengirimkan sebuah kitab Injil berbahasa Arab. 

Dalam surat itu Hannas kemudian menyampaikan bahwa atas bantuan Imam Shamsi Ali, dia saat ini telah menyelesaikan studi doktoralnya di bidang Dakwah dan Studi Islam. Sekaligus menyampaikan bahwa disertasi yang ditulis tentang Imam Shamsi Ali dan Dakwah Islam itu mendapat sambutan yang baik. Saat itu dia belum mengenalkan diri sebagai seorang penganut Kristen dan pendeta. Jika Hannas tidak langsung membuka diri pada Imam Shamsi Ali, bisa dipahami dalam dunia riset untuk memelihara objektivitas penelitian atau untuk menjaga agar hasil penelitiannya tidak bias. 

Karena terkejut dikirimi Injil berbahasa Arab, Shamsi Ali pun kontak Prof. Azyumardi Azra menanyakan tentang Hannas. Beliaulah yang menyampaikan kalau Hannas itu adalah seorang dari beberapa orang mahasiswa Kristen. Hannas seorang pendeta yang menyelesaikan studi Islam di PPs UIN Hidayatullah Jakarta. 

Disertasi ini menunjukkan bahwa manusia masa kini sudah semakin jauh melintas batas, sejalan dengan peraturan baru dalam dunia pendidikan nasional bahwa tidak boleh ada diskriminasi pemenerimaan mahasiswa baik etnis, suku dan agama. Perguruan Tinggi di dunia Barat sudah lama memperaktikan keterbukaan semacam ini, sedang di dunia Timur dianggap sesuatu yang baru. Untuk memelihara objektivitas, maka biasanya pembimbing dan pengujinya sengaja dipilih sebagian dari dosen seagama dari objek riset mahasiswa yang bersangkutan. Ke depan menurut ilmu kebudayaan yang saya pelajari, "Ilmuwan seperti Hannas akan semakin banyak dan itulah hukum kebudayaan bahwa semakin maju tingkat peradaban seseorang akan semakin membuka diri dan akan semakin sadar pula mana batas-batas yang masih bisa dilewati dan mana pula batas-batas yang tidak bisa ditrobos berdasarkan ajaran masing-masing setiap agama." Saya percaya, manusia yang sudah sampai ke tingkat peradaban tinggi akan memiliki etika moral tidak akan berani melakukan pelanggaran. Hal ini sesuai pengalaman pribadi yang penulis alami bersama mereka, ketika melakukan penelitian selama setahun di Belanda. Semoga saja fenomena sosial ini akan semakin membawa perospektif kemaslahatan bersama dalam membawa dunia semakin damai. 

Wassalam,
Makassar, Akhir. 31 Mei 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR