KHAZANAH SEJARAH: TABIAT ALAM DAN KEHIDUPAN (Lanjutan)

Oleh: Prof. Dr. H Ahmad M. Sewang, M.A.

(Tulisan Keempat)

Perbedaan bukan hanya ditemukan pada makhluk manusia, juga pada jenis mukhluk nabat dan hayawan di alam ini, yang oleh Al-Qardawy  menyebutnya sebagai  طبيعة الكون والحياة (Tabiat alam dan kehidupan). Tabiat alam yang kita tempati sekarang ini diciptakan Allah swt. dalam beraneka bentuk, iklim, dan warna. Bacalah firman Allah,

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ ثَمَرَٰتٖ مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهَاۚ وَمِنَ ٱلۡجِبَالِ جُدَدُۢ بِيضٞ وَحُمۡرٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٞ ٢٧ وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, bintang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Tetapi perbedaan ini bukan bernilai pertentatangan (التناقص) melainkan perbedaan bernilai variatif (التنوع). Dalam al-Quran banyak ditemukan ungkapan “Beraneka macam warna,” dalam berbagai konteks permasalahannya.  Seseorang bisa menanam mangga atau padi di suatu tempat, tetapi rasanya beda setelah jenis yang sama di tanam di tempat lain, seperti padi yang dihasilkan di Bongoro, Pangkep, beda rasanya dengan yang dihasilkan daerah lain. Saya pernah membeli biji tanaman bunga tulip di  Airport Schipool Belanda sebagai oleh-oleh yang akan dibagikan pada keluarga setiba di Jakarta dan juga akan dikembangkan di pekarangan rumah di Makassar, sayang biji tulip itu tidak bisa hidup, sama dengan kurmah hanya bisa berkembang di daerah Timur Tengah. Sebaliknya, di Indonesia kita bisa menemukan aneka flora, misalnya berbagai jenis pisang. Sebaliknya, sangat sulit ditemukan di Belanda. Kalau pun ada dijual di super market, tapi harganya mahal dan itu pun diimpor dari Suriname, bekas koloni Belanda di Amerika Selatan. Perbedan-perbedaan itu juga pada kehidupan fauna, menurut al-Quran menjadi bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang hanya bisa diketahui bagi ilmuwan bahwa perbedan itu bukan hanya tabiat manusia tetapi juga pada
tabiat flora dan fauna. (bersambung)

Wassalam,
Makassar,  24 September 2019

(Tulisan Kelima)

Sebelum tulisan ini saya posting ke netizen lebih dahulu saya kirim pada expert on the environment, Dr.  Ir.  H. AndiTamsil, MS.  Tg, vice chairman of the ICMI Organizational Division, agar dikoreksi untuk menghindari kesalahan, mengingat keterbatasan saya secara pribadi yang bicara di luar keahlian, yang oleh Nurcholish Madjid mengistilahkannya pengetahuan populer yang biasanya diperoleh di luar kelas dan banyak membaca. Pengetahuan pepuler ini saya peroleh langsung dari almarhum Imanuddin bin Abdurrahim yang sering disapa Bang Imad melalui kejian rutinnya di Masjid Walisongo ketika masih studi di Jakarta. Terima kasih atas perhatian Andi Tamsil untuk meluangkan waktu memeriksa tulisan ini lebih dahulu.

Lanjutan dari tulisan kemarin. Allah swt. menegaskan, penciptaan manusia, flora, dan fauna yang jenisnya beraneka macam itu agar ekosistem di alam ini tetap terpelihara keseimbangannya. Ketiga jenis makhluk itu memiliki saling ketergantungan. Bang Imad, menggambarkan dengan bagus sekali bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian, melainkan memerlukan bantuan dari makhluk lain untuk tetap surviva, misalnya kita hidup di kelilingi udara yang mengandung oksigen (O2 = zat pembakar) dalam perbandingan 21% dari volume udara seluruhnya. Manusia dan fauna bernafas dengan memasukkan udara  (oksigen) ke dalam paru-paru, di mana darah manusia dan fauna yang kotor, karena kehabisan oksigen dan kaya karbondioksida (CO2) dibersihkan oleh oksigen yang ada dalam udara itu. Ketika  manusia dan fauna mengeluarkan nafas, maka udara yang  dikeluarkan itu kaya karbondioksida yang diserap oleh dedaunan yang membutuhkannya untuk pertumbuhan.
Demikianlah kehidupan manusia, fauna, dan flora saling membutuhkan berupa simbiosis mutualis. Dedaunan merupakan paru-paru bagi flora yang membutuhkan karbondioksida dan melalui proses kimiawi ia mengeluarkan oksigen yang dihirup paru-paru manusia dan fauna yang juga membutuhkan kelanjutan hidup. Makhluk manusia dan fauna bernafas dengan memasukkan udara bersih (oksigen) ke dalam paru-paru, di mana darah yang kotor, karena kehabisan oksigen dan kaya karbon dioksida (CO2) dibersihkan oleh oksigen yang ada dalam udara itu. Ketika Manusia dan fauna mengeluarkan nafas, maka udara yang  dikeluarkan itu diserap oleh dedaunan yang membutuhkan karbondioksida untuk pertumbuhannya.

Demikianlah  itulah takdir Allah, kehidupan manusia, fauna, dan flora saling membutuhkan. Kemudian Bang Imad menyimpulkan bahwa itu sebabnya, sabda Nabi, melarang manusia untuk seenaknya membabat flora dalam keadaan perang sekalipun. Manusia diingatkan karena mereka bukan hanya memiliki nurani, tapi juga nafsu yang menggoda keserakahannya, mereka sengaja melakukan pembakaran hutan yang akibatnya terganggunya ekosistem, seperti yang melanda Pulau Kalimantan dan Sumatera saat ini. Akibatnya bisa mengancam kelanjutan hidupan mereka sendiri dengan derita penyakit ISPA yang dialami masyarakat bukan hanya penduduk di kedua pulau tapi juga merambah ke negeri jiran. Itulah makna peringatan Allah bahwa,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada merekaa sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Terima kasih atas penjelasan almarhum Bang Imad  yang telah berusaha melakukan integrasi keilmuan, yang intinya menjawab pertanyaan, "Bagaimana pengetahuan  umum mendapat wawasan keagaman. Sebaliknya, pengetahuan agama mendapat wawasan  ilmu-ilmu umum." Keduanya macam ulmu ini tidak ada pertentangan, keduanya hanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, keduanya berasal dari Maha Pencipta Yang Tunggal, yaitu Allah swt. Semoga amal jariah Bang Imad mendapat pahala dari sisi-Nya. Amin!
Akhirnya, saya mengutif pesan dari H. Andi Tamsil, " Mari mewariskan mata air kebaikan sebagai rahmatan lil alamin pada anak cucu kita, bukan air mata derita, akibat gangguan ekosistem, karena ulah manusia sendiri."

Wassalam,
Makassar,  25 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT SULAWESI SELATAN

SISTEM KEKERABATAN ORANG BUGIS, MAKASSAR, MANDAR DAN TORAJA

SEKILAS SEJARAH MASUKNYA KRISTEN DI ALOR