TINGKAT KETERCAPAIAN KUALITAS MADRASAH ALIYAH TERHADAP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI KALIMANTAN TIMUR
A. PENDAHULUAN
Kabinet
Kerja 2014-2019 memprogramkan sembilan
agenda prioritas (Nawa Cita). Pada Nawa
Cita ke 5, yaitu “Meningkatkan
Kualitas Hidup Manusia Indonesia”, lebih
spesifik pada sub agenda pembangunan
pendidikan:
“Pelaksanaan
Program Indonesia Pintar” yang
ingin dicapai melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019. Sementara misi
Kementerian Agama RI di bidang pendidikan adalah “Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum
berciri agama, pendidikan agama pada satuan pendidikan umum, dan pendidikan
keagamaan”. Ada tujuh sasaran
strategis Kementerian Agama RI terkait
fungsi pendidikan, di antaranya adalah peningkatan
kualitas penyelenggaraan
pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Sasaran ini diindikatori oleh meningkatnya jaminan kualitas pelayanan
pendidikan, yang
ditandai dengan “Meningkatnya
Persentase RA, MI, Mts, dan MA yang Terakreditasi
Minimal B”; dan “Meningkatnya
Jumlah MI, MTs, dam MA yang Memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP)”.
Kementerian
Agama secara menerus telah melakukan upaya peningkatan kualitas untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut, salah
satu adalah memberikan bantuan upgrading akreditasi kepada madrasah yang belum dan/atau tidak terakreditasi untuk
mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Dari total 75.199 madrasah dan RA/BA pada tahun
2014, sebanyak 46.713 lembaga, atau sebesar 62,13% telah terakreditasi.
Komposisi lembaga yang telah terakreditasi berdasarkan jenjang adalah sebagai
berikut: RA/BA sebanyak 9.816 lembaga (35,09%); MI sebanyak 19.324 lembaga
(81,61%); MTs sebanyak 12.085 lembaga (74,25%); dan MA sebanyak 5.488 lembaga
(75,60%).
Kegiatan prioritas
yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Agama tersebut tentunya belum mencapai
harapan. Dalam rangka melanjutkan amanah negara
meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui kebijakan-kebijakan pemerintah,
maka dibutuhkan informasi berkaitan dengan
kondisi ril madrasah pada delapan komponen pendidikan.
Karenanya penelitian
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kualitas MA di Kalimantan Timur
terhadap Standar Pendidikan Nasional pada delapan komponen pendidikan, yaitu
kurikulum, kompotensi kelulusan, proses pendidikan, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, evaluasi, dan
pengembangan ciri khas madrasah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif menyasar semua MA (59
madrasah) di Kalimantan Timur yang terdiri atas 10 MAN, 27 MAS Pesantren dan 22
MAS Non Pesantren. Instrumen penelitian disusun berdasarkan lampiran sejumlah 9
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI yang berkaitan dengan 9 (sembilan)
komponen pendidikan yang diukur tingkat kualitasnya ditambah dengan Pedoman
Pengembangan Ciri Kha Madrasah yang terbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Agama Islam untuk mengukur tingkat pengembangan ciri khas madrasah.
B. TEMUAN PENELITIAN
Secara umum, tingkat ketercapaian kualitas MA terhadap Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di Kalimantan Timur
terkategori ”tinggi” (72%). Kualitas
MAN lebih tinggi (77%) dari MAS Pesantren (74%) dan MAS Non Pesantren (66%). Sembilan
komponen pendidikan di MA yang diukur, tampak bahwa komponen tingkat kualitas sarana dan prasarana (59%) dan pembiayaan (65%) yang “terendah” pencapaiannya terhadap SNP . Secara detail dapat dibaca berikut:
1.
Pada aspek kurikulum,
meskipun secara umum kualitas dominam MA terkategori “tinggi” mendekati SNP,
namun terdapat dua madrasah yang pencapaian tingkat kualitasnya terendah, yaitu
MAN di Kabupaten Berau dan MAS di Kabupaten Bontang. Indikator belum diimplementasikan secara maksimal, yaitu kemandirian
guru merancang tugas mandiri tidak terstruktur, menyusun silabus dan RPP.
2.
Tingkat
ketercapaian kualitas kompetensi kelulusan dominan MA terhadap SNP terkategori “tinggi”, kecuali MAS di
Kabupaten Bontang. Hal disebabkan oleh MAS
Bontang belum menamatkan siswa.
3.
Tingkat ketercapaian kualitas proses
pendidikan dominan MA terhadap SNP terkategori “sangat tinggi”, namun
kualitas MAS Pesantren di Kutai Timur terendah tingkat pencapaiannya terhadap
SNP. Indikator
yang belum terimplementasi adalah
evaluasi pembelajaran yang mencakup evaluasi proses pembelajaran
dan kinerja guru.
4.
Tingkat ketercapaian kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan dominan MA terhadap SNP terkategori “tinggi”, kecuali 4 (empat)
MAS di Kota Samarinda dan Kabupaten Bontang. Indikator yang belum terimplementasi adalah
kemampuan manajerial kepala madrasah yang ditunjukkan kebehasilan mengelola siswa
sehingga lulus diterima diperguruan tinggi terakreditasi pada dua tahun
terakhir dan kemampuan kewirasusahaan yang
ditunjukkan dengan menggalang dana pengembangan ekstrakurikuler secara mandiri,
serta
jumlah dan tingkat pendidikan tenaga perpustakaan dan laboratorium.
5.
Tingkat pencapaian kualitas sarana dan prasarana dominan MA terhadap SNP terkategori “cukup tinggi”. Sejumlah 22 madrasah yang
terkategori terendah, yaitu MAN Balikpapan, MAN Kutai Barat, dan MAN Berau; sejumlah
7 MAS Pesantren di Kutai Barat, Berau, dan Paser; sejumlah 12 MAS Non Pesantren di Kota Samarinda, Kutai
Timur, Bontang, Paser dan Penajam Paser Utara. Indikator
yang belum terpenuhi secara maksimal
adalah: a.kesusuaian luas lahan madrasah dengan standar SNP, b.kepemilikan
jumlah jenis sarana yang dipersyaratkan, c.kualitas dan kuantitas fasilitas
laboratorium, d.kualitas dan kuantitas sarana administrasi, proses
pembelajaran, dan kegiatan pengembangan diri, dan e. kualitas dan kuantitas
sarana pendukung lainnya.
6.
Tingkat kualitas pengelolaan dominan MA terhadap SNP
terkategori “tinggi”, kecuali MAN Paser, MAN Panajam Paser Utara, dan sejumlah
5 (lima) MAS Pesantren di Paser. Indikator yang belum terimplementasi maksimal adalah kepemilikan
madrasah dokumen tertulis, pengelolaan kegiatan madrasah serta kelengkapan
dokumennya mencakup: kegiatan kesiswaan, kurikulum dan pembelajaran, program pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan, pengelolaan pembiayaan, penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan
pembelajaran yang kondusif, keterlibatan keterlibatan/kemitraan dengan
masyarakat/lembaga lain dalam mengelola pendidikan, pengawasan, dan evaluasi
kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, dan kepemilikan dokumen kegiatan
kurikulum dan pembelajaran.
7.
Kualitas pembiayaan dominan MA di terkategori “cukup tinggi” mencapai SNP.
Namun sejumlah 14 madrasah yang berkualitas terendah, yaitu: 3 (tiga) MAN (MAN
Berau, Paser, dan Panajam Paser Utara), 2 MAS Pesantren di Kutai Barat dan
Kutai Timur, dan 9 (sembilan) MAS Non Pesantren di Samarinda, Kutai Timur, dan
Paser. Indiktor yang belum terimplementasi maksimal adalah: penyediaan dana
untuk pengembangan tenaga pendidikan dan kependidikan, kepemilikan terhadap pedoman pengelolaan keuangan sebagai
dasar dalam penyusunan RKA Madrasah.
8.
Kualitas evaluasi dominan MA terkategori “sangat tinggi”
pencapaiannya terhadap SNP, kecuali sejumlah 3 MAS Non Pesantren di Samarinda.
Indikator yang belum terimplementasi maksimal penerbitan dan
penyerahan ijazah, dan pemanfaatan hasil seleksi masuk.
9.
Tingkat kualitas pengembangan ciri khas madrasah
terkategori “tinggi” mencapai Standar Pengembangan Ciri Khas Madrasah, kecuali
13 madrasah. Yaitu: MAN Bontang dan Berau, MAS Pesantren di Kutai Timur dan
Panajam Paser Utara, serta MAS Non Pesantren di Kutim, Bontang, Paser, dan
Panajam Paser Utara. Meskipun demikian, beberpa indikator yang belum terpenuhi secara
maksimal, yaitu: penambahan mata pelajaran agama selain (Qur’an Hadis, Aqidah
Akhlak, SKI, Fiqih, dan Bahasa Arab), pelaksanaan pembelajaran semua mata
pelajaran agama secara terkodinir dan terpadu, penambahan meteri agama yang
relevan pada pata pelajaran umum, pengembangan ekstrakurikuler keagamaan,
penciptaan suasana keagamaan yang
kondusif, program pembinaan dan pengamalan ajaran agama.
REKOMENDASI
Selain upgrading akreditasi madrasah, diperlukan juga
supporting kebijakan yang lebih intens terhadap peningkatan kualitas MA.
Supporting kebijakan itu hendaknrya difokuskan pada delapan komponen pendidikan
dan pengembangan ciri khas madrasah.
a.
Pada aspek
kurikulum, pengembangan kebijakan mensuppoort integrasi materi pelajaran umum,
agama, dan pemanfaatan teknologi informasi, dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional dan pendidikan agama.
b.
Pada aspek kompetensi
lulusan, pengembangan kebijakan mensupport akselerasi pencapaian kompetensi berpikir,
menganalisis gejala alam dan sosial, pengalaman iptek, lingkungan, hukum,
sosial, beragaman, berbangsa, da bernegara.
c.
Pada aspek
proses pendidikan, pengembangan kebijakan mensupport peningkatan kemandirian
guru mengembangan silabus dan RPP, kemampuan supervisi kepala madrasah, dan
pemanfaatan hasil evaluasi.
d.
Pada aspek
tenaga pendidik dan kependidikan, pengembangan kebijakan mensupport peningkatan
kuaifikasi dan kompetensi guru dan kepala madrasah, dan lebih khusus pada
tenaga adminsitrasi, perpustakaan, dan laboratorium. guru berprestasi untuk mengajar di madrasah
swasta, dan/atau pemagangan guru swasta pada
MAN Negeri, MAN Model, dan/atau MAN Insan Cendekia.
e.
Pada aspek sarana
dan prasarana, pengembangan kebijakan mensupport penyediaan 18 jenis sarana
prasarana SMU/MA.
f.
Pada aspek
pengelolaan, pengembangan kebijakan mensupport peningkatan kemampuan mengelola
madrasah berdasarkan prinsip-prinsip manajerial.
g.
Pada aspek
pembiayaan, pengembangan kebijakan mensupport kemandirian madrasah dalam
mengembangkan pendanaan kegiatan pembelajaran di madrasah.
h.
Pada aspek
evaluasi, pengembangan kebijakan mensupport peningkatan pengolahan hasil penilaian, penentuan nilai akhir evaluasi, dan
pemanfaatan hasil seleksi masuk.
i.
Pada
aspek pengembangan ciri khas madrasah, kebijakan mensupport pengemmbangan
penambahan mata pelajaran agama, ekstrakurikuler keagamaan, dan penciptaan
suasana keagamaan.
Lampiran
Keterangan Grafik dan Tabel
a. 81% - 100% = Sangat Tinggi
b. 61% - 80% = Tinggi
c. 41% - 60% = Cukup Tinggi
d. 21% - 40% = Rendah
e. 1% - 20%
= Sangat Rendah
Tabel 1 Tingkat Ketercapaian
Kualitas MA Berdasarkan Jenis Madrasah
KOMPONEN MADRASAH
|
MAN
|
MAS PESANTREN
|
MAS
|
TINGKAT KETECAPAIAN
|
Kurikulum
|
81%
|
78%
|
78%
|
79%
|
Lulusan
|
85%
|
74%
|
61%
|
74%
|
Proses
|
92%
|
82%
|
76%
|
83%
|
Tenaga
|
81%
|
73%
|
63%
|
72%
|
Sarana
|
69%
|
61%
|
47%
|
59%
|
Kelola
|
77%
|
73%
|
72%
|
74%
|
Biaya
|
70%
|
65%
|
61%
|
65%
|
Penilaian
|
81%
|
82%
|
79%
|
80%
|
Ciri Khas
|
54%
|
74%
|
59%
|
62%
|
Tingkat Ketercapaian
|
77%
|
74%
|
66%
|
72%
|
Tabel 2. Tingkat Ketercapaian Kualitas MAN
Terhadap SNP
|
||||||||
Komponen
|
Kabupaten
|
|||||||
Madrasah
|
Samarinda
|
Balikpapan
|
Kuker
|
Bontang
|
Paser
|
PPU
|
Kubar
|
Berau
|
Kurikulum
|
92%
|
82%
|
82%
|
86%
|
90%
|
86%
|
70%
|
59%
|
Lulusan
|
81%
|
88%
|
91%
|
93%
|
79%
|
76%
|
82%
|
93%
|
Proses
|
95%
|
95%
|
88%
|
98%
|
88%
|
90%
|
95%
|
88%
|
Tenaga
|
86%
|
64%
|
86%
|
78%
|
89%
|
90%
|
78%
|
78%
|
Sarana
|
98%
|
42%
|
86%
|
86%
|
93%
|
95%
|
26%
|
26%
|
Kelola
|
88%
|
95%
|
96%
|
96%
|
46%
|
54%
|
68%
|
64%
|
Biaya
|
68%
|
99%
|
84%
|
88%
|
58%
|
50%
|
66%
|
50%
|
Penilaian
|
88%
|
70%
|
74%
|
91%
|
78%
|
83%
|
85%
|
79%
|
Ciri Khas
|
75%
|
64%
|
80%
|
58%
|
91%
|
65%
|
70%
|
72%
|
Rerata
|
87%
|
77%
|
86%
|
86%
|
79%
|
77%
|
71%
|
67%
|
Tabel 3. Tingkat Ketercapaian Kualitas MAS
Pesantren Terhadap SNP
|
|||||||
Komponen
|
Kabupaten
|
||||||
Madrasah
|
Samarinda
|
Balikpapan
|
Kuker
|
Paser
|
PPU
|
Kubar
|
Berau
|
Kurikulum
|
85%
|
76%
|
83%
|
66%
|
86%
|
79%
|
79%
|
Lulusan
|
81%
|
77%
|
63%
|
78%
|
90%
|
77%
|
67%
|
Proses
|
84%
|
83%
|
90%
|
77%
|
68%
|
90%
|
78%
|
Tenaga
|
79%
|
75%
|
77%
|
66%
|
68%
|
60%
|
60%
|
Sarana
|
63%
|
76%
|
67%
|
51%
|
64%
|
20%
|
27%
|
Kelola
|
79%
|
77%
|
78%
|
57%
|
65%
|
64%
|
75%
|
Biaya
|
67%
|
71%
|
67%
|
62%
|
63%
|
57%
|
65%
|
Penilaian
|
89%
|
75%
|
88%
|
71%
|
89%
|
90%
|
78%
|
Ciri Khas
|
76%
|
70%
|
81%
|
80%
|
56%
|
71%
|
71%
|
Rerata
|
78%
|
76%
|
77%
|
68%
|
72%
|
67%
|
66%
|
Tabel 4. Tingkat Ketercapaian Kualitas MAS
Non Pesantren Terhadap SNP
|
||||||
Komponen
|
Kabupaten
|
|||||
Madrasah
|
Samarinda
|
Kuker
|
Bontang
|
Paser
|
PPU
|
Kutim
|
Kurikulum
|
89%
|
89%
|
58%
|
66%
|
98%
|
80%
|
Lulusan
|
81%
|
81%
|
0%
|
64%
|
84%
|
70%
|
Proses
|
65%
|
65%
|
90%
|
70%
|
66%
|
83%
|
Tenaga
|
56%
|
56%
|
39%
|
66%
|
66%
|
79%
|
Sarana
|
39%
|
39%
|
24%
|
40%
|
56%
|
58%
|
Kelola
|
66%
|
66%
|
59%
|
61%
|
79%
|
93%
|
Biaya
|
30%
|
30%
|
67%
|
58%
|
88%
|
50%
|
Penilaian
|
60%
|
60%
|
80%
|
80%
|
90%
|
88%
|
Ciri Khas
|
84%
|
84%
|
40%
|
58%
|
56%
|
50%
|
Rerata
|
61%
|
61%
|
51%
|
63%
|
76%
|
72%
|
Komentar