Puisi Prof. Dr. H. Ahmad Sewang, MA.

Kemarin malam, saya tiba-tiba dapat telepon dari Dr. Firdaus Muhammad, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, untuk membahas bukunya berjudul, "Setia di jalan Dakwah: 80 tahun Dr. AGH Sanusi Baco, lc." Launcing buku disponsori Dinas Perpustakaan dan kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan di Continent Hotel, saya jawab sedang di dokter, tentu saja tidak sempat lagi membaca bukunya, apalagi akan dilaksanaan besok jam 09.00, 03 November 2019. Tapi karena Pak Firdaus membujuk, "Sampaikan saja apa yang diketahui tentang Gurutta." Sehingga saya iyakan. Usai acara saya dibisik Pak Firdaus agar apa yang baru saja disampaikan tadi bisa diviralkan. inilah garis besar secara singkat yang saya sharing, semoga berguna. Sengaja saya dahulukan tulisan ini, sesuai permintaan dan seri tentang al-Qardawi saya tunda dahulu.

DR (H) AGH SANUSI BACCO, LC ULAMA TASAMUH YANG SEJUK
by Ahmad M. Sewang

syukur, bisa mengenal al-mukarram
walau tak begitu dalam
pada pertengahan awal tahun 1973-an
saya mahasiswa dan beliau sebagai dosen
Guruttalah menanamkan dasar keislaman
Gurutta pun penuh perhatian 
sampai pada  keluarga dan anak awang
yang masih di taman kanak-kanak Alauddin
sedang merengek agar secepatnya pulang 
sementara antrian nunggu gajian
sambil tersenyum, Gurutta menyapa
"anak tak mengerti, di sinilah kehidupan"
peristiwa biasa, tapi selalu diulang
setiap bertemu Ibunya anak, selalu diingatkan
"Manami itu anakta yang selalu menangis?"
mungkin Gurutta tahu, Ibu butuh sapaan
sebab dalam waktu bersamaan
saya sedang studi di negeri seberang

setelah berlalu berpuluh tahun 
seperti biasa, Ibu lagi-lagi diingatkan
Ibu pun memberi jawaban
anak itu sudah di daerah dapat penugasan
sudah berkeluarga dan punya anak
namun, pertanyaan singkat Gurutta
menunjukkan perhatian
selalu dikenang tak terlupakan
munkin semua orang dapat perhatian
namun, merasa kamilah yang utama
walau peristiwanya singkat dan biasa
tapi tidak akan terlupakan
perhatian Gurutta penuh kenangan

dalam hati saya peristiwa paling berkesan
sikap tasamuh beliau menyejukkan
keakraban Gurutta pada semua insan
membuat Gurutta diamanahi seabrek jabatan
PB NU dan PW Syuriah Sulawesi Selatan
ketua umum MUI wilayah Sulawesi Selatan
namun,penuh toleransi pada organisasi lain
Gurutta menerima LDII sebagai pengurus MUI
padahal LDII kontroversi bagi sebagian orang
beliau pun menerima resmi Ayatullah dari Iran
diberi kesempatan ceramah di Masjid Raya
bahkan seorang Katolik, Ishak Ngelyaratan
diterima di Aula berkegiatan
saat ketua PW Muhammdiyah, Dr. Alwiuddin  mengundang Gurutta memberi pengajian
beliau pun memenuhi undangan
jadilah keduanya jadi tokoh perdamaian
Gurutta dan Alwiuddin pelopor tolerans
mempertemukan dua organisasi mainstream
perlu apresisasi dan penghargaan
penghormatan keduanya penuh ta'zim

Wassalam,
Makassar, 4 November 2019

Lanjutan

sikap positif Anre Gurutta
menurut analisa sementara
dilatari pendidikan dan pergaulan luas
beliau pernah kuliah di al-Azhar
di sana diajarkan sikap tolerans
lewat mata kuliah muqaranah al-mazahib
berbagai perbedaan paham agama
hidup di tengah masyarakat Piramida
Gurutta tahu dan langsung menyaksikannya
tetapi menurut sang penulis biografi
sikap toleransi Gurutta
berasal dari kepribadian atau طبيعة البشر
merupakan legacy Ibunya dan gurunya 
di Mesir berkawan Gusdur dan Mustafa Bisri,
keduanya dikenal berjiwa lapang dada
membuat Gurutta bisa lintas organisasi
beliau bisa bersahabat siapa saja
itu sebabnya, sampai sekarang
dipertahankan Pembina di DPP IMMIM
resmi dianugerahi Syekh Muballingin

Gurutta sangat concent kesantunan akhlak
tetapi, beliau pun cukup tegas
Gurutta tegas tetapi tidak keras
ketika ada ingin memaksakan kehendak
datang memaksa tanda tangan Gurutta
beliau tegas dengan cara bijaksana
"tanda tangan saya atas nama MUI,
harus rapat lebih dahulu," katanya
pernah kejadian di sebuah diskusi di DPRD
saya hadir pada saat peristiwa 
beliau merasa dipalsukan tanda tangannya
Gurutta sangat tegas berkata,
"tidak boleh lagi terjadi peristiwa yang sama"
sekali pun disampaikan dengan suara datar
tapi tegurannya menunjukkan sikap tegas

Gurutta telah mewakafkan seluruh hidupnya
menempuh jalan belajar dan berdakwah
dalam usia sudah sepuh 83 tahun 
tetap istikamah di jalan dakwah
diterima semua lapisan umat
tak membedakan kedudukan masyarakat
dari lorong sempit dimasukinya
sampai ke Istana negara
dari masjid di dalam gang sesak  
sampai masjid negara Istiqlal
dari masyarakat biasa 
sampai ke gedung beringkat
dijalaninya penuh pengabdian lillahi taalah
berprinsip, "al-ulama khadimul ummah"
ulama adalah pelayan umat
itulah Gurutta yang kukenal
yang bisa kucatat apa adanya

Wassalam,
Makassar, 5 November 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR