Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Sejarah Islam dan Lembaga Syara' di Sulawesi Selatan

Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Sulawesi Selatan memiliki banyak aspek kesejarahan dan sosial yang selalu menarik untuk dikaji. Tampaknya para peneliti dan penulis sejarah belum mencapai kesepakatan, baik mengenai waktu masuk maupun proses sejarah perkembangan Islam di Sulawesi Selatan. Namun demikian, adanya perbedaan-perbedaan itu yang tentunya saja masing-masing memiliki argumentasi semakin mempekaya khazanah sejarah perkembangan Islam di daerah ini. Fakta sejarah otentik menunjukkan bahasa Islam diterima secara resmi sebagai agama kerajaan di dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan ketika itu yakni kerajaan Luwu dan kerajaan Gowa pada tahun 1603 dan 1605 M dan selanjutnya diterima di seluruh kerajaan-kerajaan kecil di daerah ini pada tahun 1612 (Ahmad, 2004). Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi segar dan jelas tentang proses masuknya dan berkembangnya agama Islam di Sulawesi Selatan dan peranan lembaga syara’ dalam perkembangan Islam di daerah. Sulawesi Selata

Peranan Syara' dalam Pendidikan di Sulawesi Selatan

Oleh: Badruzzaman Mengenai perkembagan pendidikan di Sulawesi Selatan tidak banyak diketahui. Peran parewa syara’ dalam dunia pendidikan di Sulawesi Selatan tanpak belum terungkap sepenuhnya. Hanya satu data yang berhasil ditemukan mengenai hal itu. Bahwa pada tahun 1636, Sayyid Ba’lawi mendirikan pengajian di Bontoala atas persetujuan Raja Gowa. Selain itu Assayid Jalaluddin AlAidid mendirikan juga pendidikan di Cikoang. Pendidikan yang lain berkembang adalah pengajaran-pengajaran Alquran oleh seseorang parewa syara’ di rumahnya. Para orang tua membawa anak-anaknya ke rumah seorang parewa syara untuk diajarkan Alquran. Awalnya mereka diajarkan untuk mengenal huruf-hruf hijaiyyah, membaca juz Amma kemudian membaca Juz pertama sampai jus ke 30. Setelah mereka berhasil menamatkan bacaannya masing-masing orang tua mengantarkan hadiah berupa beras, kelapa, kain-kain kepada parewa syara’. Dan biasanya diadakan upacara penamatan Alquran. Sejak masuknya Belanda terutama setelah ditandatangi

Riwayat dan Eksistensi Syara' di Sulawesi Selatan

Oleh : Badruzzaman Institusi Syara’ hadir bersamaan dengan proses awal islamisasi di Sulawesi Selatan. Kehadirannya melengkapi unsur-unsur pangngadereng yang merupakan wujud kebudayaan masyarakat daerah ini pada umumnya. Sebelum agama Islam masuk di daerah Sulawesi Selatan, pangngaderang dengan telah menjadi pedoman masyarakat dalam bertingkah-laku dan dalam mengatur kehidupan bersama. Unsur-unsur pengngaderang berupa kaidah-kaidah atau norma-norma hidup masyarakat yang dinyatakan melalui pranata: ade’, bicara, rapang, dan wari,. Ade’ merupakan ketentuan-ketentuan pemerintahan, berfungsi memberikan tuntunan hidup atau berfungsi preventif dalam pergaulan hidup demi menjaga kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan. Bicara merupakan kententuan tentang peradilan, berfungsi untuk mencegah ketidakwajaran atau berfungsi repressif dan menempatkan sesuatu pada tempat dan proporsinya. Rapang yang memberikan contoh-contoh dan kias, berfungsi menjaga stabilitas kehidupan masyarakat serta me

Hizbut Tahrir : Exogenous Religious Movement

Oleh : Badruzzaman EXECUTIF SUMMERY Gerakan reformasi yang telah dan masih terus berlangsung ditandai dengan adanya perubahan pada beberapa aspek vital kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang berdampak pada sikap, tata nilai, dan norma yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Perubahan yang nampak sangat menonjol adalah adanya tuntutan perbaikan seluruh aspek kehidupan secara cepat dan mendasar. Lemahnya kontrol hukum dan sosial dapat berakibat pada munculnya berbagai penyimpangan nilai-nilai sosial yang bertetangan dengan norma sosial dan agama yang berlaku, sehingga mengarah pada terjadinya krisis yang berkepanjangan. Untuk dapat keluar dari krisis berkepanjangan tersebut, masyarakat Indonesia dewasa ini tengah menapak pada upaya membangun masyarakat baru yang adil dan makmur. Dalam menggapai masyarakat yang diimpikan tersebut muncul berbagai gerakan termasuk gerakan di bidang keagamaan. Hizbut Tahrir adalah suatu gerakan keagamaan yang berbentuk partai politik. Orga

Sekilas Tentang Hisbut Tahriri

Oleh : Badruzzaman 1. Latar Belakang Berdirinya. Hizbut Tahrir didirikan oleh seorang putra kelahiran Palestina, Syaikh Muhammad Taqiyuddn bin Ibrahim Mustafa bin Ismail bin Yusuf an Nahbani atau dikenal dengan Syaikh Taqiyuddin an-Nahbani. Nama Nahban, dinisbahkan kepada kabila Bani Nahban, suatu kabilah Arab penghui padang sahara di Palestina, yang bermukim di daerah Ijzim, wilayah Haifah, Palestina Utara. Syaikh Taqiyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syariah dari ayah dan kakek beliau, yang telah mengajarkan hafalan al-Qur’an sehingga beliau hafal al-Qur’an seluruhnya sebelum baligh. Disamping itu, beliau juga mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri ketika di salah satu SD di di daerah Ijzim. Kemudian beliau berpindah ke Akka untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah, lalu bertolak ke Kairo melanjutkan pendidikan di Al-Azhar, Tsanawiyah Al-Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun sama beliau merai ijazah dengan predikat sangat memuaskan. Disamping itu beli

Gerakan Keagamaan Kontemporer

Oleh : Badruzzaman Perbincangan mengenai gerakan Islam kontemporer sesungguhnya tidak hanya memerlukan teresedianya konstruk-konstruk teoritis yang memadai, tetapi juga memerlukan tersedianya pengetahuan empiris yang dapat menjelaskan gerakan tersebut. Pertama-tama yang harus dijelaskan adalah gerakan Islam kontemporer itu sendiri kemudian mengidentifikasi gerakannya. Menemukan konstruk demikian itu tampaknya tidak terlalu muda dan bahkan mungkin masih dalam tahap penjelajahan. Selain itu, kasus Indonesia juga masih amat langkah. Dalam hal konsep teoritis, patut dicatat bahwa, Sharon Shiddiqie yang menyatakan bahwa studi tentang Islam komtemporer di Asia Tenggara, ternyata kurang memuaskan oleh karena keterbatasan konseptualisasi. Masalah utama menurut Shiddiqie terletak pada kurang memadainya konsep-konsep sosiologi barat tentang agama, yang menempatkan individu pada pusat analisa, sementara Islam tidak semata-mata mengadung rumusan hubungan antara manusia dengan Tuhan, melainkan jug